Huuueeekkk huueeekk huueeekkk...
Bintang terduduk lemas, kepalanya disSamarkan disisi closet duduk. Sejak subuh tadi ia tak henti-hentinya mengeluarkan cairan dari mulutnya. Mungkin jika bisa dilihat, isi perutnya sudah kosong karena sudah keluar semua. Sejak semalam Bintang terus terjaga, ia tidak bisa tidur memikirkan masalah rumah tangganya.
“Apa aku masuk angin lagi ya? Kenapa akhir-akhir ini sering masuk angin?” Bintang bergumam. Ia masih belum beranjak dari duduknya dikamar mSami. “Kayaknya aku nggak bisa mSami sekarang ini. Punggunggku terasa menggigil.”
Bintang merangkak menuju tempat tidurnya. Ia benar-benar lemas sekarang ini. Dan sekarang matanya mulai terpejam, Bintang mulai tertidur.
Menjelang siang Bintang terbangun. Badannya masih lemas namun sudah tidak mual lagi. Bintang berencana untuk menjemput Sam siang ini. Ia segera bergegas mengganti bajunya dan memakai make up tipis, menyamarkan mata sembab dan wajah pucatny
Sam berjalan dengan menyeret kakinya kedalam rumah. Ia sungguh kecewa ketika mengetahui bahwa Bintang tidak berada dirumah lamanya. Saat ia meminta Gala untuk menghubungi Bintang, namun lagi-lagi sang operator lah yang menjawabnya.Tapi satu hal yang membuat Sam sedikit lega, menurut asisten rumah tangga yang dipekerjakan disana tadi Bintang pergi hendak menjemputnya. Tapi kenapa tidak jumpa? Atau Bintang datang setelah Sam pulang bersama Vania tadi?Sam melirik kearah kamar Gala, kemudian bocah itu berlari dan membuka lebar pintu kamar orang tuanya. Berharap Bintang ada disana menyambutnya dengan senyuman atau sedang memejamkan mata diatas tempat tidurnya.Namun hanya kamar kosong yang dijumpai Sam.Gala menatap Sam dengan wajah sedihnya. Kemudian ia mendekati Sam dan memeluknya erat.“Kita pasti menemukan mama, Sam. Mama hanya sedang ingin jalan-jalan sebentar. Papa yakin mama akan segera kembali. Kau ingat janjinya? Mama bilang akan selalu
“Beneran kamu pergi dari rumah?? Seberat itukah masalahnya sampai kamu memilih pergi, hmmm?” tanya Mondy penasaran.“Aku yang buat masalah, Mon. Aku juga yang buat masalahnya semakin berat.” Bintang menunduk dengan rasa bersalah bersarang didadanya semakin membuncah. Namun mengingat bagaimana Sam bahagia berada didekat Vania membuat nyalinya kembali menciut.“Lalu apa yang kamu lakukan disini, Bintang? Aku gak tau apa masalahnya, tapi lari dari masalah juga bukan hal yang benar. Kamu harus datang dan selesaikan masalahmu. Jangan jadi pengecut,” ucap Mondy tajam. Ia tak bermaksud membuat Bintang sakit hati, tapi membiarkan Bintang lari dari masalah juga bukan hal yang benar.Bintang serasa ditampar oleh kata-kata sahabatnya itu. Mondy benar. Ia merasa seperti pengecut. Dia yang salah, dia juga yang pergi. Tidak berani menerima kenyataan jika memang Gala kembali bersama Vania. Salahnya yang memberi peluang pada Vania untuk masuk
Mondy menunggu Bintang dengan gelisah, pasalnya sudah hampir satu jam Bintang belum juga keluar dari kamarnya. Padahal sudah sejak tadi Mondy memanggil Bintang.“Bintang.. Bintang.. kamu baik-baik aja?” panggil Mondy lagi. Mondy sudah sangat khawatir karena dari tadi Bintang tak kunjung menyahut.Bara yang sudah siap dengan jas lengkapnya datang menghampiri Mondy. “Belum keluar juga?”Mondy menggeleng, menunjukkan ekspresi wajah gelisahnya. “Dari tadi gak ada sahutan. Aku takut dia kenapa-kenapa, sayang.”“Kunci duplikat mana?”“Itu, dilaci nakas.” Mondy menunjuk nakas yang ada disebelah Bara.Bara langsung mencari kunci duplikatnya dan mencoba untuk membuka pintu. Kamar kosong, Bintang tidak ada disana. Tapi kamar masih berserak, tanda-tanda Bintang disana masih ada.Bintang...” Bara mencoba mencari dari balik pintu kamar mandi. Sama saja, tidak ada sahutan. Bara mencoba
“Sam bukanlah darah dagingmu, Gala! Jadi lepaskan dia jika memang kamu tidak mau kembali kepadaku.” Ucap Vania tegas.Ungkapan Vania membuat dahi Gala berkerut. Jelas ia tahu ini adalah suatu kebohongan. Bahkan hanya Bintang yang mempu membuat adiknya berdiri tegak, dan selama ini ketika mereka berpisah, ia sangat ingat betul tak pernah menyentuh wanita barang sedikitpun.“Apalagi ini Vania? Hmmm? Apalagi? Kamu sengaja membuat kacau hidupku supaya aku bertekuk lutut padamu? Jangan harap. Dan perlu kamu ingat, Sam adalah anakku dan akan tetap bersamaku.”“Kamu nggak percaya? Memangnya kamu ingat apa yang terjadi malam itu? Kamu mabuk Gala. Tapi saat mabuk saja kau masih menyebut namanya dan terus menghindariku. Aku sungguh benci padamu.” Vania mulai berteriak histeris. Vania mengingat kembali kejadian malam itu, dimana ia berhasil membuat Gala mabuk.Gala terdiam mendengar penjelasan Vania. Ia memang tidak ingat apapun s
Gala masih duduk disofa dalam ruangan kantornya. Ia terus mengurut dahi yang sejak tadi terasa berdenyut. Perkataan Vania tadi membuatnya terus memikirkan masalah ini.Padahal sejak Bara menghubunginya tadi, Gala sudah ingin segera menemui Bintang. Tidak perduli seberapa banyak pekerjaan yang menunggunya, Gala akan berangkat ke Bandung untuk menemui istrinya itu.Namun, lagi-lagi Vania membuatnya mengurungkan niat untuk pergi menemui Bintang. Ia tidak mungkin meninggalkan Sam dan membiarkan Vania dengan leluasa berkeliaran disekeliling Sam.Gala sudah menghubungi Bara lagi, meminta bantuan abang iparnya itu untuk menjaga Bintang sampai besok. Jika tes DNA bisa dilaksanakan, ia akan pergi menemui Bintang setelahnya.Gala tidak mungkin menceritakan pada Bintang apa yang terjadi saat ini, apalagi kondisi istrinya itu sedang dirawat dirumah sakit. Gala sempat menceritakan singkatnya pada Bara, tapi Gala meminta Bara untuk tidak menceritakannya pada Bintang sa
Gala langsung berlari kemobil ketika mendengar kabar tentang Sam. Sedangkan sang sopir dengan sigap mengambil posisinya dan Gala duduk disebelahnya. Mereka menuju sebuah hotel yang diinfokan oleh polisi sebelumnya.“Ayo lebih cepat lagi.” Pinta Gala pada sopirnya.“Iya pak, ini juga sudah cepat. Meski terburu-buru, kita juga harus hati-hati.” Pak sopir mengingatkan Gala.Gala tidak menjawab lagi. Ia hanya meremas-remas tangannya karena tidak sabar ingin mengetahui keadaan Sam. Bayangannya terus melayang pada buah hatinya itu, takut jika Vania sudah melakukan tindakan diluar nalar pada putranya.Tak berselang lama, mereka tiba dihotel yang dituju. Tanpa pikir panjang, Gala langsung berlari menuju lift. Ia terus menekan tombol lift namun lift yang ada dihadapannya itu tak kunjung terbuka. Gala tak sabar. Ia menaiki tangga darurat.Terus berlari, meski lelah ia tidak berhenti. Pada akhirnya ia tiba dilantai yang ditujunya. Nafa
Seorang wanita berambut pirang sedang berada disebuah hotel bersama bocah berusia tujuh tahun. Mereka adalah Vania Ginandra dan Samudra Bintari.Vania menjemput Sam sebelum waktunya pulang sekolah. Dengan alasan Gala yang memintanya karena ada suatu hal.Awalnya Sam senang ketika diajak pergi oleh Vania. Tapi lama kelamaan rasa jenuh mulai menderanya. Ia ingin pulang. Dan takut jika Bintang sudah pulang dan menunggunya dirumah.“Mama, kapan papa mau kesini?” tanya Sam yang mulai gelisah karena Gala tak kunjung datang padanya.“Sebentar lagi sayang.” jawab Vania sekenanya. Ia sudah cukup jengah dengan pertanyaan Sam yang itu-itu saja. Tak terbiasa dengan anak kecil disekitar membuat Vania tak sabar menghadapi Sam yang mulai rewel.Sam langsung mengerucutkan bibir mungilnya. Vania hanya berjanji tanpa melakukan apapun setiap kali dirinya meminta sesuatu. Jelas saja bocah laki-laki itu sangat kecewa. “Dari tadi mama bilan
Gala melepas pelukannya dan tertawa mendengar ucapan Bintang. “Dia senang kalau yang datang menjepitnya adalah orang yang sejak lama ditunggu kehadirannya. Iya kan sayang?” Gala membungkukkan tubuhnya, berbicara pada perut Bintang.Kemudian mengusap lembut tempat dimana darah dagingnya bersemayan. Dan mengecupnya berulang kali. “Papa senang akhirnya kamu datang, Nak. Sampai bertemu sembilan bulan lagi ya..”“Delapan bulan lagi, Papa,” ralat Bintang sambil tersenyum melihat Gala.“Wah, lebih cepat satu bulan ternyata. Ah, papa udah nggak sabar.” Gala kembali berdiri dan mengecup dahi Bintang. Kemudian Gala memetik buah strawberry dan menyuapkannya pada Bintang. “aaaaaa....”“aaaa...” Bintang menyambut strawberry dari tangan Gala.“Manis?” tanya Gala.“Manis.” Jawab Bintang sambil tersenyum.Lalu Gala memetik satu buah strawberry lagi, kemudi