Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Gala baru saja menyelesaikan meeting mingguannya dengan para staf Perusahaannya. Ia bergegas menghampiri supir yang sudah standby menunggunya di lobby.
“Kita pulang sekarang, Pak?” tanya sang supir sopan sebelum mereka pergi.
“Iya, kita langsung pulang. Tapi nanti tolong mampir ke apotek sebentar. Saya mau membeli sesuatu,” ucap Gala sambil terus fokus pada gadgetnya. Bintang mengirimkan beberapa foto saat ia dan Sam bertemu dengan Vania. Gala memperhatikan wajah bahagia Sam saat dipeluk Vania.
Ada dua rasa yang sedang menaungi hatinya saat ini. Senang karena melihat senyum Sam, dan tidak senang karena ada Vania. Gala menghela nafas, mencoba menenangkan hatinya yang gelisah. Bintang belum memberinya kabar sejak terakhir berkomunikasi dengannya tadi siang.
Tuuut tuut tuuut...
Suara telfon tersambung, namun tidak ada jawaban. Gala mencoba beberapa kali namun hasilnya sama, tidak ada jawab
“Aku nggak pernah melakukan apapun terhadap wanita selain kamu, Bi. Nggak pernah...” ucap Gala, matanya terus menatap Bintang. Ia berusaha meyakinkan wanitanya itu, bahwa dia memang tidak melakukan apapun dengan Angelica selain berdansa.Gala berdiri dari duduknya, mendekati Bintang kemudian memeluk wanita yang sejak tadi dirinduinya itu. Menyandarkan wajahnya diceruk leher Bintang. Menyesap wangi lavender dari tubuh sang istri. “Jangan berfikir macam-macam lagi Sayang.”“Maaf kalau aku kekanak-kanakan. Aku Cuma nggak mau ada yang menganggumu. Aku takut kehilanganmu lagi.” Ucap Bintang kemudian membalas pelukan Gala.“Aku juga. Bahkan jika ada yang dengan sengaja ingin memisahkan kita lagi, aku akan membuat perhitungan dengannya.” Ucap Gala geram. Gala mulai paham kenapa Dion tiba-tiba mengirimkan fotonya dengan Angelica, ya hanya fotonya.Tidak dengan teman-temannya yang lain. Sepertinya Dion sedang memperm
ByuuuuuurrrTumpahan air jatuh membasahi lengan baju Gala dan Sam. Karena kaget, Vania hanya melihat Gala yang ada dihadapannya. Dengan sigap ia bangkit dari duduknya dan membantu Gala mengelap kemejanya yang basah.Gala terus mengelap pakaiannya. Ia tidak menyadari jika yang membantunya bukan Bintang, melainkan Vania.“Ehem ehem..” Suara seorang wanita mengalihkan perhatian Gala. Wajah yang sejak tadi menunduk karena mengelap pakaiannya, kini terangkat sempurna. Dan betapa kagetnya Gala jika Vania ada disampingnya dan sedang membantunya mengelap.Dan sudah pasti, Bintang menatap mereka tajam. Gala langsung bergeser dari samping Vania. Membuat mereka semakin berjarak. Gala melihat Sam, ternyata bocah itu juga terkena sirapan air.Gala berjalan mendekati Bintang dan Sam. “Sam, kamu baik-baik aja?”“Aku baik-baik saja, Pa. Nggak masalah. Hanya air.” Ucap Sam menenangkan.“Kamu mau ganti baju, sa
“Jadi ibu mau turun dimana?” Tanya supir taksi. Karena sejak tadi Bintang tidak menyebutkan alamat yang akan ditujunya. Ketika Bintang sudah sedikit tenang, supir taksi memberanikan diri untuk bertanya.“Antar kealamat ini aja.” Bintang memberikan kartu namanya dulu. “Cepat ya pak.” Bintang memohon. Ia tak mau Gala sadar akan kepergiannya dan mendapati dirinya yang tengah kabur saat ini.Setelah membaca, supir taksi mengangguk dan menyerahkan kartu nama itu kembali kepada sang empunya. Bintang memutuskan untuk pulang kerumah lamanya. Mungkin disana akan lebih baik pikirnya.Tidak sampai satu jam, akhirnya taksi yang ditumpangi Bintang menepi didepan rumah lamanya. Setelah membayar, Bintang bergegas masuk kedalam rumah. Meski tidak lagi ditinggali, rumah itu masih terawat dengan baik.Bintang meminta orang untuk membersihkannya setiap hari dan menyalakan lampu luar ketika malam hari. Keadaan rumah masih sama sejak terakh
Huuueeekkk huueeekk huueeekkk...Bintang terduduk lemas, kepalanya disSamarkan disisi closet duduk. Sejak subuh tadi ia tak henti-hentinya mengeluarkan cairan dari mulutnya. Mungkin jika bisa dilihat, isi perutnya sudah kosong karena sudah keluar semua. Sejak semalam Bintang terus terjaga, ia tidak bisa tidur memikirkan masalah rumah tangganya.“Apa aku masuk angin lagi ya? Kenapa akhir-akhir ini sering masuk angin?” Bintang bergumam. Ia masih belum beranjak dari duduknya dikamar mSami. “Kayaknya aku nggak bisa mSami sekarang ini. Punggunggku terasa menggigil.”Bintang merangkak menuju tempat tidurnya. Ia benar-benar lemas sekarang ini. Dan sekarang matanya mulai terpejam, Bintang mulai tertidur.Menjelang siang Bintang terbangun. Badannya masih lemas namun sudah tidak mual lagi. Bintang berencana untuk menjemput Sam siang ini. Ia segera bergegas mengganti bajunya dan memakai make up tipis, menyamarkan mata sembab dan wajah pucatny
Sam berjalan dengan menyeret kakinya kedalam rumah. Ia sungguh kecewa ketika mengetahui bahwa Bintang tidak berada dirumah lamanya. Saat ia meminta Gala untuk menghubungi Bintang, namun lagi-lagi sang operator lah yang menjawabnya.Tapi satu hal yang membuat Sam sedikit lega, menurut asisten rumah tangga yang dipekerjakan disana tadi Bintang pergi hendak menjemputnya. Tapi kenapa tidak jumpa? Atau Bintang datang setelah Sam pulang bersama Vania tadi?Sam melirik kearah kamar Gala, kemudian bocah itu berlari dan membuka lebar pintu kamar orang tuanya. Berharap Bintang ada disana menyambutnya dengan senyuman atau sedang memejamkan mata diatas tempat tidurnya.Namun hanya kamar kosong yang dijumpai Sam.Gala menatap Sam dengan wajah sedihnya. Kemudian ia mendekati Sam dan memeluknya erat.“Kita pasti menemukan mama, Sam. Mama hanya sedang ingin jalan-jalan sebentar. Papa yakin mama akan segera kembali. Kau ingat janjinya? Mama bilang akan selalu
“Beneran kamu pergi dari rumah?? Seberat itukah masalahnya sampai kamu memilih pergi, hmmm?” tanya Mondy penasaran.“Aku yang buat masalah, Mon. Aku juga yang buat masalahnya semakin berat.” Bintang menunduk dengan rasa bersalah bersarang didadanya semakin membuncah. Namun mengingat bagaimana Sam bahagia berada didekat Vania membuat nyalinya kembali menciut.“Lalu apa yang kamu lakukan disini, Bintang? Aku gak tau apa masalahnya, tapi lari dari masalah juga bukan hal yang benar. Kamu harus datang dan selesaikan masalahmu. Jangan jadi pengecut,” ucap Mondy tajam. Ia tak bermaksud membuat Bintang sakit hati, tapi membiarkan Bintang lari dari masalah juga bukan hal yang benar.Bintang serasa ditampar oleh kata-kata sahabatnya itu. Mondy benar. Ia merasa seperti pengecut. Dia yang salah, dia juga yang pergi. Tidak berani menerima kenyataan jika memang Gala kembali bersama Vania. Salahnya yang memberi peluang pada Vania untuk masuk
Mondy menunggu Bintang dengan gelisah, pasalnya sudah hampir satu jam Bintang belum juga keluar dari kamarnya. Padahal sudah sejak tadi Mondy memanggil Bintang.“Bintang.. Bintang.. kamu baik-baik aja?” panggil Mondy lagi. Mondy sudah sangat khawatir karena dari tadi Bintang tak kunjung menyahut.Bara yang sudah siap dengan jas lengkapnya datang menghampiri Mondy. “Belum keluar juga?”Mondy menggeleng, menunjukkan ekspresi wajah gelisahnya. “Dari tadi gak ada sahutan. Aku takut dia kenapa-kenapa, sayang.”“Kunci duplikat mana?”“Itu, dilaci nakas.” Mondy menunjuk nakas yang ada disebelah Bara.Bara langsung mencari kunci duplikatnya dan mencoba untuk membuka pintu. Kamar kosong, Bintang tidak ada disana. Tapi kamar masih berserak, tanda-tanda Bintang disana masih ada.Bintang...” Bara mencoba mencari dari balik pintu kamar mandi. Sama saja, tidak ada sahutan. Bara mencoba
“Sam bukanlah darah dagingmu, Gala! Jadi lepaskan dia jika memang kamu tidak mau kembali kepadaku.” Ucap Vania tegas.Ungkapan Vania membuat dahi Gala berkerut. Jelas ia tahu ini adalah suatu kebohongan. Bahkan hanya Bintang yang mempu membuat adiknya berdiri tegak, dan selama ini ketika mereka berpisah, ia sangat ingat betul tak pernah menyentuh wanita barang sedikitpun.“Apalagi ini Vania? Hmmm? Apalagi? Kamu sengaja membuat kacau hidupku supaya aku bertekuk lutut padamu? Jangan harap. Dan perlu kamu ingat, Sam adalah anakku dan akan tetap bersamaku.”“Kamu nggak percaya? Memangnya kamu ingat apa yang terjadi malam itu? Kamu mabuk Gala. Tapi saat mabuk saja kau masih menyebut namanya dan terus menghindariku. Aku sungguh benci padamu.” Vania mulai berteriak histeris. Vania mengingat kembali kejadian malam itu, dimana ia berhasil membuat Gala mabuk.Gala terdiam mendengar penjelasan Vania. Ia memang tidak ingat apapun s