Beranda / Romansa / My Dearest Cahaya / Sekilas Ingatan

Share

Sekilas Ingatan

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-14 21:54:13

Putus asa karena Aya tidak kunjung keluar, dan mau berbicara dengannya. Ditambah, dengan sikap seorang gadis galak yang semakin menyudutkannya. Akhirnya Astro menyerah, mungkin yang dilakukannya saat ini sangat menjatuhkan harga dirinya. Tapi Astro tahu, kalau hal itu tidak akan pernah sebanding dengan apa yang telah dilakukannya kepada Aya.

Merenggut sebuah kehormatan yang tidak akan pernah bisa kembali seutuhnya. Luka yang diberinya mungkin akan terus membekas seumur hidupnya.

Astro membuang napas dengan pipi yang menggembung. Tubuhnya merosot dengan kedua kaki yang menekuk ke belakang.

Astro berlutut di depan pintu. Membuang seluruh ego dan rasa malunya. Pada dasarnya Astro merupakan pria yang lurus, punya satu cinta yang hanya ditujukan kepada Zetta. Selalu bersikap jujur dan adil dalam menggeluti profesinya.

Namun, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua kebaikan tersebut selalu akan tetap berdampingan dengan sebuah nafsu, yang bisa saja menj

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Dearest Cahaya   Jodohin Aku

    Kedua pria itu saling melempar pandang dengan sengit. Keramahan yang dulu selalu tercipta, kini sudah pergi entah kemana. Saling menuduh dan melempar argumen untuk saling menyalahkan pun sempat terjadi. Mungkin kalau tidak ada Langit yang menengahi, keduanya pasti sudah baku hantam. Yasa tentu saja menumpukan semua kesalahannya kepada Astro. Kalau Astro tidak datang menemu Aya, hal seperti ini tidak akan pernah terjadi. Sedangkan Astro, menyalahkan Yasa karena tidak becus dan tidak pantas menjadi suami Aya. Pikiran Yasa yang sempit itulah, yang membuat Sinar akhirnya menjauhkan Aya, dari suami seperti Yasa. Flora akhirnya keluar dari ruangan VVIP tempat Aya dirawat setelah mendapatkan penangan cepat dari dokter. Wanita itu menggeleng, memandang ketiga pria yang berdiri tegang untuk menunggu kabar, dengan bergantian. “Aya gak mau ketemu kalian berdua sama sekali,” telunjuk Flora mengarah pada Yasa dan Astro secara bergantian. “Dan Tante harap patuhi it

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • My Dearest Cahaya   Hati yang Labil

    Asa bersedekap, bersandar miring pada separuh bingkai pintu yang sudah ditutup rapat olehnya. Maniknya memandang Yasa dan Astro bergantiang dengan tatapan dingin.Sungguh, tangan Asa terasa sangat gatal ingin membuat wajah keduanya itu lebam. Sedikit darah yang mengucur melalui hidung mereka, bisa menjadi bonus dan kepuasan tersendiri bagi Asa.“Kapan kalian mau pergi dari sini?”“Aku masih suami Aya, Sa.” Yasa melirik Astro kemudian, menunjuk menggunakan dagu. “Harusnya dia yang pergi dari sini, gak ada kepentingan dia di sini. Bahkan dia yang bikin ISTRI-ku hampir keguguran lagi.”Astro bergeming, seolah tidak peduli dan tidak mendengar ucapan Yasa. Ia hanya ingin bertemu Aya, berbicara empat mata dan meluruskan semua hal yang telah membelenggu hatinya selama ini. Sampai kapanpun itu, ia akan menunggunya.Satu hal yang membuat Astro, merasa masih punya kesempatan. Meskipun samar, tapi Astro yakin kalau ia mende

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • My Dearest Cahaya   Berjalan Sempurna

    Derap langkah yang menghampiri tempat tidur Aya itu terlihat ragu. Sepasang mata tajam itu masih saja tidak meredupkan luka yang terlukis di dalamnya. Hingga jarak mereka hanya tersisa tidak sampai setengah meter. “Kamu masih marah?” Pertanyaan dari Yasa tersebut, hanya disambut tatapan datar oleh sang istri, yang duduk bersandar dengan bantal di balik punggungnya. Beberapa saat yang lalu, setelah Sinar berbicara kembali dengan Aya tentang kehidupan pernikahaan putrinya. Akhirnya Aya memutuskan mau bertemu dan berbicara lagi dengan Yasa. Sinar memilih keluar dan meninggalkan keduanya. Apapun nanti yang akan diputuskan oleh Aya, Sinar hanya bisa memberi dukungan dan akan selalu ada untuk putrinya. “Cahaya … bisa kita mulai semuanya dari awal lagi? Kita tutup, buku masa lalu itu di belakang. Buka lembaran baru dan menjalani semuanya dari nol.” Yasa masih berdiri di samping tempat tidur, enggan duduk pada kursi yang berada tepat di sampin

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • My Dearest Cahaya   Terlambat Menyadari

    Sementara Yasa tengah mengakrabkan diri dengan Aya di kamar rawat inap. Saat ini, Astro tengah menempuh ketegangan, karena sedang duduk berhadapan dengan Sinar di kafetaria rumah sakit.Tatapan Sinar sangat tajam dan tidak bersahabat sama sekali. Tidak ada lagi pancaran keibuan yang biasa ia layangkan kepada anak kandung Aster tersebut. Meskipun Sinar sangat mengerti, kalau awal mula semua masalah yang terjadi, bukan Astro yang menjadi penyebabnya. Semua hanyalah kesalahan masa lalu orang tua mereka, yang masih belum bisa dewasa dalam bersikap dahulu kala.“Lebih baik, kamu pulang, Astro.” Sinar mengusir namun masih dalam taraf sewajarnya. “Gak ada lagi yang bisa kamu perbaiki di sini. pergilah.”Astro bergeming, air mukanya nampak memelas, lelah. “Aku, perlu bicara dengan Aya, Bund. Kasih aku satu kesem—”“Mau apa lagi?” potong Sinar. “Kamu tahu benar bagaimana perasaan tulus Aya sama kamu sedar

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • My Dearest Cahaya   Iyalah!

    Dua slice pizza dilahap Yasa dengan cepat, hampir tanpa jeda sama sekali. Ternyata perutnya memanglah benar-benar lapar, dan tidak dirasakannya sejak menginjakkan kaki di Surabaya pagi tadi. “Rakus!” ledek Aya dengan kekehan geli melihat suaminya yang makan begitu lahap. Yasa ikut terkekeh dengan mulut yang masih mengembung penuh. “Perutku laper ternyata.” kepalanya menoleh sebentar pada meja yang berada di depan sofa. Ada sebuah kotak pizza lagi di sana. “Itu yang di meja, masih ada isinya gak? Aku masih laper kayaknya.” Aya tergelak hingga kepalanya terhempas sekilas ke belakang. “Masih, tapi itu punya Asa, dia gak mau tadi, malah pengen cari makan di luar.” “Aku makan ya?” Aya mengangguk-anggukkan kepalanya. Merasa kasihan dengan sang suami yang ternyata belum mengisi perutnya sejak pagi. Lalu terlintas bayangan Astro. Apa pria itu juga sama? Belum makan sedari pagi karena menunggunya di luar ruangan. “Belajarlah mencin

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • My Dearest Cahaya   Beristirahat

    Tatapan tajam Aya langsung menyapu tubuh Yasa, saat sudah selesai membersihkan diri di kamar mandi. Baju serta celana pendek Asa yang melekat ditubuh suaminya, tampak memamerkan lekuk otot yang terbentuk di seluruh penjuru lengan, dada dan turun ke perut. Postur tubuh Yasa memanglah lebih besar dari Asa, pun tingginya. Mungkin sudah keturunannya seperti itu. Asa adalah produk yang 100 persen lokal sedangkan Yasa, suaminya itu memiliki darah campuran Arab yang memang diturunkan dari Abraham. Sedangkan ibu kandung Yasa, ternyata juga berdarah campuran Uzbekistan dan Indonesia. Tampan, suaminya itu memang luar biasa tampan. Meskipun Aya belum menautkan seluruh hatinya pada Yasa, namun, ia tidak menampik, kalau fisik sang suami membuat dirinya terkadang membayangkan semua hal liar diluar batas warasnya. Sinar yang melihat ekspresi putrinya itu hanya menyematkan senyum tipis. Tapi sudah bisa bernapas lega, karena keduanya tampak sudah berbaikan. Apapun yang terjad

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • My Dearest Cahaya   Putri Kita

    “Yasa …” “Hem, apa?” “Badanmu tuh gede, bisa gak tidurnya di ranjang satunya. Sempit! Aku takut infusku lepas gara-gara tanganmu yang gak bisa diatur itu.” Hembusan napas Yasa yang menerpa puncak kepala Aya terasa kencang. Baru saja hendak melepas kerinduan dengan memeluk Aya semalaman seperti biasa, kini istrinya itu kembali bertingkah. Padahal, posisi saling memeluk seperti yang saat ini tengah mereka lakukan, sudah berangsur sedari tadi. Tapi Aya baru protes sekarang. “Infusnya kapan bisa di lepas?” “Ya tanya dokter kalau itu.” Lidah Yasa berdecak kecil, tidak ingin kesenangannya ini berlalu begitu saja. Rugi sekali rasanya, sudah berada satu ruang dengan sang istri, tapi masih harus berpisah tempat tidur. Tapi, Yasa juga sebenarnya tidak menampik kalau saat tidur, tangannya bisa saja menjelajah ke mana-mana. Pada akhirnya, ia memikirkan ucapan Aya, bagaimana jika tanpa sengaja, tangan jahilnya itu pergi ke mana-mana dan men

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • My Dearest Cahaya   Empat Mata

    Sinar datang ke rumah sakit sepagi mungkin. Melewatkan sarapannya di hotel, agar tidak didahului oleh Astro datang ke rumah sakit. Napasnya terhembus lega, saat tidak mendapati Astro berada di depan kamar inap putrinya. Sinar pun langsung memasuki kamar yang pintunya terbuka sebagian itu. Terlihat Yasa sedang menyisir surai basah Aya yang mulai memanjang dengan lembut. Tapi tetap saja, Aya terdengar membeo, karena tidak puas dengan apa yang dilakukan Yasa pada rambutnya. “Pelan-pelan, napa sih. Jangan ditarik gitu.” protes Aya hingga berdecak berkali-kali, maniknya melirik sekilas pada sang bunda yang baru saja masuk ke dalam ruangannya. “Ini juga pelan kali, Ay. Rambutmu aja yang kusut, punya rambut tapi gak pernah dirawat ya begini.” Yasa juga membalas decakan Aya berkali-kali. “Tuh kan, rontok mulu. Keluar rumah sakit kamu harus pergi ke salon.” “Males.” jawabnya singkat dengan mengangkat kedua bahu. “Jangan mentang-mentang divonis bedr

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18

Bab terbaru

  • My Dearest Cahaya   Fin

    Yasa meraup separuh wajahnya, menatap bocah lima tahun yang kini tengah merengek untuk ikut pergi dengannya, ke dokter kandungan. “Papi sama mami gak lama, mainlah sama Aga. Nanti, Papi beliin burger.” “NO BURGER.” Aya yang baru muncul dari dalam dan mendengar percakapan suaminya dan putra sulungnya itu sontak memasang wajah galak. Berhenti diantara kedua lelakinya itu lalu melipat tangan di atas perut yang sudah membuncit. Kehamilan ketiganya saat ini memasuki usia 5 bulan, dan hari ini, adalah jadwal untuk memeriksakan kandungannya. Mereka juga tidak sabar dan sangat penasaran untuk mengetahui jenis kelaminnya. Karena anak kedua mereka lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki, dan diberi nama Telaga Dananjaya. Maka, keduanya berharap kalau yang ketiga ini, akan berjenis kelamin perempuan. “Why not?” protes Gara ikut melipat kedua tangannya di depan dada dengan bibir mungil yang mengerucut kecil. Mengikuti sikap sang mami yang ditunjukkan kepadanya.

  • My Dearest Cahaya   Dan Hasilnya ...

    Yasa terhenyak dan bangkit seketika. Terduduk sebentar lalu berlari ke kamar mandi. Terlihat sang istri yang tengah berlutut, menunduk seraya membuang semua isi perutnya ke dalam kloset duduk. Yasa yakin sekali kalau hari masih subuh, meskipun ia belum melihat jarum jam sama sekali.Bergegas menghampir Aya dan membantu untuk menyingkap rambut lalu memijat tengkuk sang istri. “Ke dokter ajalah, Mi. Udah dua hari begini terus.”Aya hanya bisa mengangguk pasrah kali ini. Menurut pada saran sang suami. Padahal dari kemarin, Aya sudah berencana akan mengunjungi Pras, tapi karena tubuhnya tiba-tiba drop, maka Aya membatalkannya.“Coba diinget-inget lagi, dua hari yang lalu habis makan apaan bisa sampai begini.”Tubuh Aya menegak, menyudahi kegiatan yang membuat tubuhnya lemas selama dua hari ini. Lalu bersandar pada sisi dinding kamar mandi untuk menetralkan napasnya. Seraya mengusap bibir dengan punggung tangan. Merasa tidak sanggup, un

  • My Dearest Cahaya   Sudah Memaafkanmu

    Kedua orang yang dulunya pernah saling menyayangi dan berbagi segalanya itu, kini masih terdiam. Bintang memilih untuk masuk ke dalam dan duduk di ruang tengah. Memutuskan untuk memberi kedua anaknya itu kebebasan, untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam kepala. Dan, ia hanya mengawasi jikalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun tetap berharap semua akan baik-baik saja.Bintang sudah percaya penuh dengan keduanya. Mereka sudah tahu batasan mereka. Dan untuk Astro, Bintang tahu pasti, kalau pada dasarnya, pria itu sangat baik. Aster hanya salah dalam mendoktrin otaknya sedari kecil, hingga rasa benci itu tumbuh tanpa mengetahui semua alasan yang ada di baliknya.“Kata papa, Kak Astro mau jual rumah?” Akhirnya, Aya jugalah yang membuka topik pembicaraan. Tidak nyaman dengan perasaan canggung, yang kali ini mendera keduanya.Aya tidak mau mengungkit tentang kepindahan Astro ke Surabaya. Karena yang telah direncanakan kakak sepupunya itu, sud

  • My Dearest Cahaya   Menyelesaikan Semuanya

    Hanya senyum datar dan kekehan garing yang sedari tadi dilontarkan oleh Yasa, sepanjang ia menanggapi ocehan Lex serta Elo. Setelah diberi waktu untuk berpikir selama 24 jam oleh Sinar, dan juga demi Gara, akhirnya Yasa menandatangani surat perjanjian yang telah disodorkan kepadanya. Ada tiga buah salinan asli yang harus ditandatangani. Yang nantinya, surat tersebut akan pegang oleh Yasa, Sinar dan juga Lex, orang kepercayaan Pras. Entah kenapa Yasa tiba-tiba yakin, kalau keseluruhan ini, adalah rencana pria yang masih saat ini masih mendekam di penjara. Setelah semua selesai, Sinar menyunggingkan senyum kecilnya. Memandang puas pada berkas yang sudah berada di tangan. Untung saja, kan, ia menceritakan semuanya kepada Pras, hingga terciptalah sebuah perjanjian yang jika dipikirkan lagi, secara keseluruhan semua terlihat hanya menguntungkan pihak Sinar. Dengan adanya perjanjian tersebut, Pras bisa menilai, sejauh mana kesungguhan Yasa terhadap pernikahannya de

  • My Dearest Cahaya   Meminta Izin

    Pump heel setinggi 3 senti itu, berjalan mundur beberapa langkah dengan pelan. Menoleh, pada pria yang asik duduk di sofa lobi sembari menunduk. Ibu jari pria itu sibuk bergerak pada ponsel yang dipegang secara horisontal. Fix! Lagi-lagi pria itu pasti tengah sibuk dengan gamenya.“Nando!” panggil Sinar yang berdiri tidak jauh dari ponakannya itu. Tadinya, setelah keluar dari ruangan Elo, Sinar hendak pergi ruangannya. Namun diurungkan, hatinya yang memanas karana bertemu Yasa, membuat Sinar ingin pergi ke rooftop bar yang berada di gedung perkantoran. Menyesap sesuatu yang dingin, untuk mendamaikan kepala sekaligus hatinya.“Eh, Bunda di sini?” tanya Nando terlihat salah tingkah. Pria itu mengusap tengkuknya sebentar sembari menghampiri Sinar. Meraih tangan wanita dan mencium punggung tangannya. “Lagi ngapain, Bund? Asa mana?”“Ya kerja, lah kamu ngapain di sini?”“Aku … aku mau ketemu Asa.&rdq

  • My Dearest Cahaya   Postnuptial Agreement

    Aya tersenyum canggung. Sebuah perasaan yang tidak pernah ada selama ini ketika bertemu dengan Tara, kini muncul. Rasa tidak nyaman karena mungkin, yang akan dikatakannya bisa menyakiti hati Tara. Selama ini, pria itu sudah terlalu baik untuknya. Meskipun terkadang sedikit sarkas, tapi Aya tahu, kalau di dalam sudut hati Tara, pria itu sangat menyayangi Aya juga Gara.“Tara …” Aya menggantung kalimatnya sejenak untuk menarik napas. Di kamar, ia sudah mengemasi pakaian yang selama ini diperolehnya dari Tara. Juga ada box bayi, pakaian Gara, dan segala keperluan Aya yang kesemuanya disediakan oleh pria itu ketika masih tinggal di vila. Sungguh, Aya berutang banyak pada Tara, dan pada akhirnya, ia belum mampu membalasnya. Justru malah hanya meninggalkan luka.Selama ini, Aya belum menyadari sepenuhnya kalau hatinya sudah tertambat pada Yasa. Aya pikir, kehidupan cintanya masih berpusat pada Astro, namun ia salah. Rasa sakit yang begitu menusuk ketika be

  • My Dearest Cahaya   Rencana

    Yasa meneguk ludah hingga berulang kali. Melihat putranya menyesap ASI langsung dari tempatnya, membuat Yasa hanya bisa menggigit jari. Berbulan-bulan tidak melihat dan menikmati tubuh sang istri, membuat pusat dirinya memberontak. Dan, Yasa tidak mau tahu, setelah Gara selesai, maka dirinya juga harus mendapatkan giliran. “Apa, Gara kalau minum ASI …” Yasa kembali menelan ludah, maniknya sedari tadi hanya terfokus pada bibir sang putra yang bergerak lahap menyesap penuh puncak dada istrinya. “Gara kenapa?” tanya Aya memecah lamunan Yasa dalam sekejab. “Oh, itu, kalau minum ASI, apa selalu lama seperti ini?” “Tergantung, gak tentu juga sih. Suka-suka dia aja.” Wajah Yasa terlihat semringah ketika melihat Gara melepaskan bibirnya mungilnya. Namun sejurus kemudian, wajahnya kembali tertekuk ketika Aya hanya memindahkan posisi tubuh Gara untuk menyesap di tempat satunya. “Apa harus dua-duanya gitu dia minum?” decak Yasa sedikit sewot. Bel

  • My Dearest Cahaya   Hei, Jagoan

    Lidahnya benar-benar kelu, tidak mampu menjawab pertanyaan Yasa. Aya membuang wajah tidak punya keberanian untuk menatap Yasa. Tidak juga mampu untuk beranjak dari duduknya, karena Yasa memegang erat kunci sabuk pengaman yang menyilang pada tubuh bagian depannya.“Di mana dia, Ay?”Jantung Yasa berdegub membingungkan. Tidak mampu menjelaskan, seperti apa perasaannya saat ini. Ada rasa takut, gembira, cemas, dan juga kesal yang bercampur jadi satu. Sudut hatinya mengatakan bahwa anak itu ada, dan terlahir ke dunia. Tapi, kenapa Aya justru tidak mengatakan hal apapun pada dirinya.“Cahaya …” Yasa meraih dagu runcing Aya agar menghadap ke arahnya. Berusaha mengeluarkan kata selunak mungkin, meskipun ada lonjakan emosi yang ingin menuntut sang istri agar segera memberi penjelasan kepadanya. “Apa dia di dalam?”Bibir Aya terkatup. Seharusnya, ia bisa mencegah tangan Yasa agar tidak menjelajahi tubuhnya. Tapi di lain s

  • My Dearest Cahaya   Tetes Putih

    Aster menghampiri putranya yang baru saja menghempaskan tubuh di atas ranjang, setelah pulang dari kantor. Pria itu sudah tidak pernah lagi, menjejakkan kaki di unit apartemennya. Selalu pulang ke rumah sang mama dan menjadikan Aster sebagai tempat bercerita tentang kegiatannya, setiap hari.Aster menepuk paha putranya yang berbaring di ranjang. Kedua kakinya masih menjuntai ke bawah dan raut wajahnya sangat lelah.“Apa, tawaran kemarin sudah kamu terima?”“Belum,” Astro meletakkan kedua tangan di balik kepalanya sebagai bantal, menerawang kosong menatap langit-langit kamarnya. “Kalau aku terima, Mama pasti kesepian, aku gak bisa datang sewaktu-waktu ke Jakarta.”Aster menggeser sedikit bokongnya, agar bisa melihat wajah Astro. “Kalau Mama ikut kamu, gimana? apa kamu keberatan?”“Mama serius?” Astro bangkit dan keduanya kini duduk saling berhadapan. “Yakin mau ikut ke Surabaya? dan &

DMCA.com Protection Status