“Saya memang mencintai kamu, Jasmine. Selama ini hanya kamu yang bisa membuat jantung saya berdebar setelah saya kehilangan Aakriti. Perasaan saya sama kamu itu serius.”
“Lalu bagaimana bisa kamu berhubungan dengan Joana?! Kalian bahkan sudah saling mengenal dari dulu, kalian satu kantor dan Joana juga sudah sangat dekat dengan Shagun dan orangtua Anda.”
“Saya nggak punya hubungan apapun sama Joana selain hubungan antara atasan dan karyawan,” ucap Jagat.
“Apa?” gumam Jasmine. Ia menjauhkan tubuhnya dari dekapan Jagat. Ia menatap Jagat dengan kening yang mengkerut. Ada segudang pertanyaan di dalam benaknya.
“Mana mungkin? Kalian sudah begitu mesra dan mengenal baik—“
“Aku akan menjelaskan semuanya sama kamu.” Jagat memotong kalimat Jasmine dan menarik tangan Jasmine kembali menuju ke ruang tengah.
“Duduk dulu.” Jagat mendudukan Jasmine di sebelanny
Jasmine masuk ke rumah dengan perasaan dongkolnya. Ia masih tak menyangka jika ia berpacaran dengan Jagat. Meskipun ia tak berkata ‘iya’ untuk menyetujui Jagat, namun tetap saja Jagat sudah menganggap kalau mereka saat ini sedang berpacaran.“Jasmine, kamu udah pulang?” tanya Mardina saat Jasmine sampai di ruang tengah.Keluarga Jasmine memang senang berkumpul di ruang tengah. Sejak dulu ruang tengah selalu menjadi tempat favorit untuk keluarganya. Setelah sibuk dengan rutinitas di laur rumah anggota keluarga biasanya akan berkumpul untuk mengobrol satu sama lain agar kedekatan dan keharmonisan keluarga tetap terjaga.“Iya, Ma.” Jasmine menghempaskan tubuhnya di atas sofa.“Gimana acaranya tadi?” tanya Benjamin.“Ya cuma gitu-gitu aja kok, nggak ada yang istimewa,” sahut Jasmine.“Tapi kok muka kamu kelihatan bete gitu?” tanya Benjamin.“Ya kan dari aw
Sepertinya keputusan Jasmine untuk menerima Jagat adalah keputusan yang buruk. Ia pikir setelah membiarkan Jagat menjadi kekasihnya, semua teror dalam hidupnya berakhir tapi nyatanya semua itu akan lebih parah.Dulu Jasmine merasa bahwa ucapan cinta dan pendekatan ekstrim yang dilakukan Jagat padanya sudah bagaikan teror yang mengancam ketenangan hidupnya. Belum lagi gejolak dalam diri Jasmine sendiri telah berhasil meneror Jasmine hingga hidupnya merasa tak tenang. Semakin ia menyangkal perasaannya pada Jagat, ia malah semakin terteror dengan perasaannya sendiri.Kini setelah Jasmine menerima Jagat sebagai kekasihnya meskipun belum sepenuhnya iklas, ia pikir Jagat akan berhenti menerornya. Tapi tidak, kini Jagat malah semakin meneror dirinya. Bagaimana tak merasa terteror jika saat ini mobil Jagat sudah terparkir di depan gedung bimbelnya. Jagat sama sekali tak mengindahkan ucapannya tadi pagi yang melarangnya untuk tak menjemputnya lagi.Meskipun Jasmine
Cukup lama Jagat dan Jasmine mengobrol hingga tiba-tiba hujan turun dan membuat mereka berlari memasuki rumah.“Ada apa ini, kenapa tiba-tiba saja hujan?” Gerutu Jasmine ketika ia sampai di teras.“Sudahlah, Sayang, kenapa harus menggerutu?” ucap Jagat.“Gara-gara hujan pakaianku jadi basah begini. Rambutku juga,” ucap Jasmine.“Kamu nggak perlu menggerutu begitu, kamu kan bisa mengganti pakaian, lagipula ini juga sudah sore dan sekalian saja kamu mandi di sini. Setelah itu kita akan makan malam romantis baru setelah itu aku antar kamu pulang.”“Aku mau pulang sekarang aja.”“Ini masih hujan, Sayang.”“Kita naik mobil jadi kita nggak akan kehujanan kan?!”Tiba-tiba saja ada sambaran petir hingga suara dan kilatannya membuat Jas
Jagat mengulurkan tangannya ke arah Jasmine. Jasmine mengerutkan kedua alisnya kala melihat Jagat mengulurkan tangan ke arahnya.“Apa kamu mau tetap di dslam kamar saja?”Jasmine menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Jagat.“Kalau begitu ayo kita keluar. Kita bisa menikmati teh hangat di ruang tengah,” ucap Jagat.“Tapi aku malu.” “Kenapa harus malu?”“Apa kamu nggak lihat? Aku kan cuma pakai kemeja punya kamu, nanti kalau orang-orang lihat gimana?” ucap Jasmine.“Nggak akan ada yang berani lihat kamu apalagi sampai ngomongin kamu yang macam-macam. Ayo, atau kamu mau kita di dalam kamar aja kayak gini? Tapi aku nggak janji loh kalau aku bisa mengendalikan diriku, kamu tahu sendiri kan akalu aku udah lama nggak begituan?!”Bulu kuduk Jasmine langsung m
Kini Jasmine sudah berada di dalam kamarnya sendiri setelah tadi diantarkan pulang oleh Jagat. Beruntung tadi hujan berhenti turun saat jarum jam mengarahkan ke angka setengah sembilan. Jika tidak, bisa dipastikan kalau dirinya akan tertahan lebih lama lagi di rumah Jagat.Jasmine berjalan mengendap-endap memasuki rumahnya agar tak ketahuan oleh orangtuanya. Bukan takut ditanyai karena ia pulang malam karena ia bisa menjawab pertanyaan itu dengan mudah. Yang ia takutkan adalah bagaimana jika orangtuanya bertanya tentang pakaian yang ia kenakan saat ini. Iya, dirinya bisa menjawab dengan jawaban yang sebenarnya jika tadi sore dirinya kehujanan dan terpaksa harus meminjam pakaian temannya. Tapi yang jadi masalah adalah apa temannya tak memiliki pakaian lain selain kemeja kedodoran itu? Dan bisa-bisa ia langsung akan dinikahkan jika orangtuanya sampai tahu kalau dari sore hingga malam dirinya berada di rumah seorang teman laki-laki.“Jasmine!” Seru Mardi
Saat jam pulang sekolah usai, Jasmine bersiap-siap untuk meninggalkan sekolah. Saat ia akan menaiki taksi, tak sengaja tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata seorang pria yang sudah ia lupakan.Pria itu mendekat ke arah Jasmine hingga membuat ia gugup. Ia menolehkan pandangannya ke sekitarnya yang ternyata masih sangat ramai kaarena ini adalah jam pulang sekolah. Banyak murid dan guru yang keluar dari pintu gerbang dan sudah dipastikan mereka semua bisa melihat keberadaannya yang sedang berdiri di samping taksi di depan pintu gerbang.“Jasmine, aku mau bicara sama kamu,” ucap Leo.“Leo, jangan begini. Mereka semua melihat kita.”“Persetan dengan mereka semua. Aku hanya ingin bicara sama kamu, Jasmine. Aku nggak akan bisa kalau kamu terus menghindari aku seprti ini. Terakhir kali kita berpisah karena ada masalah dan aku nggak mau membiarkan masalah kita semakin berlarut-larut,” ucap Leo.Beberapa hari i
“Makanannya udah habis, jadi sekarang kamu udah bisa pulang. Makasih makan siangnya,” ucap Jasmine.“Kita pulang bersama,” sahut Jagat.“Kamu pulang duluan aja. Masih ada yang harus aku kerjakan.”“Kalau gitu aku temani kamu di sini.”“Kamu jangan konyol ya, Jagat. Kalau kamu kelamaan di sini mereka akan jadi curiga sama kita,” ucap Jasmine geram.“Nggak masalah kan, lagipula kita juga pinya hubungan khusus jadi wajar kalau aku di sini.”“Mereka nggak tahu soal hubungan kita.”“Kalau begitu kita beritahu mereka saja agar mereka bisa memaklumi kalau aku menemui kamu.”“Enggak! Aku nggak setuju. Aku nggak mau hubungan kita diketahui banyak orang.”“Kenapa? Kamu masih malu punya calon suami kayak aku gini? Sayang, biar pun aku ini seorang duda tapi aku nggak takut kalau harus bersaing sama mereka yang masih laja
Tak terasa satu bulan sudah Jagat dan Jasmine memiliki hubungan khusus. Setiap harinya Jagat selalu menyempatkan untuk mengantar jemput Jasmine karena sejak kecelakan waktu itu hingga sampai saat ini Jasmine masih tak ingin mengemudikan mobilnya sendiri.Karena itulah tak ada gunanya juga Jasmine meminta Shagun datang ke JM Smart untuk melakukan les privat. Sejak berhubungan dengan Jagat, Jasmine kembali memberi bimbingan belajar Shagun di rumah.Seperti hari jum’at ini misalnya, dengan dijemput Jagat, Jasmine kembali datang ke rumah Jagat. Kali ini tak hanya untuk menuruti keinginan Jagat namun juga untuk memberikan bimbingan belajar kepada Shagun.“Kak Jasmine, Papi!” seru Shagun gembira melihat dua orang yang ia sayangi berjalan beriringan memasuki rumah.“Kamu mau belajar di mana, Sayang?”“Di ruang kerja Papi aja, aku udah siapkan bukuku di sana,” sahut S
Kebahagiaan Jasmine semakin meningkat setiap harinya. Di kehamilannya yang kedua Jasmine melahirkan bayi perempuan lagi yang mereka beri nama Grizelle Clemira Jagat Paraduta. Sedikit rasa kecewa namun tak mengurangi rasa bahagianya. Dalam hatinya sebenarnya ia ingin memberikan cucu laki-laki untuk suami dan mertuanya, namun Tuhan berkehendak lain. Ia tak perlu berlarut memusingkan hal itu karena orangtuanya dan mertuanya menerima putri keduanya ini dengan penuh rasa bahagia.Dua tahun setelah Jasmine melahirkan Grizelle, ia kembali melahirkan buah hatinya. Kali ini Jasmine melahirkan seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aryan Gentala Jagat Paraduta. Lengkap sudah hidup Jasmine. Sekarang ini dirinya sudah memiliki tiga putri dan satu putra.Setiap hari Monica mengusahakan agar bisa berkunjung ke rumah Jagat agar ia bisa bermain dengan cucu-cucunya. Jika di akhir pekan, ia akan mengajak Barmal untuk menginap di rumah anaknya itu.Jagat memperhatikan Jasmine ya
Ponsel Jasmine berdering membuat aktifitasnya melihat-lihat baju terhenti.“Bentar ya, Kak. Aku angkat telpon dulu, ini dari sekolahannya Shagun.”“Iya.” “Iya, halo. Apa? Iya, saya segera ke sana!” seru Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ada apa, Jasmine?” tanya Rosaline yang juga ikut panik.“Kak, aku harus ke sekolahan Shagun sekarang. Shagun brantem sama teman sekelasnya,” ucap Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ya Tuhan, kenapa bisa begitu?” tanya Rosaline yang sekarang ini juga ikut panik.“Nggak tahu. Kakak nggak pa-pa kan kalau aku tinggal pergi ke sekolahannya Shagun?”“Nggak pa-pa, kamu nggak
“Hai, Sayang. Tumben rumah sepi, anak-anak di mana?” Tanya Jagat saat ia memasuki rumah.Jasmine tersenyum menyambut kepulangan Jagat dari kantor. “Anak-anak ada di kamar. Mau aku buatkan teh?”“Boleh, tapi minta pelayan saja yang membuatnya. Kita ke kamar saja,” ucap Jagat.Jasmine menoleh ke arah pelayan yang berdiri menunduk di belakangnya. “Tolong buatkan teh untuk Tuan lalu bawa ke kamar.”“Baik, Nyonya.” Pelayan itu segera masuk ke dapaur.Jasmine mengambil alih tas Jagat untuk ia bawa. Ia berjalan beriringan dengan Jagat menuju ke kamar mereka. Setelah sampai kamar Jasmine membantu Jagat melepas jasnya saat Jagat melepas dasinya.“Kamu mandi dulu sana,” ucap Jasmine. “Kita mandi bersama.”“Aku udah mandi, Sayang. Besok pagi saja kita mandi bersamany
Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, namun mata Jagat masih saja terfokus dengan layar handphonenya.Keluar dari kamar mandi rupanya Jasmine sudah berganti pakaian dengan menggunakan lingerie sexy berwarna merah kesukaan Jagat. Ia berjalan lenggak-lenggok seperti seorang model menuju ke arah ranjang.Mengetahui ada sedikit hal yang tak beres, Jagat segera menarik pandangannya dari layar handphonenya menuju ke arah istrinya yang sedang berjalan ke arahnya itu. Sontak saja mulut Jagat menganga lebar dan kedua matanya melotot hingga biji matanya hampir keluar. Ia langsung meletakan handphonenya ke atas nakas. Pikiran dan matanya saat ini terfokus pada Jasmine yang sedang berjalan berlenggak-lenggok menuju ke ranjang.Jasmine pura-pura tak menyadari jika saat ini Jagat sedang memperhatikannya dan sudah meneteskan banyak air liurnya karena melihat keseksian tubuh Jasmine yang dibalut dengan pakaian mini. Ditambah lagi pakaian ini terasa lebih sesak dibandi
Setiap hari Jasmine selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan Jagat dan Shagun. Semakin hari keahlian memasaknya semakin bertambah. Banyak kreasi menu masakan yang akan ia hidangkan untuk keluarganya di setiap harinya.Semenjak menikah Jasmine sudah jarang keluar rumah untuk hal yang tak perlu. Apalagi sekarng ini ia sudah memiliki Myesha. Hari-harinya akan disibukan dengan mengurus putrinya yang sudah berumur dua bulan itu.Masih dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kucel, Jagat turun dengan menggendong Myesha yang menangis. Ia berjalan menghampiri Jasmine yang masih asik berkutat di dapur.Mendengar tangisan putri kecilnya, membuat Jasmine menghentikan aktifitas dapurnya. Ia lalu mencuci tangannya sebelum ia menghampiri putrinya. “Hai, Sayang anaknya Mami. Kenapa nangis? Cari Mami ya?” Jasmine mengambil alih Myesha dari gendongan Jagat.“Sayang, sebaiknya kamu nggak usah masak dulu deh. Urusan dapur biar diselesaikan sama pelayan
Satu bulan semenjak Jasmine melahirkan bayinya, hari ini di rumahnya ia dan Jagat mengadakan acara satu bulanan sekaligus acara pemberian nama untuk bayi mereka. Jasmine dan Jagat sepakat untuk memberikan nama bayi mereka dengan nama Myesha Chalendra Jagat Paraduta.Jasmine dan Jagat mengundang banyak teman, keluarga dan relasi bisnis mereka. Tapi sayangnya Mardina dan Benjamin tak bisa hadir ke acara syukuran sekaligus acara pemberian nama bayi karena mereka harus menemani Rosaline yang saat ini memutuskan untuk sementara waktu tinggal di luar negri setelah masalah yang datang menimpanya.Jasmine sudah cantik mengenakan gaun indah berwarna merah muda, begitu pula dengan Jagat, Shagun dan Myesha. Mereka kompak menyambut para tamu dengan pakaian yang senada. Mereka juga menyeragamkan para tamu undangan untuk memakai pakaian yang berwarna putih.Rumah mewah mereka sudah sejak kemarin dihias dengan sedemikian rupa untuk mendukung acara hari ini.“Sayan
Jasmine membuka tiga kancing pakaiannya agar dirinya bisa mengeluarkan payudaranya dan bisa menyusui bayinya. Ia tersenyum manakala bayinya langsung melahap ASInya.“Rasanya kayak gimana gitu ... nyusuin bayi.” Jasmine tersenyum seraya terus saja memperhatikan wajah bayinya yang imut dan cantik. Wajah bayinya ini di dominasi oleh wajah Jagat. Mulai dari hidungnya, matanya, bibirnya, semuanya milik Jagat.“Enakan mana nyusuin bayi sama nyusuin papinya bayi?” tanya Jagat.“Kamu ini ngomong apaan deh, Sayang?!” Ketus Jasmine membuat Jagat tertawa.Jagat duduk di pinggiran ranjang Jasmine menghadap ke arah Jasmine. Matanya fokus ke arah bayinya.“Aku sangat bersyukur kita bisa kembali berkumpul lagi seperti ini, Sayang. Waktu kamu masuk ruang persalinan tadi pikiran aku udah nggak karuan. Rasa takut itu kembali datang, entah mengapa hal-hal buruk bisa menguasai pikiranku. Padahal aku terus berdoa untuk keselama
Orangtua Jasmine dan Jagat berkumpul di ruang inap Jasmine. Mereka tampak antusias menyambut anggota baru di keluarga mereka. Mardina yang menggendong bayi Jasmine terlebih dulu, ia merasa bahagia sekaligus terharu kala dirinya saat ini nyata menggendong cucu pertamanya yang lahir dari rahim putri bungsunya. Tak ia sangka jika cucunya akan terlahir sehat dan tanpa kekurangan sesuatu hal apapun, mengingat bagaimana rapatnya Jasmine menyembunyikan tentang kehamilannya dulu.Mardina dan Benjamin meneteskan air mata haru sekaligus bahagia. Mereka berdua merasa bahagia atas keberhasilan putri bungsunya melahirkan anak pertama, namun di lain sisi mereka juga merasa sedih merasakan derita putri sulungnya yang saat ini juga sedang mengandung dengan pria yang masih berstatus suami dari wanita lain. Terlebih keluarga dari pihak pria itu juga tak menginginkan putri sulung mereka untuk dijadikan bagian dari keluarga mereka.“Kalian sudah menyiapkan nama untuknya?” tany
“Mama? Mama di sini?” tanya Jagat.“Ada apa? Siapa yang sakit?” tanya Mardina panik.“Jasmine akan melahirkan, Ma. Ini aku baru mau menghubungi Mama dan Papa,” sahut Jagat. Ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.“Jasmine mau melahirkan?!” seru Mardina panik.“Iya, baru saja dia masuk ke ruang persalinan,” sahut Jagat.“Ya Tuhan, berikan kelancaran untuk persalinan Jasmine. Mama akan menghubungi Papa kamu dulu.” Jasmine mengambil ponselnya dari dalam tasnya lalu menghubungi Benjamin.“Halo, Pa. Mama ada di bawah. Mama ketemu sama Jagat. Ternyata Jasmine sedang melahirkan.”“Apa?! Kalau begitu Papa ke sana sekarang.”“Tapi bagaimana dengan Rosaline?” “Ada apa, Pa?” Terdengar suara lemah Rosaline dari samb