Di dalam mobil Van Conan dan Christian tengah tidak sadar kan diri, mereka di bawa oleh Segerombolan orang yang berpakaian serba hitam.
Tampak dua orang tengah mengapit Conan dan Christian di kursi penumpang, sedangkan dua lainnya berada di kursi depan dan kursi kemudi. Mereka bagaikan binatang haus darah, wajah yang begitu sangar menimbulkan kesan berbahaya.
Mereka berdua di bawa ke sebuah gudang tua yang sudah terbengkalai, di sana cukup terpencil, sehingga tidak terdengar suara kendaraan yang berlalu lalang.
Di sisi lain tubuh Clarisa bergetar hebat, dia begitu panik, tatapannya begitu kosong. Adrian juga sama cemasnya.
Di bangsal rumah sakit Athes tengah dimintai keterangan atas hilangnya kedua putra Clarisa. Mereka awalnya acuh tak acuh, dalam menangani kasus hilangnya Conan serta Christian.
Namun setelah mereka mengetahui anak yang hilang itu adalah anak dari Lukas, orang yang berpengaruh dalam negeri mereka pun dengan sigap melayani me
Di sisi lain Clarisa masih dalam keadaan panik, dia begitu khawatir dengan kedua putra kecilnya. Clarisa memandang ke luar jendela, tampak hari telah berganti malam akan tetapi Lukas belum mendapat kabar baik. “Ibu, bagaimana ini?” Clarisa memeluk Adrian, sembari menangis. Lukas menunjukkan wajah suram saat kembali ke mansion, walau pun terlihat tenang akan tetapi Lukas juga dilanda kekhawatiran yang cukup besar, mengingat putra yang satunya adalah anak yang sakit. “Suamiku bagaimana? Apa kau menemukan petunjuk?” “Mengapa begitu lama? Apa yang akan terjadi pada kedua anak malang itu?” Clarisa terisak seraya memukul pelan dada bidang Lukas. Lukas sadar akan ketakutan Istrinya, Conan seharusnya meminum obatnya akan tetapi malam ini dia melewatkannya. Entah apa yang akan terjadi pada putra sulungnya? Lukas tidak mampu membayangkannya. Lukas memijat dahinya, kali ini sungguh tidak berdaya. Sejenak dia berpikir bahwa Conan memakai j
Di MansionClarisa tampak kuyu dan tak bergairah, dia tidak makan dalam dua Hari ini. Ya, jika di pikirkan lagi bagaimana bisa seorang ibu yang baru saja kehilangan putranya dapat makan dan tidur dengan tenang?Perasaan gelisah tengah menghantui Clarisa, membuatnya terus terjaga tanpa bisa memejamkan matanya walau hanya sesaat.Tok... tok... terdengar ketukan pintu dari arah luar kamar.Clarisa melirik sejenak, tatapannya jatuh ke arah pintu. Terdengar suara. “Nyonya, ada Nona Joana ingin bertemu dengan Anda.”Napasnya terdengar berat, dengan lemah dia berkata. “Biarkan dia masuk, Tolong antarkan dia ke kamarku.”Sang pelayan pun meninggalkan Clarisa dan mempersilakan Joana untuk masuk ke dalam kamar.Saat Joana masuk ke dalam kamar Utama di mana Clarisa berada, ia begitu takjub dengan interior yang di suguhkan di depan matanya. Tidak terlalu banyak barang yang ada di sana, suasana dalam kamar mence
Lukas dan Gerald memasuki area yang cukup terpencil, tampak sekitar cukup gelap. Bagaikan tidak ada kehidupan yang lainnya.“Bagaimana? Apa kita sudah dekat?” Lukas bertanya seraya memandang sekeliling mereka. Tampak padang rumput yang luas dan dikelilingi oleh hutan.“Lihatlah tandanya berhenti di area ini,” seraya menunjuk ke layar laptop.Lukas melirik, dia mengamatinya dengan saksama, tampak dari sinyal yang di berikan itu berada tidak jauh dari tempatnya berada.Drrrttt... Drrrttt... ponsel Lukas bergetar, tampak dari layar depan itu panggilan dari Yo Han, Lukas segera menjawabnya.“Bagaimana?” Tanyanya.“Target sudah berhasil di lumpuhkan, misi Clear.” Yo Han memberi laporan bahwa target telah di amankan.“Bawa dia bersamamu, dan gali informasi tentang siapa yang memerintahkannya, dan cari tahu siapa dalang dari kejadian ini!”“Kau mengerti?” Lu
Jay yang menerima permintaan bantuan pun segera membawa beberapa personil, dan juga tim medis menuju alamat yang di berikan pada oleh Gerald padanya. Di depan adalah mobil yang tengah dikendarai oleh Jay dan juga, Marvel. Marvel yang tadinya berada di luar negeri itu bahkan terbang langsung dengan Jet pribadi miliknya, untuk membantu misi penyelamatan kedua putra Lukas. Di ikuti dengan tiga mobil Jip di belakangnya. Pergi menuju tempat Gerald berada. “Jadi bagaimana situasinya” Marvel bertanya dengan tatapan yang serius. “Menurut Tuan Gerald. Tuan muda Christian sudah diselamatkan. Sekarang Presdir tengah menyelamatkan Tuan muda Conan, yang masih dalam pengejaran.” Jay berkata seraya menghela napas beratnya. Marvel menatap Jay dengan tatapan yang dalam. “Ada apa? Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?” Marvel bertanya dengan sedikit cemas. “Ya, kami sangat khawatir mengingat Tuan muda Conan.” Jay menundukkan kepalanya. Dia menggig
Lukas menatap nanar wajah putranya yang di lumuri oleh darah. Dia mencoba untuk bangkit namun, segera ditahan oleh Jay. “Apa yang sedang kau lakukan?” Jay menahan tubuhnya, lalu menekannya kembali agar dirinya berbaring, sementara dirinya menghentikan pendarahan di perutnya. Lukas terus menatap wajah Conan yang semakin hilang dalam penglihatannya, sedetik kemudian dirinya memejamkan matanya. Samar-samar terdengar teriakan Jay yang menggema di telinganya. “Medis, medis.” Jay berteriak seraya menekan luka di bagian perut Lukas. Marvel yang mendengar teriakan Jay pun segera meminta tim medis untuk datang membantu Lukas. “Bagaimana?” Marvel bertanya pada petugas medis. Sang petugas hanya menggelengkan kepalanya. “Kondisinya sangat lemah kita harus segera membawanya ke rumah sakit.” Marvel menggigit bibir bawahnya, ia menghela napas beratnya. Sejenak berpikir mencari solusinya. Marvel meraih ponselnya, lalu menekan beberapa di
Di sebuah tempat yang gelap, dan lembap tampak seorang pria duduk seorang diri, wajahnya telah babak belur karena di hajar berulang kali oleh orang-orang Yo Han.Yo Han masuk ke dalam ruangan, dia menghampiri orang telah berada di dalam. Di melangkah masuk, berjalan dengan anggunnya. Jarinya yang indah itu, memegang dagu Lin yang sudah berlumuran darah.“Jadi apa kau masih ingin tetap bungkam?”Lin tetap saja bungkam soal siapa dalang dari penculikan yang menargetkan kedua putra Lukas.Yo Han menghela napas beratnya, dia menyeringai jahat di depan Lin. “Ku dengar kau sangat setia pada Bosmu, akan tetapi apa kau akan tetap bungkam jika kau melihat ini.”Dengan santainya dia mengeluarkan beberapa foto dari balik jasnya. Tampak di dalam foto ada seorang wanita yang tengah menggendong seorang anak yang berusia sekitar lima tahunan.Awalnya Lin tampak tak peduli dan acuh, namun saat dia melirik pada sekumpulan foto i
Di sebuah apartemen, Seo Nari tengah termenung dia yang duduk di sofa ruang tamu itu terdiam, sesekali tampak senyum hangat tersungging dari sudut bibirnya, namun sedetik kemudian ia tersenyum pahit. Di ruang tamu itu tampak ada seorang pria yang tengah tersenyum hangat padanya, raut wajahnya begitu bersinar kala menatap wanita yang tengah duduk di sofa itu. Nari terisak tertahan, matanya berkaca-kaca kala menatap bayangan pria yang pernah singgah di hatinya itu. Nari menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan miliknya. “Mengapa begitu sesak? Sekeras apa pun aku mencobanya semakin hatiku terluka olehnya.” “Aku sangat merindukanmu, sejak dulu hingga sekarang perasaan itu tetap sama. Aku ingin kau kembali.” “Tapi aku bisa apa?” Nari berbicara dengan dirinya sendiri, ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangi
Di depan Altar Clarisa tengah berlutut, ia tak henti-hentinya berdoa dengan deraian air mata berharap suami dan anak-anaknya selamat. Dirinya tak beranjak sedikit pun dari sana. Penampilannya bahkan sudah tidak karuan, Clarisa juga tidak makan dan minum. Tatapan yang penuh pengharapan itu tersirat jelas dalam sorot matanya. Di sisi nya selalu ada Joana, ia mendampingi Clarisa hingga saat ini, dirinya tidak pernah meninggalkannya walau hanya sebentar, penampilan Joana juga tak kalau semrawut dengan sahabatnya Clarisa, wajah yang biasanya cantik itu kini tampak tua hanya dalam semalam. “Clarisa, kau harus memakan makananmu. Jangan seperti ini!” “Jika kau terus begini kau akan jatuh sakit, apa kau tidak ingin melihat mereka?” “Clarisa, makanlah walau hanya sedikit.” Joana mencoba untuk terus membujuk sahabatnya agar makan sesuatu. Clarisa mengalihkan pandangannya pada Joana, mata yang indah itu di genangi oleh air mata. Ia mena
Kabar kematian Conan sudah tersebar pada keluarga maupun para sahabat Lukas. Bahkan Yo Han yang menghilang sejak setahun lalu pun mendengar kabar tentang putra sulung Tuan muda Jiang yang meninggal. Yo Han begitu kaget saat mendapat pesan dari salah satu orangnya yang mengatakan bahwa Putra sulung Lukas meninggal. Yo Han segera naik jet pribadinya untuk sampai ke Jincheng, sedangkan yang lainnya sudah berdatangan ke rumah duka. Lukas terduduk lemah di depan Altar ia bagaikan mayat hidup Lukas kehilangan gairah hidupnya. “Bagaimana dengan Clarisa apa dia sudah tahu tentang kabar Conan?” Joana begitu khawatir tentang mental Clarisa. “Lukas belum memberi tahunya, lagi pula Clarisa masih tidak sadarkan diri setelah menjalani operasi.” Sahut Gerald. “Aku tidak tahu bagaimana perasaan Lukas saat ini yang jelas itu sangatlah menyakitkan.” Raymond menatap iba pada Lukas yang terus memberi hormat pada setiap pelayat. Gerald mengedarkan pandangannya ia
2 bulan penuh Conan berada di rumah sakit, Conan sendiri lebih tahu tentang kondisi tubuhnya ketimbang orang lain. Ia tetap berusaha seceria mungkin dan sesering mungkin ia tersenyum dan tertawa walau hanya gurauan yang garing. Ia terlihat lebih menikmati hidupnya. Conan di pulangkan karena ia ingin tinggal dan dirawat di rumah. Semua orang di mansion menyambutnya, kebahagian mulai menyelimuti keluarga Lukas karena Clarisa juga tengah mengandung anak ketiga Lukas. Orang-orang begitu bahagia begitu pula dengan Conan dan Christian yang akan menjadi calon kakak bagi adiknya saat lahir kelak. “Betapa beruntungnya dia saat lahir nanti sudah memiliki dua Kakak yang sangat tampan dan bisa diandalkan. Aku sangat iri padamu.” Ucap Joana saat berada di mansion. Clarisa hanya tersenyum tipis jika mengingat Conan yang mungkin tidak akan sempat melihat adik kecilnya lahir ke dunia. Lukas masih terus berusaha mencari-cari rumah sakit di luar negeri yang bisa menyembuhkan C
Di depan ruang IGD semua orang menunggu dengan cemas, saat dibawa ke rumah sakit Conan sudah kehilangan kesadarannya. Christian masih shock dengan apa yang menimpa Conan tubuhnya yang basah membuatnya menggigil. Karena terburu-buru mereka melupakan Athes dan juga Christian yang dalam keadaan basah kuyup. “Anakku, tidak apa-apa. Conan pasti baik-baik saja.” Clarisa mendekap Christian dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya. “Sebaiknya kalian berdua berganti pakaian, Jay sudah membawakan pakaian ganti untuk kalian. Pergilah.” Athes dan Christian dibawa pergi oleh Jay sementara Lukas dan Clarisa amasih menunggu kabar tentang Conan. Kaca-kaca yang ada di mata Clarisa pecah begitu saja menyisakan luka bagi Lukas. “Apa ini akhirnya?” Clarisa bertanya dengan terbata-bata. “Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kita belum tahu persis keadaannya. Jangan pesimis seperti itu pada hidup Putra kita.” Dokter yang bertugas di IGD datang menghampiri ke
Satu tahun setelah pernikahan Gerald dan Joana keduanya hidup bahagia bersama dengan malaikat kecilnya yang telah mengisi hari-hari keduanya. Suasana rumah Gerald begitu hangat kala suara tangis memenuhi seisi rumah. Walau Gerald sibuk dengan urausan pekerjaan ia tidak pernah mengabaikan putrinya yang belum genap setahun itu. Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat tak terasa sudah satu tahun sejak Conan menjalani kemoterapinya. Bukannya semakin membaik kondisi Conan malah memburuk. Kanker yang awalnya stadium 2 kini telah menjadi stadium 3 semakin tipis harapan Conan untuk sembuh sepenuhnya. Clarisa sudah pasrah akan kondisi putra sulungnya setiap malam ketika tak ada seorang pun di kamar ia akan menangis hingga larut malam sampai Lukas pulang ke mansion. Christian yang selalu ceria kini berubah menjadi pendiam ia tak lagi banyak bicara, terkadang ia juga sering menangis di halaman belakang menangisi Conan yang tidak pernah sembuh. Setiap kali ia teringat bagaima
Gerald terdiam membeku ia bagaikan disambar petir di siang bolong saat mendengar pengakuan Joana gelas anggur yang ada di tangannya bahkan lepas dan terjatuh hingga pecahannya bertebaran dimana-mana. Gerald berdiri dari duduknya ia menatap Joana dengan penuh arti sedangkan Joana sendiri hanuya mampu menundukkan kepalanya ke bawah ia takut akan kenyataan jika Gerald tidak menerima kehadiran dah dagingnya sendiri.Hal yang selalu ditakutkan olehnya itu tidak pernah terjadi. Kaca-kaca di dalam mata Gerald telah menggenangi bola matanya yang coklat ia setengah berlutut sembari memegang tangan Joana.“Apa yang kau katakan itu benar adanya?”“Apa kau sedang mengandung anakku?”“Kau tidak bercanda bukan?” Gerald bertanya penuh pengharapan pada jawaban Joana.“Ya, aku mengandung Anakmu.” Ucapnya pelan.Ekspresi Gerald tidak terduga ia begitu bahagia kala mendengar kabar itu. Ia bahkan berjingkrak
Di pagi hari yang cerah Joana terbangun di dalam kamarnya, ia meraih bungkusan kecil dan membawanya masuk ke toilet dengan perasaan deg-degan Joana memberanikan dirinya untuk memeriksa dirinya sendiri. Joana membuka bungkusan test pack dengan tangan gemetar ia memasukannya dalam tempat yang sudah menampung urine nya sendiri. Belakangan ini Joana selalu merasa mual tiap pagi hari, ia juga tidak mendapatkan menstruasinya sudah dua bulan ini ia sedikit cemas. Joana memejamkan matanya ia sedikit takut dengan hasilnya, perlahan ia membuka matanya dan terlihat dengan jelas di alat tes kehamilan itu menunjukkan dua garis merah yang artinya dia positif hamil. Joana tentu saja bergembira akan hal itu namuan, sedetik kemudian ia kembali terdiam. Dirinya tidak tahu bagaimana reaksi Gerald setelah ia tahu bahwa dirinya telah mengandung darah dagingnya. “Bagaimana ini? Aku takut mengatakannya.” Joana berpikir cukup keras tentang apa yang harus ia katakan pada Gerald.
Selepas bersedih Lukas dan Clarisa turun secara bersamaan menuju meja makan karena sudah waktunya sarapan. Conan dan Christian sudah kembali dalam keadaan yang semula seakan tidak ada yang terjadi hanya mata sembab Christian yang tidak bisa berbohong. Dari arah lain Athes masuk menuju ruang tamu dengan membawa obat-obatan yang harus diminum oleh Conan ia meletakannya di meja ruang tamu tampak pemandangan yang sedikit menyakitkan bagi yang melihatnya. "Ayo, makanan sudah siap!" Lukas mengajak semua orang untuk menuju meja makan. Di sana telah banyak hidangan dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup ada di atas meja. Aroma masakan yang tercium semakin membuat orang menjadi lapar kala menghirupnya. Semua orang mulai berjalan menuju meja makan untuk menikmati hidangannya. “Makanlah yang banyak.” Lukas menaruh lauk pada mangkuk kedua putranya tanpa ada yang dibedakan. Christian tersenyum saat menerima lauk yang diberikan oleh ayahnya.
Hari telah berganti menjadi malam sepanjang perjalanan menuju mansion Conan hanya memejam kan matanya. Ia sudah terlalu lelah hari ini Lukas memandangnya dengan tatapan sendu. Sesampainya di mansion Clarisa telah menunggu kedatangan mereka berdua bersama Conan. Terlihat juga Athes ada di ruang tamu menemani Christian. “Apakah tidur?” Clarisa menghampiri Conan. Ia mengangkat sedikit kupluk yang menutupi wajahnya benar saja Conan sudah tertidur. “Ayah,” Christian berhambur memeluk pinggangnya. Lukas melihatnya dengan mengulas senyum hangat. “Bersabarlah, Ayah akan menidurkan Conan lebih dulu. Baru menemnimu sebentar.” Lukas mengusap puncak kepala Christian kemudian berlalu menuju lantai dua dimana kamar Conan berada. “Ibu,” Christian beralih memandang pada Clarisa yang berdiri. Clarisa segera menghampiri Christian ia berusaha menenangkannya. “Tidak apa-apa, Conan hanya kelelahan saja besok pagi ia akan bangun seperti biasanya.” Mendengar
Lukas berjalan dengan anggun menuju tempat Conan berada raut wajah yang tadinya tidak baik itu seketika berubah saat Conan mengulas senyum hangat padanya. Wajah pias itu masih kentara di antara senyum yang menghiasinya. Lukas semakin mendekati keberadaan Conan. Ia setengah berlutut di hadapan Conan. “Apakah sudah lebih baik?” “Eng,” Conan menganggukkan kepalanya pelan sebagai balasan dari pertanyaan Lukas. “Lalu apa kau masih ingin pergi memotong rambutmu?” Lukas kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar. Senyum hangat itu kembali muncul di wajahnya tangan kecilnya menyentuh pipi Lukas terasa lembut dan begitu dingin saat disentuh olehnya, Lukas menatap matanya yang sendu. “Dingin sekali?” “Aku hanya sedikit kedinginan saja Ayah, tidak perlu dikhawatirkan!” Conan beranjak dari duduknya ia mencoba mencoba menarik tangan besar Lukas agar segera menuju tempat dimana ia akan memotong rambutnya. Lukas menguatkan hatinya lalu mengikuti kem