jangan lupa follow igeh aku ya mamacih
“Tidak baik, perempuan dan laki-laki dewasa berada di satu ruangan seperti ini Pak.” Kimi masih mematung, sebagai gadis dewasa ada perasaan takut di dalam hatinya, jika pria yang sekarang sedang berdiri menatapnya itu melakukan hal-hal di luar nalar nantinya.Richie seketika lesu dan memilih untuk tidak mendebat Kimi. Ia meletakkan bungkusan makanan yang sedari tadi berada di tangannya ke meja dan memilih berjalan meninggalkan apartemen Kimi. Tak lupa dia berbisik saat melewati gadis itu yang kini merasa bersalah karena seperti mengusirnya dengan cara yang kurang sopan.“Makan lah! aku sudah membelikannya untukmu.”Kimi menghela napasnya, pada akhirnya dia harus berbalik dan memanggil nama pria itu,” Pak Richard, apa anda suka ayam panggang?”Richie yang hampir menekan password pintu apartemennya pun menahan senyumannya. Ia memalingkan muka dan menanyakan apakah Kimi bersedia dan tidak keberatan makan bersama.“Sesekali tidak masalah,” jawab dokter cantik itu sambil melebarkan lagi d
Muka Kimi seketika merona merah saat Noah yang mendengar ucapannya menipiskan bibir. Aktor itu benar-benar tampan, wajahnya kalem, kulitnya bersih bukan putih, intinya bagaimana paras Noah tidak terdifinisikan lagi bagi Kimi. Gadis itu sampai mematung saat Noah menatap kepadanya, begitu beda wajah pria itu di layar kaca dan nyata. Menurut Kimi, Noah yang asli lebih keren dan lebih ganteng. “Silahkan duduk! saya akan meminta perawat mengambilkan obat.” Menyadari sepertinya Noah butuh ruang, beberapa staff memilih untuk menunggu di luar klinik sambil berbincang. “Apa aku boleh memejamkan mata barang sepuluh menit?” pinta Noah ke managernya. Mendengar hal itu Kimi hanya bisa berbicara di dalam hati, sepertinya menjadi seorang public figure tidaklah mudah. Kimi memilih duduk di tempatnya, di mana bilik Noah tepat sedikit menyerong di depannya, hingga dengan mudah dia bisa melihat pria itu berbaring jika korden yang menutupi bilik itu tertiup angin. Entah kenapa Kimi terus memandang
Pagi itu, Kimi duduk manis di sofa kamar Mina, sementara matanya terus mengawasi gerak-gerik Mina yang keluar masuk kamar ganti untuk mengeluarkan beberapa gaun dari sana. Sebenarnya akan lebih mudah jika Kimi masuk ke dalam dan memilihnya langsung tadi, tapi dasar memang Onikim orang aneh. Masuk ke kamar Mina dan Nic saja Kimi sudah marasa lancang, jadi dia bersikeras untuk tidak mau masuk ke ruang ganti yang diyakininya banyak perhiasan dan barang mewah milik saudara tirinya itu. Kimi sebenarnya merasa aneh. Richie mengundangnya ke pesta yang diadakan di rumahnya kemarin, bahkan dia juga sudah diberi gaun, sepatu dan tas oleh pria itu. Namun, kenapa pagi ini undangan pesta itu berubah menjadi undangan yang harus didatangi semua staff tanpa terkecuali. Kimi pun tetap tidak mau menggunakan baju yang diberikan oleh Richie, untuk itu pagi-pagi dia datang ke rumah saudara tirinya. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk meminjam gaun. Kimi t
Kimi termenung, ia hanya pasrah saat Richie menggandeng dan memintanya masuk ke dalam mobil tadi. Ia bingung dengan apa yang terjadi. Para wartawan itu, apa mereka mengambil fotonya? Bagaimana kalau wajahnya terlihat jelek tadi. Kimi menutup mukanya dengan ke dua telapak tangannya dan menunduk. Ia bahkan tak peduli kemana Richie akan membawanya sekarang. “Apa kamu menangis?” tanya Richie, sesekali ia menoleh untuk memastikan keadaan gadis di sebelahnya, dan kembali fokus melajukan mobilnya. Kimi menggeleng, gadis itu menegakkan kepalanya, menatap Richie dengan raut ketidakpercayaan. Apa mukanya kan terpampang di dunia maya besok? atau malah akan ada berita yang buruk tentangnya muncul dimana-mana. Tidak-tidak, dia bukan artis atau pun selebgram seperti saudara tirinya-Mina. Ia hanya kaum sudra yang tanpa sengaja terjebak di situasi yang aneh dengan pria kaya bernama Richard Tyaga. “Pak, mereka tidak akan memberitakan hal yang bukan-bukan tentang kita
Richie sepertinya lelah, sudah lebih dari satu bulan dia bersikap cuek dan tidak mengunjungi Kimi seperti biasanya ke klinik. Kimi pun merasa ada yang kurang, dan tanpa sadar ia selalu terkejut saat melihat pintu klinik terbuka. Gadis itu berharap Richie datang dan menganggunya seperti biasa. “Apa anda tahu putra pak Daniel sudah lahir?” Pertanyaan Eva membuyarkan lamunan Kimi, ia beranggapan mungkin Richie sibuk dengan pekerjaan dan keponakan barunya. Namun, saat mengingat gadis yang beberapa bulan lalu datang dan nampak begitu akrab dengan pria itu, Kimi menduga mungkin keduanya sedang menjalin hubungan. “Mereka pasti tengah berbahagia karena pangeran klan Tyaga sudah lahir,” sahut kimi. “Ya, benar pangeran. Sejak bayi saja dia sudah menjadi seorang billionaire bagaimana kelak saat sudah dewasa.” Eva menyanggah dagunya dengan kedua tangannya dan Ia pun mendesau. “Kenapa hidup orang lain begitu mulus ya Dok?” “Mulus bagaimana?” Kimi yang sibu
Melihat kondisi Richie yang lemah, sebagai dokter Kimi benar-benar khawatir. Di dalam ambulance yang membawa pria itu ke rumah sakit, sebisa mungkin dia dan Eva melakukan pertolongan. Jangan sampai Richie mengalami penurunan perfusi atau aliran darah ke jaringan yang bisa menyebabkan organ vital pria itu kekurangan oksigen dan bisa berakibat fatal. Eva melihat Kimi begitu panik, dokter cantik itu bahkan terus meneteskan air matanya hingga sampai ke rumah sakit.“Kim, luka tusuknya cukup dalam, kami harus melakukan operasi,” ucap dokter yang kebetulan merupakan kenalan Kimi, gadis itu bingung karena keluarga Richie belum juga datang setelah dikabari.“Lakukan apa saja untuk menyelematkan nyawanya, keluarganya pasti tidak akan menolak jika memang harus melakukan operasi.” Kimi menatap cemas wajah temannya, ia bahkan tak peduli dengan tangan dan bajunya yang berlumuran darah Richie.“Dia kehilangan banyak darah dan membutuhkan
“Aku sudah gila!” gumam Kimi. Tangannya mencengkeram erat stir mobil. Ia memalingkan muka dan tertawa. Tak pernah terlintas sedikit pun di dalam pikirannya bahwa dia akan secepat ini membuka hati untuk pria.Dada Kimi berdetak kencang saat langkah kakinya terhenti tepat di depan kamar rawat Richie. Ia mengangkat tangannya mencoba mengetuk pintu saat sesorang keluar dari dalam sana. Kimi kaget, begitu juga dengan sosok perempuan cantik dengan dress berwarna merah jambu di hadapannya. Perempuan ini, Kimi ingat betul. Perempuan yang sama yang menemui Richie di pabrik.Hati Kimi mencelos, mungkinkah perempuan yang dia tahu bernama Abel ini selama satu minggu menemani Richie di rumah sakit. Tidak, Kimi merasa tidak boleh sakit hati. Siapa dia? Dia tidak memiliki hubungan spesial dengan pria yang terlihat memiringkan punggung untuk melihat dan melambaikan tangan ke arahnya sekarang.Abel pun menoleh, keningnya mengernyit karena sebenarnya dia baru sa
Kimi tersenyum sendiri seperti orang gila di dalam mobilnya, begitu juga dengan Richie yang masih duduk di atas ranjang pesakitannya, bibirnya tak henti-hentinya melengkung dan sesekali menyuapkan apel yang dikupaskan Kimi untuknya tadi, dia tak menyangka jadian bisa membuatnya sebahagia ini. Pria itu spontan mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan meneriakkan kata ‘Yes’ berkali-kali, hingga ia meringis merasakan nyeri bekas operasi di perutnya. Hingga malam menjelang dan Nova sudah datang pun, Richie masih saja melakukan hal yang sama. Ia tersenyum sendiri seperti orang kurang waras. Nova yang memang selama beberapa hari ikut tidur di sana pun sampai mendekat dan memegang kening putranya itu untuk memastikan Richie tidak demam. “Apa kamu sakit? Kamu baik-baik saja kan?” Nova menempelkan punggung tangannya ke kening putranya dan mengernyitkan dahi. “Tidak panas, apa mungkin efek obat mengganggu kerja syarafmu?” tanya wanita itu asal. Nova semakin merindi
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem