Malam telah tiba. Bintang-bintang mulai bermunculan di atas lagi yang gelap. Lampu-lampu di tepi jalan sudah menyala menerangi jalanan yang kini diterpa hujan gerimis. Tidak sedikit para pengguna jalan mempercepat laju kendaraan roda dua mereka untuk menembus tetesan hujan yang membasahi kulit. Dan sebagian pengendara memilih untuk berteduh di depan ruko-ruko yang sudah tutup. Diantara pengendara lainnya, Melody melajukan mobilnya bersama dengan pengendara mobil yang lain membelah hujan tanpa perlu merasa khawatir basah kehujanan. Melody sudah tampak cantik di balik setir mobil. Melody semakin keras menginjak gas di kakinya agar cepat sampai di Saptaprabu's company. Melodi sudah tidak sabar ingin bertemu Mr. Bill. Semakin cepat ia menemui pria itu, maka semakin cepat ia menyelesaikan misinya. Melodi sudah tidak tahan dan hatinya terasa panas melihat cia yang sangat menikmati pernikahannya dengan Elgan.
Melody menatap fokus jalanan yang ada ada di depannya. Bekas tetesan
"Ma, Cia pengen makan ini." Cia menyodorkan ponselnya kepada Elena. Meminta mamanya untuk melihat ponselnya yang sedang menampilkan makanan, berupa sayur-sayuran yang diolah.Elena yang tadinya sedang mengusap rambut Cia yang ada di pangkuannya, lantas mengambil ponsel putrinya itu dan melihat apa yang Cia maksud. Elena melihat sebuah foto yang menampilkan makanan yang sangat populer di sekitar Jogjakarta, Jawa timur maupun Jawa tengah. Pecal merupakan makanan yang berbahan dasar sayur-sayuran serta bumbu sambal kacang yang dikombinasikan menjadi satu. Elena kembali menyodorkan ponsel tersebut kepada cia seraya mengulum senyum menatap putri manjanya itu. Cia sedang mengidam, yakin Elena."Kamu mau makan ini?" tanya Elena memastikan. Lantaran tidak biasanya Cia ingin memakan olahan dengan bumbu kacang seperti pecal. Sebenarnya wajar saja kalau Cia ingin memakan makanan yang dulu tidak ingin ia makan. Elena juga tahu kalau ini merupakan bawaan d
Bagaimana perasaanmu jika pergi ke pasar dikawal oleh belasan bodyguard? Malu, bangga atau malah senang? Ck! Mungkin kebanyakan wanita akan merasa bangga dan senang. Namun, tidak dengan Cia. Ia malah malu karena menjadi pusat perhatian. Demi Tuhan, dari dulu Cia memang tidak suka menjadi pusat perhatian. Mungkin kalau Cia memiliki topeng, ia akan menggunakannya agar orang-orang tidak melihat wajah aslinya. Melihat begitu banyaknya orang di pasar membuat Cia deg-degan seperti akan mengikuti ujian saat di kampus aja. Belum lagi saat melihat orang-orang yang langsung menatapnya penasaran saat ia turun dari mobil dan langsung diikuti oleh para bodyguard. Hal itu semakin membuat Cia tidak enak hati. Cia menunduk malu saat langkah demi langkah ia berjalan memasuki pusat pasar yang ramai. Semakin ia berjalan lebih dalam, orang-orang yang ia lalui semakin menatapnya penasaran. Oh, god, tidak bisakah orang-orang itu mengabaikannya dan fokus pada kegiatan mereka saja. Cia rasany
Lambert CompanyElgan telah selesai merapikan dokumen yang tadi berserakan di atas mejanya. Setelah menggunakan kembali jas hitam miliknya, Elgan segera keluar dari ruangannya. Pandangan Elgan langsung tertuju kepada Niko yang ternyata juga sedang merapikan meja kerjanya. Sore yang cerah ini, kedua teman sejoli itu akan pulang bersama. Tadi, saat kembali dari prosesi tender umum dilakukan, Niko meminta Elgan untuk mengantarkannya pulang karena mobilnya sedang diservis. Sementara Nadin sedang pergi ke luar kota, sehingga Niko tidak bisa meminta bantuan kepada kekasihnya itu."Bro, udah selesai lo." Niko sedikit terkejut mendapati Elgan yang berdiri di dekatnya dengan tampang datar dan kedua tangan yang dimasukkan ke saku. Elgan benar-benar aneh. Ia lebih memilih menunggu daripada menegur Niko yang tadi sengaja memperlambat kegiatannya. Hal itu membuat Niko tertawa dalam hati."Hmm,"Well, Elgan tetaplah Elgan. Sekalipun mereka telah berte
Elgan mengangkat tubuh Cia dengan bridal style menuju kamar mandi. Ciuman keduanya baru saja terlepas membuat Cia buru-buru menghirup udara sebanyak-banyaknya saat berada di gendongan suaminya. Tidak lupa, Cia menatap wajah Elgan dari bawah, melihat hidung mancung dan mata lentik suaminya itu dengan jelas. Elgan mendorong pintu kamar mandi dengan kakinya setelah Cia menekan handle pintu dengan tangannya yang leluasa.Elgan lantas menurunkan tubuh Cia dengan pelan dan penuh kehati-hatian di pinggir bathub. Perlakuan Elgan yang lembut membuat Cia tidak henti-hentinya tersenyum. Elgan menatap Cia dalam, menyelami mata bulat istrinya dengan penuh cinta. Ditatap seperti itu membuat jantung Cia berdetak dua kali lipat. Ia lantas membalas tatapan Elgan dengan tidak kalah dalam. Keduanya larut dalam tatapan itu. Seakan, tatapan tersebut dapat mengungkapkan perasaan mereka saat ini. Tidak tau siapa yang memulai, bibir keduanya sudah beradu. Menikmati kelembutan yang dimi
Tidak pernah sekalipun Cia kepikiran kalau kalungnya yang hilang ada di tangan Elgan. Cia masih ingat betul, waktu itu ia tersadar kalungnya hilang ketika berada di toilet bandara. Cia langsung mencarinya, namun tidak menemukan benda yang dari kecil selalu menghiasi lehernya itu. Cia yang saat itu sedang dilanda emosi karena baru saja bertengkar dengan Amora semakin merasa kesal dan ingin kembali melampiaskan kemarahannya kepada sepasang kekasih itu. Namun, Elgan dan Amora sudah pergi dari sana. Sehingga, Cia pergi dengan hati yang tidak ikhlas. Dan hal yang paling mengerikan saat itu terjadi di hidupnya. Cia pikir, setelah bertemu Alden yang sangat ia rindukan, hidupnya bisa kembali menjadi lebih berwarna setelah Mr. Bill membatalkan pertunangan mereka. Namun, Cia dan Alden salah. Mereka malah masuk ke dalam nasib buruk yang menyebabkan mereka kehilangan semua memori mereka. Alden dan Cia saling melupakan satu sama lain. Atas kejadian itu, Mr. Bill lah yang paling diu
Elgan menatap Cia dengan datar. Mendengar Cia mengatakan rindu kepada Alden membuat Elgan unmood dalam sekejap. Elgan tidak tahu mengapa hatinya tiba-tiba seperti ini. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkataan Cia karena hal itu wajar. Dulu Elgan juga pernah seperti itu saat ia merindukan Amora padahal sudah mempunyai istri. Dan kali ini, istrinya merindukan Alden yang telah tiada. Harusnya hati Elgan tidak perlu sesakit ini. Yah... Seharusnya begitu. Tapi mengendalikannya begitu sulit.Cia yang menyadari perubahan raut Elgan dibuat gelagapan."El, aku... Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku merindukan Alden hanya sebatas teman, gak lebih." Cia menyetuh punggung tangan suaminya, meyakinkan Elgan atas perkataannya.Elgan diam. Terkesan malas menanggapi perkataan Cia. Ayolah... Mengapa Elgan tiba-tiba seperti ini. Moodnya begitu mudah berubah.Cia menyadari kesalahan atas ucapannya dan ia menyesali hal t
"Bagaimana kabarmu, Nak? Sekarang kau sudah jarang menemui aku." Mr. Bill menatap Elgan yang duduk di hadapannya setelah memasukkan sesuap potongan daging ke mulutnya.Elgan menarik sudut bibirnya tipis, bahkan hampir tidak terlihat sedikitpun."Baik, seperti yang kau lihat, Mr. Bill," sahutnya."Akhir-akhir ini aku sedang sibuk. Aku juga lebih fokus pada kehamilan istriku," sambung Elgan lalu menatap Cia yang duduk di sampingnya dengan senyum lembut. Cia lantas menoleh kepada Elgan setelah mendengar jawaban suaminya tersebut sambil membalas senyuman Elgan.Mr. Bill yang melihat itu mendengus dalam hati."Ah, iya. Maaf ya, aku tidak datang ke acara syukuran kehamilan Cia. Waktu itu perusahaan sedang ada masalah. Jadi, aku terlalu memikirkannya sampai-sampai lupa kalau hari itu hari istimewa kalian. Maaf, ya." Mr. Bill menatap Elgan dan Cia dengan rasa bersalah."Tidak masalah, Mr. Bill." Elga
"Selamat siang, Sir." Wanita itu benar-benar tidak ada bosannya untuk menyapa Elgan. Nyali Lyodra sangat besar hingga ia mengabaikan bisik-bisikan dari rekan kerjanya yang mengatakan ia terlalu bersemangat juga murahan. Lyodra memang begitu bersemangat untuk bisa menarik perhatian Elgan. Ia sangat ingin sapaannya ditanggapi oleh Elgan, walau hanya dengan anggukan kecil. Namun, hingga saat ini keinginannya itu belum juga tercapai. Elgan masih saja terus mengabaikannya seakan-akan ia tidak mendengar sapaan Lyodra. Lagi-lagi Lyodra hanya bisa mengelus dada dan menyemangati dirinya kalau suatu saat nanti Elgan pasti akan menyapanya kembali. Menurut Lyodra, hal itu sangat wajar karena Elgan memang bukan pria yang ramah. Malahan, kecuekan dan sikap Elgan yang tidak welcome lah yang membuat Lyodra tertarik untuk mendekati Elgan. Tentu saja, setelah ketampanan pria itu. Sapaan Lyodra tertangkap oleh pendengaran Elgan ketika ia melewati meja recepsionist. Elgan s