Happy reading ;)
----------------
"Mengapa mereka pergi?" Tara membawa peralatan medis ke arahnya lalu meraih kursi dan duduk didepan Vin.
"Lunch, maybe," Vin kemudian memposisikan diri dengan nyaman. Wanita itu membuka theater blouse hingga dada. Sial! Mengapa pria ini begitu sempurna.
Tara menelan saliva kelat, ia merutuki diri dengan berbaik hati akan melepas drain itu sendiri hingga kembali dihadapkan dengan bagian tubuh pria itu yang menggetarkan sekaligus memberikan rambatan hangat dalam dirinya.
Namun, disisi lain ia tak ingin berbagi keindahan ini dengan siapapun.
"Kau tak ingin membuka semua?" Tanya Vin dengan seringai.
"Yeah," jawabnya spontan. Walnut itu kian melebar saat Vin terkekeh geli.
"M-maksudku tidak!" Manik itu mengerjap menahan rasa malu. Sial! Mengapa hati pikiran dan mulutnya tak berkompromi.
"Kau bahkan belum mengatakan peristiwa ini," Tara mencoba mengalihkan perhatian, ia mengenakan handschoon dan meraih
Happy reading :)--------------Vin mengusap bibir bawah Tara dengan ibu jari. Seakan mengecam seluruh kalimat yang wanita itu utarakan hanya untuk dirinya. Dan ia telah membuka ruang terdalam untuk dimasuki wanita mungil itu, ia berjanji tak akan melepaskan Tara sedikitpun. Wanita ini telah menjadi miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya.Debaran halus kembali mengisi rongga dada, belaian lembut pada bibirnya membuat rasa panas menerpa wajah Tara dan ia yakin kini rona merah telah mewarnai pipinya. Usapan halus itu seakan membius dan mengambil seluruh raganya hingga tak bersisa.Ia bahkan tak menyangka akan hadir kembali dalam hidup seseorang setelah sekian lama kesakitan atas penghianatan Nick selalu menghantui langkahnya. Ia begitu takut dan pengecut kala langkahnya menggapai keindahan itu.Namun sekarang, langkah ini begitu cepat untuk melambung bersama bahagia didepan sana. Walaupun ia ragu, tetapi hatinya telah mantap mengisi kembali ruang terd
Happy reading ;) --------------- Walnut Tara pun ikut menajam saat pria yang tak lain adalah Nick Scotti berada didepan kamar Vin. "Tara, aku butuh bantuanmu!" Nick berjalan cepat menghampiri wanita itu yang mendelik sebal. "I'm so sorry, aku tak akan mencarimu jika tak terdesak. This is about my patient!" Nick meraih jemari Tara, namun Vin menariknya cepat hingga genggaman itu terlepas spontan. "Jangan menyentuhnya, jika kau tak ingin kehilangan tanganmu." Nick menghela nafas merentangkan kedua tangan. "Aku segera kembali," Tara tersenyum hangat meraih rahang prianya yang mengeras, dan menanamkan kecupan singkat di bibir Vin lalu berjalan mengikuti Nick. Matt terkekeh geli, Vin benar benar seperti anak remaja jatuh cinta. Pria itu benar benar tak waras. Sedangkan Fyodor tercengang untuk ke sekian kalinya, bagaimana bisa boss Mafia kejam itu berlagak seperti Romeo. "Sepertinya kau benar-benar mencintainya.
Happy reading ;)--------------------Satu minggu berlalu, keadaan Vin telah membaik. Sejujurnya ia sudah merasa baikan dari empat hari yang lalu, namun Tara ingin memastikan semuanya telah kembali pulih, wanita itu yakin sepulang dari perawatan nanti, prianya akan kembali bergelut dengan aktivitas berat.Terkadang Vin merasa geli saat ia tak dapat menyangkal apapun yang Tara ucapkan bahkan ia menuruti kemauan wanitanya daripada harus meluluhkan rajukan manja yang sulit reda.Wanita itu tak segan segan mengekspresikan perasaannya pada Vin seakan pria itu adalah tempatnya untuk pulang dan mencurah. Vin justru bahagia melihat sikap asli wanitanya yang menggemaskan. Ia masih merasa mimpi saat hidupnya berwarna oleh hadirnya wanita riang dan lembut seperti Tara."Kau ingat, kau harus istirahat hingga benar-benar pulih." Mungkin ini adalah kalimat ke seribu yang Vin dengar, keseribu pula Vin menjawabnya dengan kekehan kecil.Wanita itu membantu Vin men
Happy reading ;)------------------"Wanita itu ada di markas." Fyodor membuka pintu mobil Audi R8 hitam untuk sang boss.Sepulang dari perawatan, Vin memutuskan mendatangi markas besar di New York, ia tahu jika wanita itu mendatangi markas, ada masalah besar yang mengganggunya.Ia telah mengetahui banyak pergerakan wanita itu selama di New York, yang ia tak tahu adalah rencana Loginova dengan mengirimnya untuk mengawal CEO besar Citi Group yang terkenal brengsek. (Ada di novel My Wife is Bodyguard).Dan tak mungkin Loginova tidak mengetahui keberadaan keluarga Cloves di negara ini. Lalu dengan segala kemampuan yang wanita itu miliki, mustahil rasanya jika ia tak becus mengurus keluarga tikus seperti Cloves. Lalu, apa yang membuatnya mendatangi markas?Vin menghela nafas kasar kemudian meraih iPad untuk memantau perkembangan perusahaan Lukoil di Republik Ceko. Pasalnya ia telah membuat pusat layanan bersama di Republik Ceko untuk memberikan
Happy reading ;)-----------------Walnut itu kembali terpejam, ia pikir kedatangan Vin secara tiba-tiba seperti ini hanyalah sebuah mimpi. Bukankah pria itu akan menghubunginya, tidak mungkin tiba-tiba datang menjemput mengingat kesibukan yang pria itu hadapi.Kening Vin mengerut dalam, benarkah wanita itu tertidur lagi? Senyum pria itu mengembang sebelum akhirnya duduk menghadap Tara. Vin melipat kedua tangan di dada, memperhatikan walnut legam itu terpejam damai, ada rasa kelegaan bercampur kebahagiaan dengan hanya menatap seperti ini.Namun, akan ada waktu dimana wanita itu mengetahui segala bisnis underground yang ia lakukan hingga sekarang. Lalu apa yang akan ia terima nanti? Mungkin akan lebih baik jika tamparan keras atau semacam pukulan yang Tara berikan padanya daripada harus tersiksa dengan kehilangan wanita itu.Vin mengulurkan jemari hingga membelai surai lembut Tara yang memanjakan telapak tangannya, seolah menyuarakan maaf dari apa
Happy reading ;)Have you fun enjoy it !-----------------Ada rasa gugup sesaat sebelum akhirnya ia meraih daun pintu dan mendorong perlahan. Vin termenung kala walnut itu bertubrukan dengan Tara yang telah melepas pakaian dan menyisakan brassiere dan underwear yang melekat sempurna menutupi titik sensitif di tubuhnyaHalusnya kulit Tara seakan menyambut gelora dalam sekali sentak, Vin susah payah menelan saliva saat gerakan wanita itu yang meraih bathrobe tampak seperti gerakan slow motion ditambah cara ia mengikat rambutnya sendiri.Vin tak pernah sekalipun berhadapan langsung seperti ini dengan para wanita mengingat trauma yang belum hilang darinya, tetapi keberadaan Tara dengan atau tidak memakai sehelai benang pada tubuhnya tak memacu ingatan sialan yang biasanya akan mulai menyergap.Denyutan di setiap nadi mampu membakar apa yang tak pernah ia rasa sebelumnya, getaran halus itu terpacu hanya dengan memandang kulit putih Tara bahkan s
Happy reading ;)------------------Tara terbuai oleh desakan lembut dalam rongga mulutnya, kuasa Vin benar benar berlabuh dalam diri terdalamnya. Ia merasakan getaran hebat saat erangan pria itu menelusup lembut di lorong pendengaran. Segala kerelaan yang ia berikan telah tertangkap tepat pada setiap denyut nadi.Vin terus mengerang saat tarian liar lidah Tara mengeksplor seluruh dinding lembab yang kini basah oleh pertukaran saliva mereka, ia tak mampu berkata cinta kala letupan hangat berderu layaknya gelombang ombak menghantam bibir pantai.Tak ada yang rela jika udara melepas dahaga mereka yang berlabuh di tempat paling menggairahkan. Vin tak kuasa menahan desakan haru bercampur gelora dalam dadanya. Ini begitu istimewa, ini begitu mengagumkan.Jemari kokoh itu tak bisa hanya membelai kulit halus sang wanita dari luar, ia menelusup tangkas meraih apa yang telah dinantikan oleh pecutan hasrat. Ia menangkup dada wanita itu dan berhasil menciptak
Happy reading ;)--------------------Segala pertanyaan yang terus memutar acak dalam pikirannya, kini perlahan sirna saat walnut legam itu menatap keindahan kota di siang hari dari atas private jet sang kekasih.Ia tak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini, terduduk di dalam private jet milik prianya. Bahkan memiliki kekasih seperti Vin terasa mimpi, bahkan saat ini, ia justru tengah berada dalam salah satu kekayaan yang pria itu miliki.Sedang Vin, ia tak tahu hal apa yang tengah menari indah dalam otak dan fikiran wanitanya. Yang ia tangkap hanya keterkejutan dan itu wajar, bahkan hingga saat ini ia belum mampu memberi penjelasan akan kejujuran tentang siapa dirinya.Walnut legam itu berpendar cerah seakan menyuarakan kekaguman yang mendalam pada keindahan yang ia lihat. Dan itu berhasil membuat Vin mengukir senyum.Vin menggenggam erat jemari mungil itu lalu menghadiahkan kecupan hangat sebagai rasa haru yang lapang. "Kau
Waaah ini adalah part endingnya yaa temen temen, terimakasih banyak udah setia membaca novelku sampai akhir ya huhu terharuu akutuuu :')Yuk ah lanjuuuuutttt ;*Have you fun enjoy it!------------Pink Sands Beach, Bahama.Nyatanya Vin benar benar berdebar karena pembahasan di ruang meeting bersama beberapa rekan dan kerabatnya kini menjadi kenyataan. Sepagi ini ia bahkan terjun sendiri untuk melihat dekorasi pernikahan yang sesuai dengan keinginan Tara.Vin tahu, Tara akan kesal karena hal ini begitu mendadak. Pria itu hanya merasa tak sabar dan tak ingin jauh dari wanitanya. Mengingat kecelakaan yang kemarin terjadi justru semakin kuat baginya untuk cepat melangsungkan pernikahan mereka. Agar seluruh dunia tahu bahwa Tara adalah istrinya. Maka dari itu tak akan ada yang berani menyentuh nya sedikitpun.Garis pantai unik dengan pasir merah muda muda yang ia pijaki membuat Vin kagum terpesona. Warna yang tidak biasa dan pemandangan ya
Happy reading ;)-------------Tara benar benar menikmati hari harinya disana. Ia bahkan sempat terkejut dan gemetar saat Vin menjelaskan bahwa kecelakaan yang ia alami bukan sekedar kecelakaan tak di sengaja melainkan rencana pembunuhan yang di lakukan oleh temannya sendiri Luke Richard.Dan yang lebih mengejutkan bahwa Vin sudah membunuh pria itu. Namun Tara tak mungkin marah padanya saat ia membuktikan bahwa Vin mampu melindungi dan membalas rasa sakit yang ia alami.Lagipula Vin selalu terus menemaninya dan melatih dirinya mobilisasi serta ia bahkan tak pernah memberikan tubuhnya kepada perawat untuk sekedar di bersihkan. Awalnya ia malu dan tak menyangka pria yang begitu di segani dan di hormati melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.Saat ini, ia selalu mengajak berkeliling hingga berhenti di sebuah balkon yang menghadap menatap taman kecil yang memang di sediakan seperti di mansion Kiel. "Taman ini, untuk ayahku jika datang berk
Happy reading ;)-------------Reeves terdiam mendengar penjelasan Vin barusan di telepon. Ia harusnya tahu bahwa pria itu memang akan selalu keji pada siapapun yang menyakiti keluarga bahkan orang orang terkasih.Jadi, hal semacam ini sudah tak asing bagi mereka. Dengan membunuh perlahan si pelaku adalah balas dendam terbesar dan setimpal dari apa yang sudah Tara alami. Namun ia juga tak menutup mata bahwa tindakan tersebut melanggar hukum negara.Reeves mencengkram railing besi di atas balkon menengadah pada langit yang mulai terang dengan kehadiran matahari. Di waktu bersamaan Tara mengerjap menolak cahaya yang menembus melewati celah jendela.Ia berbalik dan langsung meringis merasakan sakit yang teramat. Vin terbangun mendengar suara samar dan bergegas menghampiri Tara begitu menangkap raut wajah nyeri pada kekasihnya."Ada apa? Kau ingin apa? Katakan padaku," cecar pria itu proteksi."Ah, maaf aku membangunkan mu," lirih T
Happy reading :)-----------"Am..pu..ni a..ku," lirih Luke lemah di atas sana. Ia menatap tubuhnya yang sudah tidak memiliki kaki. Ia bahkan menangis melihat singa itu dengan lahap memakan kedua kaki tersebut."To..long lepas..kan aku," gumamnya kemudian. Ia bahkan tak kuasa menahan sakit yang teramat ketika singa itu kembali melompat menggigit perutnya.Luke sudah tak dapat lagi berteriak karena nyeri itu begitu menghujam dirinya. Usus dan seluruh isi perutnya telah menjadi santapan liar di bawah sana.Sementara Vin tersenyum puas dan kembali meraih cerutu. Matt hanya bergidik dan sempat membuang muka ketika pria itu bahkan hanya tersisa bagian dada dan kepala. Vin tahu bahwa pria itu masih hidup."Lempar ia saat nadi dan nafasnya terhenti." Vin kemudian beranjak meninggalkan lokasi. Ia membersihkan diri setelah itu kembali ke rumah sakit. Operasi Tara sudah selesai, Pedro dan Dominika setia menunggu juga beberapa rekan Tara yang berada di
Happy reading ;)---------------"Vin?" Reeves segera menghampiri Vin kala pria itu terduduk di lantai sembari memijat kepalanya. Pria itu menoleh mendapati kecemasan di raut wajah tua Reeves."Maafkan aku," lirih Vin tak tahu lagi harus berkata apa saat semua itu seakan merenggut jiwanya. Semua terlalu cepat. Bahkan bodyguard yang menjaga Tara pun kini telah mati di tangan Fyodor."It's okay, tapi kau yakin ini hanya kecelakaan?" tanya Reeves sedikit menyindir."Tidak, orangku sedang melacaknya.""Haruskah ia mendapat hukuman mati di penjara?" Reeves melipat kedua tangannya di dada dengan bersandar pada dinding rumah sakit."Tidak, ia tak akan mati dengan mudah." Tepat saat itu juga Pedro dan Dominika menghampiri Vin."Vin? Bagaimana keadaan Tara?" Dominika membantu Vin berdiri dan menatap iba pada kakaknya."Ia masih di dalam sana." Pandangan Vin tertuju pada ruang operasi. Sementara Reeves berpamit untuk melihat berja
Happy reading :)----------------Jantung Vin seolah berhenti. Ia segera meraih Tara dalam dekapannya. Vin berlari menabrak beberapa orang yang berlalu lalang disana. Sementara Gabriella yang hendak masuk ke dalam taxi terhenti saat Vin berteriak sembari menggendong Tara masuk ke dalam ruang UGD."Astaga, Tara!" Wanita itu ikut berlari di belakang Vin. Matanya berlarian mencari Tara di beberapa ruang pasien. Hingga ia menemukan Vin yang keluar sembari meremas keras rambut nya sendiri."Vin? Ada apa?" Gabriella menatap baju pria itu yang telah berubah warna merah oleh darah Tara. Vin kemudian terduduk seolah tulang dan syarafnya patah.Sedangkan Laura segera melakukan pemeriksaan survei primer yang dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa, seperti sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.Gabriella segera masuk ke dalam begitu tak mendapatkan jawaban dari Vin. Mata Gabriella membulat mendapati Tara yang sedang di be
Happy reading ;)------------Tiga hari kemudian, Tara dan Gabriella memutuskan mengunjungi Nick di jam pulang. Ia meletakkan makan malam untuk temannya. Sedangkan Nick tersenyum lembut berbeda dengan hatinya yang masih menyangkal kebenaran tentang pernikahan Tara."Bagaimana keadaanmu?" tanya Tara seraya bersandar pada jendela."Baik, berkatmu," jawaban santai. Gabriella membantu Nick untuk duduk bersandar pada kepala ranjang."Thanks.""Ku dengar besok kau pulang?" Gabriella mengupa kulit apel kemudian memotong nya menjadi bagian kecil."Ya, aku tak tahu bahwa profesor itu gagal mengoperasi ku." Nick menerima mangkuk yang telah terisi potongan apel. Ia lantas memakannya lahap."Dia bukan gagal, hanya otaknya terus bekerja untuk reputasi saja," jawab Tara sembari melipat kedua tangannya di dada."Kau pasti menyerangnya saat selesai operasi ulang," tebak Nick terkekeh. Ia sekarang tahu sikap dan sifat Tara yang memang su
Happy reading ;)----------"Apa dia terkesan?" tanya Dominika setelah pelukannya terurai. Vin tersenyum bangga namun ia tak tahu jika sang adik merencanakan hal gila seperti ini."Begitulah," jawab Vin sembari merangkul sang adik kemudian membawanya bertemu dengan Tara. Sedangkan Tara membulatkan mata melihat kedatangan mereka.Ia tak sadar pikiran kotornya telah mengisi hatinya. Matt yang tahu pikiran Tara dan melihat ekspresi itu segera terbahak. "Dia adiknya Tara bukan selingkuhannya. Coba kau jernihkan otak dan hatimu paksa ia untuk sinkron di situasi tertentu." Matt terkekeh dan meninggalkan Tara begitu saja.Wanita itu mendelik sebal. Sialan! Beraninya dia menebak pikiranku. Awas saja kau! teriak batinnya. "Hai Tara," sapa Dominika memeluk calon kaka iparnya dengan hangat."Kenalkan ini adikku," sambung Vin seraya menempatkan tangannya pada pinggang Tara."Oh, hai kau sangat cantik," pujinya jujur. Tubuh tinggi semampai, kulit
Happy reading ;)--------------Vin membuka sabuk pengaman Tara dan membawanya ke kursi belakang. "Kau sudah menerimaku kan?" Tara memperhatikan gerak Vin yang tangkas dan cepat."Y- ya tapi kita? Mengapa melakukan inj?" Tara kembali menunduk memperhatikan tubuhnya yang telah terikat pengaman juga bersama Vin. Mereka menyatu bersamaan dengan Vin yang telah memakai tas parasut."Jangan katakan bahwa kita akan melompat?!" peringat Tara panik dengan membukatkan matanya. Vin mengecup bibir wanitanya sebelum memposisikan tubuhnya di belakang Tara."Semuanya akan baik-baik saja, percayalah." Vin telah bersiap membawa Tara ke sisi kabin."Vin! Tidak tidak! Kau gila!" seru Tara. Tepat saat itu juga Vin mendorong tubuh mereka melompat meninggalkan helikopter yang telah berbelok dan siap mendarat.Vin memeluk tubuh kekasihnya sedangkan satu tangannya menarik parasut. "Oh God," lirih Tara tertahan. Ia tak bisa berteriak saat ketakutan itu menyer