'Jika makhluk fantasi itu memang ada, lalu kenapa tidak ada yang tahu? Atau rupa mereka benar-benar menyerupai kita, sehingga kita tak pernah menyadari dan tahu akan hal itu.'
Annabele baru saja mengambil paket dokumen di meja resepsionis. Pikirannya masih tertuju dengan artikel yang dibacanya semalam. Meski Annabele baru saja mengenal dan melihat Cristian beberapa kali, tapi entah kenapa merasa sangat tertarik dengan pria itu. Ada sesuatu di dalam diri Cristian yang membuat Annabele ingin mendekat.
Pintu lift terbuka di lantai satu, Annabele cukup terkejut ketika mendongak untuk melihat siapa yang masuk. Cristian sudah berdiri di hadapannya, sendirian.
Pria itu masuk dan berdiri di samping Annabele, membuat gadis itu lantas sedikit bergeser ke kanan untuk tidak terlalu dekat. Begitu pintu lift tertutup, Annabele sesekali melirik ke arah Cristian,
"Jauhi temanmu!"
Ucapan Cristian membuat Annabele langsung menoleh pria itu. Annabele tak mengerti dengan maksud Cristian.
"Ap-apa maksud Anda? Kenapa juga harus menjauhi teman-teman saya?" tanya Annabela tak paham.
Cristian langsung menghadap Annabele, membuat gadis itu terkejut sampai memeluk paket yang dibawanya.
"Ikuti saja perintahku! Dia bukan teman yang baik untukmu, karena dia terus berusaha mencelakaimu," jawab Cristian menatap tajam pada Annabele.
"Memangnya siapa Anda memerintah saya, kalau urusan pekerjaan tentu saja saya akan menurut, tapi jika urusan pribadi saya tidak bisa menerima," tolak Annabele.
Annabele hanya tak paham dengan maksud Cristian, pria itu penuh misteri baginya, karena itu Annabele tak ingin percaya sebelum tahu betul siapa Cristian.
Mereka saling tatap karena mempertahankan keinginan masing-masing, hingga suara denting pintu lift berbunyi kemudian terbuka.
"Maaf saya harus pergi."
Annabele hendak keluar dari lift, tapi lengannya langsung dicekal Cristian membuat langkahnya terhenti.
"Saya harus keluar, Pak." Annabele menatap Cristian yang menahan tangannya.
Cristian menarik Annabele kembali masuk ke lift, membuat gadis itu terkejut dan bingung dibuatnya.
"Pak!" Annabele cukup terkejut ketika Cristian mengunci dirinya.
"Dengarkan aku, jauhi Julie. Jauhi wanita itu!" Cristian bicara dengan penekanan di setiap kata.
"Ap-apa?" Annabele membulatkan bola mata lebar ketika mendengar nama yang disebut Cristian. "Apa maksud Anda, memangnya ada apa dengan Julie?" tanya Annabele.
"Aku tidak bisa mengatakan detailnya, tapi menurutlah dan ikuti apa yang aku katakan!"
Permintaan Cristian semakin membuat Annabele kebingungan, merasa tak masuk akal dengan hal itu.
"Jika Anda bisa membuktikan berteman dengan Julie adalah hal yang buruk, maka saya akan mempertimbangkan untuk menjauhinya."
Cristian tertegun dengan ucapan Annabele, bagaimana cara ida menjelaskan meski tahu kebusukan Julie. Tidak mungkin bagi Cristian mengatakan kalau semua hal buruk yang menimpa Annabele adalah ulah Julie.
Annabele menatap kedua bola mata Cristian, sadar kalau pria itu pasti tidak memiliki bukti yang bisa membuat dirinya yakin untuk mengikuti permintaan atasannya itu.
"Anda tidak punya bukti, 'kan! Kalau begitu jangan memfitnah kalau dia buruk!" ujar Annabele.
Annabele berusaha mendorong tubuh Cristian yang menguncinya ketika mendengar suara pintu lift terbuka di lantai teratas, tapi pergelangan tangan ditahan oleh pria itu.
"Ikut denganku!" ajak Cristian menarik tangan Annabele.
Annabele semakin bingung, pria itu menarik dan mengajaknya naik ke atap gedung. Ia terus menatap Cristian yang menariknya, kulitnya merasakan dingin ketika tangan Cristian menggenggamnya.
"Apa hal yang aku ketahui benar?" Annabele bergumam dalam hati.
Mereka sudah sampai di atap. Cristian melepas tangan Annabele, tepat di sisi atap yang membuat gadis itu bisa melihat ke bawah.
"Kenapa Anda membawa saya ke sini?" tanya Annabele menatap Cristian.
Cristian melangkah maju hingga membuat Annabele mundur, pinggang gadis itu membentur pembatas atap.
"Apa kamu ingat di mana kamu berdiri saat ini? Tempat yang hampir membuatmu kehilangan nyawa."
Annabele membulatkan bola mata ketika mendengar ucapan Cristian, menatap pria itu dengan rasa tak percaya. Dari mana pria itu tahu posisi ini? Begitulah yang ada di pikiran Annabele.
"Jadi, malam itu bukan mimpi. Saya benar-benar jatuh dan Anda yang menolong. Apa saya benar? Siapa Anda sebenarnya?"
Annabele menatap mata Cristian, melihat kalau bola mata pria itu berubah lagi.
"Siapa Anda? Anda bisa menyelamatkan saya dari ketinggian, menarik jauh dari jalanan, dan--" Annabele menjeda ucapannya kembali menatap lekat wajah Cristian.
Kedua tangan Cristian bertumpu pada tepian pembatas, membuat Annabele terkejut akan hal itu.
"Dan apa? Apa yang kamu tahu?" tanya Cristian. Wajah mereka begitu dekat karena Cristian mencondongkan tubuhnya ke arah Annabele.
Annabele menelan saliva, entah kenapa suaranya tercekat di tenggorokan.
"Tebakkan saya semuanya benar, 'kan!" Annabele mencoba untuk memastikan.
"Tidak ada yang membuktikan kalau tebakanmu benar," sanggah Cristian.
Annabele yakin kalau yang ada dipikirannya benar, pria yang kini berdiri di hadapannya adalah mahluk fantasi, seorang vampir seperti dalam dongeng. Entah apa yang dipikirkan Annabele, yang jelas sangat ingin mengetahui pria itu lebih jauh.
Annabele berjinjit dengan sedikit memundurkan posisi tubuh, membuatnya kaki sedikit terangkat ke atas dan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri dari atap.
"Cara terbaik untuk membuktikan semua ini benar adalah mengulang cara dia menyelamatkanku."
Annabele memejamkan mata ketika tubuhnya terjun bebas, entah apa hasil yang didapat ataukah pria itu tidak mau menunjukkan siapa sebenarnya dia, maka itu adalah resiko yang siap ditanggung Annabele.
"Sial!" gerutu Cristian.
Pria itu melompat untuk menyelamatkan Annabele, tak mungkin baginya membiarkan gadis itu mati setelah susah payah menemukan.
Annabele membuka mata, melihat Cristian terjun di atasnya. Kini semua dugaannya benar, kalau pria itu bukanlah manusia biasa.
Cristian meraih tubuh Annabele, membawa naik kembali ke atas. Kedua kaki mereka berpijak bersamaan di atap, mata mereka masih terlibat saling tatap.
"Apa kamu puas? Bagaimana jika aku bukan seperti yang kamu pikirkan?" tanya Cristian.
"Tapi Anda seperti yang saya pikirkan," jawab Annabele yang terlihat tersenyum kecil. Ia malah merasa lega ketika tahu yang sebenarnya, dugaan yang membuatnya tidak tenang kini terjawab sudah.
"Seperti apa aku dalam pikiranmu?" tanya Cristian melepas tangan dari pinggang Annabele.
Annabele terkejut ketika Cristian menanyakan hal itu, ingin menjawab tapi takut jika pria itu tersinggung.
"Seorang vampir yang hidup di antara manusia, sebuah ancaman bagi kaummu. Bukankah seharusnya itu membuatmu takut," ujar Cristian dengan melangkah mundur.
Hal yang ditakuti oleh Cristian adalah Annabele tidak bisa menerima dirinya sebagai seorang vampir, bangsa yang sangat ditakuti oleh manusia. Karena itu Cristian ingin melakukan pendekatan perlahan, tapi ternyata semua rencanaya tak berjalan mulus karena melihat Annabele yang jatuh dari gedung malam itu.
"Saya tidak takut," ucap Annabele yang membuat Cristian langsung berhenti berjalan mundur dan menatap padanya. "Entah kenapa saya tidak merasa takut, hanya ada rasa penasaran karena merasa Anda sangat berbeda. Sentuhan tangan Anda, napas yang tak bisa saya rasakan, dan juga tak ada detak jantung di sana."
Cristian terkejut karena ternyata Annabele menyadari akan hal itu, mungkin karena mereka begitu dekat saat itu.
"Apa jika Anda vampir, maka saya harus menjauh karena takut Anda akan memakan saya?" tanya Annabele dengan sebuah nada candaan di sana.
Cristian terdiam, menatap gadis yang sudah dicarinya selama beberapa tahun ini. Apakah memang benar kalau bisa dekat dengan Annabele, sedangkan dunia mereka jelas berbeda.
"Siapa Anda, kenapa Anda mendekati saya. Saya yakin ada hal yang tak diketahui, hingga Anda peduli," ujar Annabele. Rasa penasaran gadis itu begitu besar, ini adalah kesempatan untuk menguak segalanya.
Cristian kembali berjalan maju, hingga kini berdiri tepat di hadapan Annabele.
"Jika aku mengatakan kalau kamu pernah menyelamatkanku, apa kamu akan percaya?" tanya Cristian dengan tatapan tak teralihkan dari wajah Annabele.
"Ap-apa?"
"Apa kamu tahu kalau setiap bangsa kami memiliki kemampuan khusus?" tanya Cristian yang tak menjelaskan pertanyaan pertamanya.
"Tunggu! Kapan saya menyelamatkan Anda?" Annabele terlihat kebingungan, sedangkan dia tak ingat sama sekali.
Cristian tersenyum kecil, hingga kemudian menyentuhkan telapak tangan di sisi wajah Annabele, seakan sedang membuat ingatan gadis itu kembali.
"Lebih baik tidak sekarang." Cristian menarik telapak tangannya dari sisi wajah Annabele, mengurungkan niat yang ingin dilakukan.Annabele yang sudah memejamkan mata, lantas membuka dan menatap Cristian."Kenapa?" tanya Annabele yang sudah penasaran dengan yang sebenarnya terjadi."Tidak baik mengingatnya di sini, akan aku ingatkan saat berada di tempat yang lebih baik dan nyaman untukmu," jawab Cristian yang kemudian menepuk pelan pucuk kepala Annabele.Annabele menggelembungkan kedua pipi karena merasa diberi harapan palsu, padahal sudah sangat senang karena akan mengetahui segalanya."Dasar pembohong!" gerutu Annabele.Cristian gemas melihat Annabele yang mengelembungkan pipi, hingga menangkup kedua sisi wajah gadis itu."Aku janji akan memperlihatkannya, sekarang kembalilah ke tempat kerja. Ingat untuk waspada pada Julie," kata Cristi
'Jika memang aku harus mati karena sebuah kesalahan yang tak pernah aku sengaja, apakah aku rela? Apa aku rela menanggung beban kesalahan yang sama sekali tak pernah aku lakukan.' Annabele melihat dengan jelas peluru itu melesat ke arahnya, hingga terpaan angin itu menerpa wajah. Ia melihat Cristian yang sudah di hadapannya, satu tangan pria itu merangkul pinggang dan membuatnya terhindar dari peluru. "Ap-apa?" Julie begitu terkejut ketika melihat Cristian yang ada di sana, bahkan bisa membuat Annabele terhindar dari peluru. Cristian langsung menoleh ke arah Julie, menatap tajam dengan bola mata merahnya. Takkan membiarkan gadis itu melukai Annabele meski hanya seujung kuku. "Cris." Annabele bisa melihat amarah di tatapan Cristian. "Persetan dengan kalian!" Julie yang sudah diliputi amarah, benci, dan dendam, kembali mengarahkan mata pistol ke arah Cristian dan Annabele
Annabele hendak mengabaikan tentang taruhan yang dilakukan oleh Bastian dan Max, dia tetap tidak akan menerima hasil taruhan itu meski mendapatkan pemenang. Namun, Annabele tiba-tiba merasa gelisah, entah kenapa dirinya sangat cemas dan tak bisa tenang. Ia pun pergi ke bukit di mana Bastian dan Max melakukan balap mobil, tempat dengan banyak tikungan tajam dan jurang di sisi kanan dan kiri.Saat sampai di tempat itu, Julie ternyata ada di sana, temannya itu terlihat cemas dan khawatir. Hingga ketika dua mobil sudah tampak memasuki garis finish, Annabele melihat mobil Bastian yang memimpin balapan, saat itu Annabele tiba-tiba merasa lega karena setidaknya Bastian yang akan menang, hingga siapa sangka jika Max menabrak bagian belakang mobil Bastian, tepat saat mereka melaju di tikungan tajam, membuat mobil Bastian oleng dan berputar beberapa kali karena kerasnya benturan dan cepatnya laju mobil itu, sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan dan mobil itu terjun beb
"Cris." Annabele terkejut sampai memegangi dada, ketika melihat Cristian berdiri di dekat jendela dengan kedua tangan bersidekap.'Ba-bagaimana--" Annabele malah terlihat kebingungan, hingga menunjuk ke pintu dan jendela, seakan sedang mempertanyakan dari mana Cristian masuk."Kamu lupa siapa aku? Aku bisa masuk lewat mana saja," ujar Cristian yang berjalan ke arah ranjang Annabele dan duduk di sana.Annabele memutar bola mata, lalu meniup poni yang jatuh ke dahi ketika ingat siapa pria yang ada di kamarnya.Annabele meletakkan tas di kursi yang terdapat di kamar, kemudian duduk di samping Cristian.Cristian mengamati foto Annabele dan keluarga yang terpajang di atas nakas, membuat sudut bibirnya tertarik ke atas."Kamu masuk lewat jendela?" tanya Annabele memastikan, melihat kalau daun jendela terbuka."Ya, apa kamu mau aku lewat pintu d
"Kamu tidak tahu siapa aku, pergi dari sini atau kamu akan mati!" Cristian berusaha mengusir Annabele, tak ingin melukai gadis itu.Annabele memeluk kedua kaki yang sudah ditekuk, lantas meletakkan dagu di atas kedua lutut."Aku tidak takut mati, karena pada akhirnya juga akan mati," ucap Annabele dengan tatapan sendu.Bagi dia yang kala itu baru berumur 13 tahun, sangat mengherankan karena kematian memang tak menakutkan baginya. Pertengkaran kedua orangtua dan rasa sakit yang dideritanya selama bertahun-tahun ini, serta tak memiliki teman untuk bermain, membuat Annabele putus asa.Cristian membeliak mendengar ucapan Annabele, bagaimana bisa gadis itu bicara tentang kematian semudah itu. Ia menelan saliva saat semakin mencium bau manis darah gadis itu, masih berusaha menekan rasa haus agar tak menyakiti gadis kecil itu."Pergilah dari sini, aku benar-benar tidak bisa menahannya.
'Aku menyukai dekapannya meski tak terasa hangat, mungkin aku yang akan memberikan sebuah kehangatan untuknya.'Malam sudah semakin larut, Cristian masih berada di kamar Annabele. Ia duduk bersandar headbord, sedangkan Annabele duduk bersandar pada bahunya dengan jemari saling bertautan."Jika sepuluh tahun lalu aku memanggilmu dengan sebutan 'paman', apa aku sekarang juga harus memanggilmu seperti itu?" tanya Annabele yang tentu saja mengandung sebuah candaan. Ia menengadahkan wajah untuk bisa menatap ekspresi wajah Cristian."Jika kamu mau, aku tidak masalah," timpal Cristian untuk menanggapi candaan Annabele.Annabele tertawa kecil mendengar ucapan Cristian, hingga kemudian menatap ke arah genggaman jemari mereka."Kamu seorang vampir, tentu saja wajahmu tak berubah meski sudah bertahun-tahun lamanya, karena aku dengar kalau mahluk seperti kalian ini abadi. Katakan padaku, ber
'Saat aku cemas jika akan kesepian, ternyata ada dia yang kini menemani. Kini aku merasa seperti putri yang dijaga oleh seorang pangeran.'Udara dingin mulai menerpa, terdengar suara ranting tertiup angin dan mengetuk jendela. Annabele memeluk selimut yang menutup tubuh, hingga tersadar akan sesuatu. Ia membuka mata, melihat sisi ranjangnya yang kosong, Cristian sudah tidak ada di sana.Annabele mencoba membuka kelopak mata agar bisa terbuka sempurna, hingga memilih bangun dan duduk."Kapan dia pergi?" tanyanya dalam hati.Annabele mengedarkan pandanga, tapi tak melihat apa yang ingin dilihat, hingga memilih menengok jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul enam pagi. Annabele mengulas senyum, lantas turun dari ranjang untuk mandi dan mempersiapkan diri pergi ke perusahaan.--Annabele berangkat ke kantor menggunakan bus seperti biasa, hanya saja pagi ini dirinya terlih
Annabele sudah bersiap pulang. Ia merapikan barang yang ada di meja sebelum pergi."An, apa mau pulang bersama?" tanya Sam yang sudah berdiri di samping Annabele."Owh, sepertinya aku akan pulang sendiri, ada beberapa hal yang ingin aku lakukan," jawab Annabele dengan tangan yang masih sibuk merapikan berkas di meja.Sam menatap Annabele, hingga memilih bersandar di tepian meja."Kamu, benar-benar berpacaran dengan CEO kita?" tanya Sam yang teringat dengan pengakuan Cristian saat di kantin.Annabele terlihat kikuk karena pertanyaan Sam, bahkan sampai menyelipkan berulangkali helaian rambut ke belakang telinga."Ya, benar." Annabele mencoba jujur, lagipula berbohong pun takkan bermanfaat baginya.Sam terkesiap dengan jawaban Annabele, lantas meraih telapak tangan gadis itu dan menggenggamnya erat."Apa kamu tidak bisa
"Kalian harus menjelaskan padaku? Apa yang kalian rahasiakan?" tanya Sam karena merasa menjadi yang terakhir paling tahu soal rencana itu.Annabele dan Cristian menatap Sam bersamaan, keduanya tertawa kecil melihat rasa kesal di wajah Sam."Aku akan menjelaskan, tapi sebelumnya ingin menghukum dia!" Annabele menunjuk Cristian, membuat pria itu terkejut karena ucapan Annabele.Namun, siapa sangka jika hukuman yang dimaksud tak semengerikan yang ada dipikiran. Annabele menarik kemeja bagian depan Cristian hingga membuat sedikit membungkuk, kemudian Annabele mendaratkan sebuah ciuman di bibir pria itu."Agh! Kalian ini tak berperasaan!" Sam langsung memalingkan wajah ketika mengetahui apa yang dilakukan Annabele."Aku sangat merindukanmu," ucap Annabele begitu melepas pagutan bibir mereka.***Annabela dan Cristian menceritakan semuanya pada
Annabele merasa lega karena yang ditunggunya datang. Namun, tak menyangka kalau ada seseorang yang juga datang ke sana."Kenapa kamu mengajaknya? Susah payah aku membuat alasan, kamu malah membawanya ke mari!" protes Annabele."Dasar adik nakal! Bisa-bisanya kamu membohongi Kakakmu!" Sam langsung melotot pada Annabele."Aku tidak mau melibatkanmu, aku ingin kamu selamat," ujar Annabele yang menyesal karena telah berbohong."Apa kalian ingin terus berbincang?" Cristian memotong perdebatan kakak beradik itu.Annabele dan Sam menatap Cristian, sebelum keduanya fokus dengan apa yang akan dilakukan sekarang."Kalian berhutang penjelasan padaku!" ujar Sam yang masih tak mengerti bagaimana Annabele bertemu dan merencanakan sesuatu yang berbahaya bersama Cristian."Pastikan kamu hidup dulu, baru setelahnya akan aku jelaskan semuanya," timpal Cris
"Apa Kakak percaya?" tanya Alex ketika selesai mengakhiri ceritanya. "Tentu Kakak percaya," jawab Annabele dengan seutas senyum. "Karena setelah mendatangimu, dia juga mendatangiku," imbuh Annabele. "Apa? Apa dia melukai Kakak?" tanya Alex panik, seakan tak rela jika kakaknya dilukai. "Ya," jawab Annabele. Ia lantas menunjukkan bekas luka yang didapat karena ulah Julie. "Dia melukai Kakak. Kenapa dia begitu kejam?" Alex merasa geram karena ternyata bukan dia saja yang menjadi korban. "Kamu tenang saja, dia sekarang sudah musnah. Kakak sendiri yang membunuhnya, bukankah Kakak kejam?" Alex terkejut mendengar Annabele telah membunuh Julie. Ia malah terlihat senang mengetahui jika kakaknya ternyata begitu pemberani. "Kakak tidak jahat, dia yang jahat karena tega melukaiku dan kakak." Tentu saja Alex membela kakaknya. &nb
Setelah menangis sangat lama, akhirnya Annabele bisa sedikit tenang. Ia duduk di ranjang bersandar headboard, kedua tangan memeluk kaki yang ditekuk, serta tatapan tertuju pada jendela, berharap pria yang ingin dilihatnya muncul kembali dari sana.Sam melihat Annabele yang begitu sedih. Ia sendiri baru saja mengambilkan air minum untuk gadis itu. Sam mendekat lantas duduk di tepian ranjang, menyodorkan cangkir berisi teh hangat untuk adiknya itu."Minumlah, setidaknya ini akan menghangatkan tenggorokanmu," kata Sam.Annabele menerima dengan dua tangan, sebelum kemudian meminumnya perlahan."Soal Cristian, takdirnya sedikit rumit. Semua memang memiliki jalan masing-masing, meski kami vampir bukan berarti kami bisa memilih jalan yang ingin dipilih," ujar Sam menjelaskan agar Annabele tak terus bersedih."Apa takdir yang digariskan untuknya?" tanya Annabele."Sa
"An!" Sam yang tahu jika kedatangan Cristian untuk meninggalkan Annabele, akhirnya memilih menyusul ke kamar, karena mendengar suara gadis itu berteriak."Kenapa dia meninggalkanku? Apa salahku?" tanya Annabele dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Bahkan ia bicara seraya menunjuk ke jendela di mana Cristian tadi tiba-tiba pergi."Dia memiliki maksud lain, An. Ikhlaskan saja," pinta Sam.Annabele tak percaya jika Sam semudah itu memintanya mengikhlaskan, sedangkan hatinya benar-benar sudah terikat dengan pria itu."Kenapa kamu tega bilang begitu? Kenapa kamu tega? Apa semua vampir memang senang menyakiti orang, hah?" Annabele yang kesal dan sedih, lantas melimpahkan rasa yang menghimpit rongga dada pada Sam.Annabele memukul Sam berulangkali, mencoba meluapkan kekesalan yang begitu menyakitkan. Sam sendiri tidak menghindar, membiarkan Annabele melakukan yang diinginkan,
Sam pada akhirnya menceritakan semua yang terjadi di masa lalu, termasuk hubungannya dengan Annabele. Namun, masalah kematian gadis itu, Sam tidak menceritakan dengan jelas."Jadi, karena itu kamu selalu didekatku, juga baik padaku?" tanya Annabele ketika mengingat bagaimana Sam begitu memperhatikan dirinya."Ya, karena keinginanku melihatmu bahagia," jawab Sam."Apa di masa lampau aku tidak bahagia, hingga kamu ingin aku bahagia sekarang?" tanya Annabele lagi.Sam terdiam sejenak, tatapannya tertuju pada aspal jalanan karena mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Annabele, sebab ingin mengambil beberapa barang."Bukan tidak bahagia, hanya saja aku masih tidak rela dengan caramu pergi," jawab Sam lirih.Annabele melihat kesedihan di mata Sam, hingga pada akhirnya tak ingin membahas hal itu lagi. Ia sebenarnya merasa senang, karena ternyata memiliki seorang k
Annabele menemui Samantha setelah bicara dengan Simon, Sam masih di sana menunggu Alex bersama Samantha. Karena usaha Sam dan Simon, akhirnya Alex bisa melalui masa kritis dan dipindah ke ruang perawatan biasa."Bagaimana keadaannya?" tanya Annabele."Sudah lumayan, setidaknya sudah tidak kritis lagi," jawab Samantha seraya menatap Alex yang masih belum sadarkan diri.Annabele mengerti dengan kondisi Alex, karena Sam sudah mengatakan jika butuh waktu untuk memulihkan dan membuat bocah itu sadarkan diri."Mama istirahatlah, aku yang akan menjaga Alex," kata Annabele seraya memijat pelan kedua pundak Samantha.Annabele bisa melihat jika ibunya itu kelelahan. Samantha meraih telapak tangan Annabele, tapi tatapannya terus tertuju pada Alex yang berbaring di ranjang."Mama tidak apa-apa. Mama mau di sini melihat Alex membuka mata," kata Samantha dengan suara begit
Suara heels beradu dengan lantai marmer, terdengar menggema di lobi sebuah hotel. Seorang wanita berambut panjang sedikit bergelombang di bagian bawah, tampak berjalan dengan anggun menuju ke meja resepsionis."Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya resepsionis hotel."Tentu, di mana kamar pria bernama Cristian?" tanya balik wanita itu dengan suara lembut dan senyumnya begitu menawan."Anda siapa?""Tunangannya."Selena—jodoh yang ditakdirkan untuk Cristian. Wanita itu kembali ke Transylvania karena Cristian juga pulang ke sana. Awalnya Selena pergi ke kota di mana Cristian tinggal, setelah mengetahui jika pria itu bertemu dengan seorang wanita manusia. Jelas, Selena akan berusaha menyingkirkan siapa pun yang hendak berniat hidup dengan tunangannya itu. Bahkan, siapa sangka jika Selenalah yang merubah Julie menjadi seorang vampir, menjadikan teman Annabele itu sebagai pion
"Di mana Cris?" tanya Annabele.Setelah berhasil mengeluarkan racun pada tubuh Alex, Annabele langsung mengajak Simon bicara berdua."Dia tidak di sini," jawan Simon yang tak langsung mengatakan keberadaan Cristian."Di mana dia? Kenapa tidak menemuiku? Kenapa dia mengabaikanku?" tanya Annabele yang terlampau kesal karena merasa Cristian mempermainkan perasaannya."Aku benar-benar dilarang olehnya. Aku tidak bisa mengatakan keberadaannya," jawab Simon karena dia sudah terlampau berjanji.Annabele yang masih tidak mendapat jawaban atas kepergian Cristian, serta alasan pria itu meninggalkannya begitu saja, akhirnya memilih pergi meninggalkan Simon, untuk menemani Samantha."Maaf, An. Aku juga tidak tahu apa yang dia pikirkan."--Di sisi lain, Transylvania, Romania. Alfred memasuki sebuah kamar di sebuah hotel yang terdapat d