"Jauhi dia!" perintah Sam.
Cristian membeku ketika tahu siapa Sam sebenarnya. Seorang vampir dari klan yang kekuatannya berada jauh di atasnya, bahkan umur Sam lebih tua darinya. Namun, Cristian tak mengerti, kenapa Sam rela menyamar dan keluar dari Klan untuk membaur dengan manusia, terutama dekat dengan Annabele.
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Kenapa kamu mendekati Annabele?" tanya Cristian memastikan.
"Apa kamu masih tidak paham dengan keberadaanku di sini? Atau sebenarnya kamu sudah melupakan tragedi itu? Tidak akan aku biarkan itu terulang, kali ini aku tidak akan membiarkan masa lalu terulang. Aku memperingatkanmu, Cris.. Jauhi Annabele, atau aku sendiri yang akan memusnahkanmu!" ancam Sam.
"Kenapa kamu peduli? Apa arti Annabele untukmu?" tanya Cristian yang tak paham.
Sam merasa geram dengan pertanyaan Cristian. Ia sampai mendekat dengan cepat dan mencengkeram kerah k
"Oh, Kakak mau makan darahku? Boleh." Gadis itu menyodorkan tangan, mempersilahkan Sam untuk menggigit pergelangan tangannya.Sam terkesiap dengan yang dilakukan gadis itu, tak menyangka jika hal itu tidak membuat gadis cerewet itu ketakutan."Kamu tidak takut aku menggigit dan mengisap darahmu sampai habis?" tanya Sam dengan satu sudut bibir tertarik ke atas.Gadis kecil itu mengedikkan kedua pundak, sebelum kemudian berkata, "Aku pernah memberikan pada ayah, karena dia sedang kesakitan. Tapi ayah tidak mengisapnya sampai habis."Sam semakin terperanjat mendengar penjelasan gadis itu. Hingga demi menghindari rasa kesal serta gejolak ingin meminum darah gadis itu, Sam memilih meninggalkan gadis itu dan memantaunya dari jauh.Gadis kecil itu terlihat sedih, merasa jika Sam tak menyukainya. Sedangkan ia sebenarnya mendamba seorang kakak untuk bisa diajak main.
Sam menatap jepit rambut berbentuk bunga mawar, hal terakhir yang dimilikinya setelah Bella meninggal. Ia menggenggam erat ketika mengingat masa lalu itu, masa lalu yang manis juga menyakitkan. Untuk pertama kalinya dia menerima keberadaan manusia dalam hidupnya, dan untuk pertama kalinya juga dia harus merasakan kehilangan."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Sam ketika merasakan keberadan Cristian di rumahnya."Apa Annabele adalah Bella?" tanya Cristian dengan kedua telapak tangan mengepal di samping tubuh. Ia bicara seraya menatap punggung Sam.Sam ingin tertawa mendengar pertanyaan Cristian. Ia memilih memasukkan jepit rambut itu ke saku celana, kemudian membalikkan badan dan menatap pada Cristian."Apa pentingnya kamu bertanya," kata Sam santai, bahkan tersenyum miring pada Cristian."Kamu memintaku menjauhi Annabele, kamu juga terus mengatakan jika masa lalu akan terulan
Sudah beberapa hari semenjak Cristian pergi tanpa kata. Annabele merasa begitu kehilangan pria itu, ia sudah terbiasa berdekatan dengan kekasihnya itu. Kini ketika Cristian pergi, semuanya terasa hampa bagi Annabele.Hari itu Annabele pulang sedikit larut karena lembur. Ia berjalan dari halte bus menuju rumah, sampai langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat siapa yang berdiri di hadapanya."Kamu merindukanku?"Wajah dan senyum itu tak asing bagai Annabele. Namun, tatapannya begitu berbeda, Annabele tahu arti tatapan dari bola mata itu."Julie." Annabele bisa merasakan jika ada yang berbeda dari temannya itu."Di mana kekasih vampirmu?" tanya Julie dengan senyum menyeringai.Annabele cukup terkejut mendengar Julie tahu siapa Cristian yang sebenarnya. Saat temannya itu maju dan berdiri di bawah sorotan lampu jalan, Annabele sadar jika itu bukanlah Jul
"Sam!" Julie begitu terkejut temannya itu datang menolong Annabele. "Pergi dari sini, Sam. Aku tidak ingin melukaimu!" perintah Julie."Apa kamu pikir aku akan membiarkanmu melukaiku? Salah!" Sam mengeluarkan kuku-kuku tajamnya.Julie terkejut melihat perubahan itu, baru tahu jika ternyata Sam yang dianggapnya sebagai manusia biasa adalah seorang vampir.Annabele yang berada di belakang Sam, juga terkejut ketika melihat pria itu mengeluarkan kuku tajam."Jauhi Anna!" perintah Sam dengan mata menyorot tajam ke arah Julie.Julie menyeringai mendengar perintah Sam, tak menyangka jika ternyata banyak yang melindungi Annabele, membuat rasa dendam, cemburu, dan amarah akan gadis itu semakin membumbung tinggi."Kalau aku tidak mau, kamu mau apa? Membunuhku? Bisa kamu coba!" Julie memancing reaksi Sam.Sam memang bersiap, tapi ada hal yang tidak
Sam terkejut dengan yang terjadi. Ia bangun dan ingin menghindarkan Annabele dari Julie, tapi sayangnya terlambat."Julie, maaf.""Jangan pikir kamu menang."Annabele menghunus belatinya dari jantung Julie. Ia mundur perlahan dengan kelopak mata menggenang, ketika harus terpaksa menusuk temannya itu.Julie melirik dada yang ditusuk oleh belati perak itu, sebelum dirinya melihat ke arah kuku, di mana ia juga sempat menggores dada Annabele."Aku mungkin akan binasa, tapi rasa sakit yang aku rasakan, takkan sesakit yang akan kamu rasakan." Julie tersenyum miring, hingga kemudian merasakan tubuhnya mati rasa. Perlahan, bagian tubuhnya menguar bagai abu yang tertiup angin.Sam melihat Annabele yang gemetar dengan air mata yang mengalir. Gadis itu menangis, karena telah benar-benar membunuh temannya sendiri.Annabele menjatuhkan belati ketika m
Sam menatap Annabele yang terbaring tak sadarkan diri. Ia sengaja membawa gadis itu ke apartemennya, karena tak mungkin membawanya pulang atau ke rumah sakit. Tentu saja kondisi luka Annabele yang tak biasa, akan menjadi pertanyaan bagi para tenaga medis.Sam menatap jepit rambut yang pernah dikenakan Bella, masih bisa merasakan darah hangat Bella yang pernah membasahi tangan. Ia ingat tiap embusan napas serta senyum gadis itu semasa hidupnya.Annabele sudah tak sadarkan diri lebih dari semalam. Sam sendiri sudah mengobati luka Annabele, karena tentunya dia memiliki obat yang lebih ampuh dari pengobatan para medis.Sam bangkit dari duduk ketika melihat pergerakan jemari Annabele, langsung meraih telapak tangan dan menggenggam erat."An, bagaimana perasaanmu?" tanya Sam ketika melihat kelopak mata Annabele mulai bergerak.Annabele mencoba membuka kelopak mata, hingga melihat
Saat Sam kebingungan karena Annabele marah-marah tak jelas dari balik selimut, ada seseorang yang menekan bel pintu unit apartemennya berulangkali. Sam pun memilih keluar dari kamar dan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang."Bocah itu, mau apa dia?" Sam bertanya-tanya sendiri, ketika mengintip dari lensa yang terpasang pada daun pintu."Sam! Aku tahu kamu di dalam, memangnya kamu kira aku tidak bisa mencium bau tubuhmu!" Ternyata Simon yang datang ke rumah Sam. "Buka! Atau aku akan menghancurkan pintumu!" ancam Simon.Tentu saja Sam tidak bisa mengelak bahkan sampai mencebik ketika mendengar ancaman Simon, akhirnya mau tidak mau memilih membukakan pintu untuk adik Cristian itu. Baru saja pintu dibuka belum ada setengah, Simon langsung masuk dengan cepat dan kini berdiri di ruang tamu Sam."Ck, dasar bocah tak tahu sopan santun," gerutu Sam yang menutup pintu dan menghampiri Simon di ruang tam
"Di mana Cris?" tanya Annabele.Setelah berhasil mengeluarkan racun pada tubuh Alex, Annabele langsung mengajak Simon bicara berdua."Dia tidak di sini," jawan Simon yang tak langsung mengatakan keberadaan Cristian."Di mana dia? Kenapa tidak menemuiku? Kenapa dia mengabaikanku?" tanya Annabele yang terlampau kesal karena merasa Cristian mempermainkan perasaannya."Aku benar-benar dilarang olehnya. Aku tidak bisa mengatakan keberadaannya," jawab Simon karena dia sudah terlampau berjanji.Annabele yang masih tidak mendapat jawaban atas kepergian Cristian, serta alasan pria itu meninggalkannya begitu saja, akhirnya memilih pergi meninggalkan Simon, untuk menemani Samantha."Maaf, An. Aku juga tidak tahu apa yang dia pikirkan."--Di sisi lain, Transylvania, Romania. Alfred memasuki sebuah kamar di sebuah hotel yang terdapat d
"Kalian harus menjelaskan padaku? Apa yang kalian rahasiakan?" tanya Sam karena merasa menjadi yang terakhir paling tahu soal rencana itu.Annabele dan Cristian menatap Sam bersamaan, keduanya tertawa kecil melihat rasa kesal di wajah Sam."Aku akan menjelaskan, tapi sebelumnya ingin menghukum dia!" Annabele menunjuk Cristian, membuat pria itu terkejut karena ucapan Annabele.Namun, siapa sangka jika hukuman yang dimaksud tak semengerikan yang ada dipikiran. Annabele menarik kemeja bagian depan Cristian hingga membuat sedikit membungkuk, kemudian Annabele mendaratkan sebuah ciuman di bibir pria itu."Agh! Kalian ini tak berperasaan!" Sam langsung memalingkan wajah ketika mengetahui apa yang dilakukan Annabele."Aku sangat merindukanmu," ucap Annabele begitu melepas pagutan bibir mereka.***Annabela dan Cristian menceritakan semuanya pada
Annabele merasa lega karena yang ditunggunya datang. Namun, tak menyangka kalau ada seseorang yang juga datang ke sana."Kenapa kamu mengajaknya? Susah payah aku membuat alasan, kamu malah membawanya ke mari!" protes Annabele."Dasar adik nakal! Bisa-bisanya kamu membohongi Kakakmu!" Sam langsung melotot pada Annabele."Aku tidak mau melibatkanmu, aku ingin kamu selamat," ujar Annabele yang menyesal karena telah berbohong."Apa kalian ingin terus berbincang?" Cristian memotong perdebatan kakak beradik itu.Annabele dan Sam menatap Cristian, sebelum keduanya fokus dengan apa yang akan dilakukan sekarang."Kalian berhutang penjelasan padaku!" ujar Sam yang masih tak mengerti bagaimana Annabele bertemu dan merencanakan sesuatu yang berbahaya bersama Cristian."Pastikan kamu hidup dulu, baru setelahnya akan aku jelaskan semuanya," timpal Cris
"Apa Kakak percaya?" tanya Alex ketika selesai mengakhiri ceritanya. "Tentu Kakak percaya," jawab Annabele dengan seutas senyum. "Karena setelah mendatangimu, dia juga mendatangiku," imbuh Annabele. "Apa? Apa dia melukai Kakak?" tanya Alex panik, seakan tak rela jika kakaknya dilukai. "Ya," jawab Annabele. Ia lantas menunjukkan bekas luka yang didapat karena ulah Julie. "Dia melukai Kakak. Kenapa dia begitu kejam?" Alex merasa geram karena ternyata bukan dia saja yang menjadi korban. "Kamu tenang saja, dia sekarang sudah musnah. Kakak sendiri yang membunuhnya, bukankah Kakak kejam?" Alex terkejut mendengar Annabele telah membunuh Julie. Ia malah terlihat senang mengetahui jika kakaknya ternyata begitu pemberani. "Kakak tidak jahat, dia yang jahat karena tega melukaiku dan kakak." Tentu saja Alex membela kakaknya. &nb
Setelah menangis sangat lama, akhirnya Annabele bisa sedikit tenang. Ia duduk di ranjang bersandar headboard, kedua tangan memeluk kaki yang ditekuk, serta tatapan tertuju pada jendela, berharap pria yang ingin dilihatnya muncul kembali dari sana.Sam melihat Annabele yang begitu sedih. Ia sendiri baru saja mengambilkan air minum untuk gadis itu. Sam mendekat lantas duduk di tepian ranjang, menyodorkan cangkir berisi teh hangat untuk adiknya itu."Minumlah, setidaknya ini akan menghangatkan tenggorokanmu," kata Sam.Annabele menerima dengan dua tangan, sebelum kemudian meminumnya perlahan."Soal Cristian, takdirnya sedikit rumit. Semua memang memiliki jalan masing-masing, meski kami vampir bukan berarti kami bisa memilih jalan yang ingin dipilih," ujar Sam menjelaskan agar Annabele tak terus bersedih."Apa takdir yang digariskan untuknya?" tanya Annabele."Sa
"An!" Sam yang tahu jika kedatangan Cristian untuk meninggalkan Annabele, akhirnya memilih menyusul ke kamar, karena mendengar suara gadis itu berteriak."Kenapa dia meninggalkanku? Apa salahku?" tanya Annabele dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Bahkan ia bicara seraya menunjuk ke jendela di mana Cristian tadi tiba-tiba pergi."Dia memiliki maksud lain, An. Ikhlaskan saja," pinta Sam.Annabele tak percaya jika Sam semudah itu memintanya mengikhlaskan, sedangkan hatinya benar-benar sudah terikat dengan pria itu."Kenapa kamu tega bilang begitu? Kenapa kamu tega? Apa semua vampir memang senang menyakiti orang, hah?" Annabele yang kesal dan sedih, lantas melimpahkan rasa yang menghimpit rongga dada pada Sam.Annabele memukul Sam berulangkali, mencoba meluapkan kekesalan yang begitu menyakitkan. Sam sendiri tidak menghindar, membiarkan Annabele melakukan yang diinginkan,
Sam pada akhirnya menceritakan semua yang terjadi di masa lalu, termasuk hubungannya dengan Annabele. Namun, masalah kematian gadis itu, Sam tidak menceritakan dengan jelas."Jadi, karena itu kamu selalu didekatku, juga baik padaku?" tanya Annabele ketika mengingat bagaimana Sam begitu memperhatikan dirinya."Ya, karena keinginanku melihatmu bahagia," jawab Sam."Apa di masa lampau aku tidak bahagia, hingga kamu ingin aku bahagia sekarang?" tanya Annabele lagi.Sam terdiam sejenak, tatapannya tertuju pada aspal jalanan karena mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Annabele, sebab ingin mengambil beberapa barang."Bukan tidak bahagia, hanya saja aku masih tidak rela dengan caramu pergi," jawab Sam lirih.Annabele melihat kesedihan di mata Sam, hingga pada akhirnya tak ingin membahas hal itu lagi. Ia sebenarnya merasa senang, karena ternyata memiliki seorang k
Annabele menemui Samantha setelah bicara dengan Simon, Sam masih di sana menunggu Alex bersama Samantha. Karena usaha Sam dan Simon, akhirnya Alex bisa melalui masa kritis dan dipindah ke ruang perawatan biasa."Bagaimana keadaannya?" tanya Annabele."Sudah lumayan, setidaknya sudah tidak kritis lagi," jawab Samantha seraya menatap Alex yang masih belum sadarkan diri.Annabele mengerti dengan kondisi Alex, karena Sam sudah mengatakan jika butuh waktu untuk memulihkan dan membuat bocah itu sadarkan diri."Mama istirahatlah, aku yang akan menjaga Alex," kata Annabele seraya memijat pelan kedua pundak Samantha.Annabele bisa melihat jika ibunya itu kelelahan. Samantha meraih telapak tangan Annabele, tapi tatapannya terus tertuju pada Alex yang berbaring di ranjang."Mama tidak apa-apa. Mama mau di sini melihat Alex membuka mata," kata Samantha dengan suara begit
Suara heels beradu dengan lantai marmer, terdengar menggema di lobi sebuah hotel. Seorang wanita berambut panjang sedikit bergelombang di bagian bawah, tampak berjalan dengan anggun menuju ke meja resepsionis."Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya resepsionis hotel."Tentu, di mana kamar pria bernama Cristian?" tanya balik wanita itu dengan suara lembut dan senyumnya begitu menawan."Anda siapa?""Tunangannya."Selena—jodoh yang ditakdirkan untuk Cristian. Wanita itu kembali ke Transylvania karena Cristian juga pulang ke sana. Awalnya Selena pergi ke kota di mana Cristian tinggal, setelah mengetahui jika pria itu bertemu dengan seorang wanita manusia. Jelas, Selena akan berusaha menyingkirkan siapa pun yang hendak berniat hidup dengan tunangannya itu. Bahkan, siapa sangka jika Selenalah yang merubah Julie menjadi seorang vampir, menjadikan teman Annabele itu sebagai pion
"Di mana Cris?" tanya Annabele.Setelah berhasil mengeluarkan racun pada tubuh Alex, Annabele langsung mengajak Simon bicara berdua."Dia tidak di sini," jawan Simon yang tak langsung mengatakan keberadaan Cristian."Di mana dia? Kenapa tidak menemuiku? Kenapa dia mengabaikanku?" tanya Annabele yang terlampau kesal karena merasa Cristian mempermainkan perasaannya."Aku benar-benar dilarang olehnya. Aku tidak bisa mengatakan keberadaannya," jawab Simon karena dia sudah terlampau berjanji.Annabele yang masih tidak mendapat jawaban atas kepergian Cristian, serta alasan pria itu meninggalkannya begitu saja, akhirnya memilih pergi meninggalkan Simon, untuk menemani Samantha."Maaf, An. Aku juga tidak tahu apa yang dia pikirkan."--Di sisi lain, Transylvania, Romania. Alfred memasuki sebuah kamar di sebuah hotel yang terdapat d