"Nah, menurut buku magis tingkat atas, kita harus mencari sang alpha untuk mengambil alih pikiran para omega dan beta," ucapku menjelaskan padanya."A ... apa!? Ta ... tapi aku nggak bisa jadi pemimpin mereka." Lucer menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dia agaknya sedang menutupi tangis."Kamu harus bisa mengendalikan mereka di bawah tanganmu. Walaupun, sang pemimpin alpha terbaik hanya diraih oleh Pangeran Arsenio, selebihnya, tidak ada yang sebanding." Aku mendekapnya di dalam peluk hangat, menyalurkan banyak semangat di sana.Suara isak tangis terdengar menyayat hati kecilku. Aku bukanlah seorang ibu yang mampu memberikannya apa pun. Namun, aku senantiasa berusaha selalu ada untuknya, baik dalam keadaan duka, maupun suka.Lolongan serigala yang memekakkan telinga, membuatku melepaskan dekapan. Dia harus bisa, dan bagaimana pun perang harus dielakkan. Jika bangsa manusia serigala menguasai seluruh wilayah Hutan Valerie, maka tidak ada lagi daerah untuk para vampir tinggali
Peperangan melibatkan dua komponen. Satu musuh, dan yang lainnya pahlawan. Mereka yang menang akan dianggap sebagai yang terhebat. Sedangkan yang kalah akan dianggap sebagai orang, atau kelompok yang gagal.Memaafkan musuh adalah jalan yang mungkin sebagian orang enggan melakukannya. Ada dua hal yang menjadi alasan besarnya:Pertama, jika dimaafkan, dan dibiarkan bebas, mungkin ia akan mengulangi kesalahan yang sama. Ya, sama seperti Necia yang bebal.Kedua, musuh yang dihukum mati, atau dibunuh dengan sadis tidak akan memperpendek masalah. Ya mungkin akan menimbulkan dendam pada pengikut-pengikutnya. Aku mengambil langkah besar di dalam hidup. Tidak akan kubiarkan Necia mengendalikan Lucer. Bertarung dengan tangan kosong adalah opsi akhir. Jika aku tidak bisa mematahkan ambisinya, jangankan Hutan Valarie, Kota Aluna juga mungkin dikuasai olehnya."Pilihan yang salah, ya, Margaret?" Necia menangkis tendanganku. Kemudian, membalikan serangan.Aku kesulitan menghindar, karena kondisi y
Aku tidak memiliki banyak waktu untuk bersembunyi di balik keputusasaan. Peluang yang hanya datang sekali, atau mungkin beberapa kali di dalam hidup tidak boleh disia-siakan.Necia telah selangkah lebih maju. Pemikirannya yang licik, agaknya mampu memanipulasi segala hal. Aku menunggu waktu pagi tiba. Hanya itu harapan yang terus membayangi pikiran dangkalku."Kamu adalah musuhku, Margaret! Jika saja kamu tidak melepaskan tangan kita di hari itu, aku mungkin tidak akan sejahat ini di masa depan!"Dia sepertinya menyesali perbuatannya sendiri. Necia agaknya lupa, jika dia sendiri yang membuat kami terpisah. "Kita sama-sama dipaksa keadaan, Necia. Serangan Raja Oise tidak bisa dielakkan, dan kita hampir jatuh ke jurang bersama. Karena getaran yang ditimbulkannya terlalu kuat, kamu jatuh. Tapi bisa kutahan sebentar." "Menahan? Kamulah penyebab kematianku di masa lalu. Sekarang, tidak ada lagi tempat aman untukmu bersembunyi!" Dia lagi-lagi memihak ambisinya. Perubahan yang ada di dala
Kami bertiga berhasil menyingkirkan masalah besar di dalam golongan Lucer. Gadis bermata perak yang belum sadarkan diri itu, sudah diikat menggunakan tali magis abadi.Pak Aiden datang, lalu memenjarakan Necia di dalam kerangkeng besi berkarat. Dia minta maaf, karena pingsan di waktu yang mendesak. Aku hanya bisa mengiyakannya, takut dia marah."Aku datang tepat waktu. Anda selalu tidak. Bagaimana jika memberiku sebuah hadiah penghargaan, Pak Aiden?" Frey menyilangkan tangannya. Dia tersenyum manis, menunjukkan pesonanya padaku."Dia benar, Pak. Dia yang menolong kami di saat-saat terakhir." Lucer tidak kalah menebar ketampanannya. Mereka berdua ibarat dua pangeran yang kembali ke masa modernisasi.Aduh! Aku ingin dia selalu menjadi milikku. Soal percintaan, aku ingin menjadi orang yang egois. Ya, tidak ada yang boleh mengambil Lucer dari hidupku."Ini jam berapa?" Pak Aiden bertanya padaku.Aku menggeleng. "Nggak tahu, Pak. Aku nggak bawa jam."Wajahnya berubah merah padam. Kedua tan
"Tidakkk! Lepaskan aku!" Aku mendekati ia yang meronta-ronta minta dilepaskan. Wajahnya memelas, air matanya bercucuran, ia seakan menabur rasa kasihan. Malang sekali, saat itu keadaan telah berbalik–ia menjadi posisi yang tertawan."Kami sudah menentukan posisi, dan juga batas-batas wilayahnya, Pak Aiden." Lucer memberikan selembar kertas pada pria tua di sampingku."Aku sudah tahu," ucapnya seraya menyerahkan kembali lembaran itu, pada pemimpin bangsa werewolf yang baru–Lucer Ford.Bahkan sebelum rombongan mereka kembali, Pak Tua Aiden sudah lebih dulu datang. Dia bilang ingin memantau, ya jelaslah, dia harus terlihat tetap di sana–seakan tidak ikut.Dua kekuatan besar bangsa yang berbeda telah menyatu, setelah sekian lama bertengkar. Dua pangeran yang ditunggu-tunggu, juga telah bereinkarnasi menjadi Lucer dan Frey. Masa depan yang diinginkan sudah tercapai. Kami hanya tinggal menjaga perdamaian. Peluh dan juga keringat untuk mencapai fase damai, akhirnya terbayar lunas.Sebuah po
"Jangan suka bikin kaget orang dong, Chel!" Aku melemparkan kertas yang sebelumnya telah kuremukkan."Habisnya kamu kemarin serius amat." Chel membuka toples kecil permennya. "Kamu mau nggak?"Lionel dan Dona datang. Mereka langsung memergoki kami. Dengan nada marah, Lionel menyuruh Chel untuk pindah. Namun, aku menjelaskan, bahwa kami sudah kembali berbaikan."Hah!? Kapan?" Dona menepuk pundakku, seakan merasa aku membohonginya. Lionel duduk di kursi depan, sambil mengeluarkan buku-buku di dalam tasnya. "Yang bener, Woi! Masa iya kemarin bertengkar, eh, hari ini baikan, sih?" Mereka mungkin tidak percaya pada hal yang tidak mereka tahu. Ada banyak kejadian yang membuatku dapat memaafkan Chel: peperangan dadakan, penyembuhan Chel, dan banyak hal lain. Aku berdiri, lalu mengambil bekal di laci meja. "Ngomong-ngomong, aku mau keluar bentar sama Si Chel. Kalian berdua di sini dulu, bentar doang kok.""Oh iya, kita mau pergi ke perpustakaan dulu, ya?" kata Chel berpamitan sambil melamb
Aku dan Lucer mencari keberadaan gadis yang masih disukai oleh Jerome. Hanya ada satu-satunya cara agar Jerome memilih bungkam. Dia bukan hanya licik, tetapi sangat mudah untuk diancam.Frey dan Chel menahan Jerome sepulang sekolah. Kami tidak langsung ke rumah masing-masing, melainkan sibuk mengurusi Jerome Half. Jika pria itu mampu mengancam, maka kami juga bisa.Penolakan membuat siapa pun dapat berubah. Cinta juga seperti sudut tumpul dan tajam. Ketika ia mencengkram, si sejoli akan mati bersama asanya. Namun, jika ia melepaskan, si sejoli akan terpisah. Ya, tidak ada yang tahu deskripsi cinta itu seperti apa."Renata Elga, ikut kami sebentar!" Lucer menghadang jalan motor sport milik gadis bermata biru di depannya. Dia melepaskan helmnya. "Kenapa lagi? Kan, udah gue bilang, nggak usah ganggu gue lagi, paham?""Iya, kami tahu kok. Tapi ini situasi darurat banget." Aku merentangkan tangan lebar-lebar, agar dia tidak mengambil jalan yang lain. Dengan kata lain, kami memblokade jala
"Aku mau aja tutup mulut kalo ada jaminannya." Kalimat penawaran itu terus terngiang-ngiang di telingaku. Kesepakatan yang kami ambil memang memiliki risiko taraf sedang. Namun, takada pilihan lain. Si mulut ember harus ditambal menggunakan perjanjian.Rahasia hanyalah sebuah susunan kata, jika dilihat dari sudut pandang pembaca. Namun, sesuatu yang sudah diucapkan, bukan lagi rahasia. Masing-masing orang memiliki sisi gelapnya sendiri, tidak terkecuali bagi Lucer dan Frey.Bangsa werewolf, dan golongan vampir memiliki identitas yang tidak boleh diberitahukan kepada dunia luar. Mereka harus tetap bersembunyi, membaur layaknya manusia pada umumnya.Jerome Half membuntuti kami, tatkala aku dan Lucer menculik Chel. Katanya, dia kebetulan melihat kami ke arah yang lain dari jalan Hutan Valarie–Kerajaan Vampirel. Ketika perang dadakan berlangsung, dia sudah pulang. Yang dia tahu hanyalah identitas Lucer sebagai werewolf alpha. Sisanya, seperti Chel yang berubah menjadi manusia serigala,
Aluna Gold Empires adalah satu-satunya ibu kota di Negara Rais yang memiliki kristal Ergon–sebuah benda yang dapat membangkitkan tenaga mesin otomatis tanpa bahan bakar. Semenjak Presiden Gama naik jabatan, aku mendapatkan tugas penting untuk kemajuan AGE (Aluna Gold Empires). Kehidupanku sebagai ibu rumah tangga, sekaligus tangan kanan Tuan Gama, menjadikan hari-hariku dipenuhi dengan kesibukan."Bagaimana jika minum teh di Taman Swifolges? Sudah lama kita nggak ke sana, Yang." Suara di telepon terdengar memelas. "Aku akan ambil cuti besok," jawabku."Selamat anniversary yang ke-lima tahun, Sayang."Aku menyeka setetes air mata yang turun menggunakan telapak tangan. "Maaf aku selalu nggak di rumah untuk kamu, Lucer. Gara-gara aku, kamu jadi nggak bisa ke mana-mana.""Aku paham kok. Oh iya, sudah dulu, ya? Aku harus masak bubur untuk makan malam. Cepat pulang, Sayang. Aku selalu merindukanmu." "Lucer?" aku memanggilnya lembut. Suara di seberang sana menyahut, "Kenapa, Sayang? Kamu
Dua tahun setelahnya. Penurunan Tuan N sebagai kepala negara telah disetujui oleh para menteri. Aku menyaksikan banyak berita tentangnya di berbagai media. Semenjak dua hari sebelumnya, koran-koran yang dijual hanya terfokus pada pergantian presiden. "Ret, kamu udah bisa ngendaliin semuanya, kan?" Chel meletakkan sebuah mahkota besar di puncak kepalaku.Walaupun ragu, aku tetap menjawab, "Iya, aku udah bisa kok, Chel. Udah, kamu nggak usah khawatir sama aku, oke?" "Berapa banyak yang kamu undang?" Frey membuka pintu dengan keras. Dia terlihat tergesa-gesa. "Ret, kamu ngundang berapa banyak tamu?"Aku lelah untuk mengatakan jawaban yang sama padanya. Bagaimana bisa dia menjadi seorang pelupa ketika telah memiliki satu anak? Haduh! Semakin tua ternyata indera vampir makin melemah."Pernikahan ini private, Frey. Aku cuma ngundang teman-teman kita, dan beberapa yang lain." Aku memakai selop kaca seperti milik Cinderella.Mereka saling bertatapan satu sama lain dalam durasi yang cukup l
Ban mobilku tidak dapat diubah ke arah kanan. Sepintas cahaya terang, lalu aku tidak ingat apa pun lagi. Semuanya berasa kabur."Margaret, kamu harus sadar, Nak!" Suara yang mirip dengan Bunda Thea membangunkanku dari mimpi indah."Bundaaa!" Secara refleks tubuhku bangkit dari tidur. Rumah sakit? Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Ke mana cahaya itu? "Sayang, bunda udah nggak ada. Kamu lupa?" Tuan Robert yang berada di samping kembali menyadarkan tubuhku di ranjang."Aku melihat bunda, Yah. Dia yang bangunin Margaret dari mimpi indah. Padahal Margaret nggak mau pisah dari dia." Aku mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi sebelumnya.Pria yang mengenakan kemeja hitam kesukaan Bunda Thea itu, hanya bisa menganggukkan kepalanya. Nampaknya dia sudah lelah mengurusiku, yang selalu hidup dalam bayang-bayang masa lalu."Ayah, aku kecelakaan, ya?" "Enggak, Nak."Aku sontak terkejut. "Kalo aku nggak kecelakaan, kenapa aku ada di sini? Aku cuma pingsan doang, ya, Yah?""Enggak, Nak.
Menjalani pendidikan yang jauh dari keluarga, teman, dan juga kekasih, banyak sekali cobaannya. Aku sampai kewalahan, lantaran selalu mendapat surat cinta dari senior. "Aku suka sama kamu, Phire. Kamu mau nggak nikah sama aku?" Aku akui Varo sosok pria pemberani. Cara dia mengungkapkan rasa sudah lebih dari pengombal handal. Namun bedanya, dia langsung to the points–mengajakku untuk membangun masa depan dalam ikatan."Aku sudah punya kekasih, Var. Maaf, aku nggak bisa," aku menolak seraya berterus-terang. "Lucer Ford udah nikah. Kamu belum tahu, ya?"Plak!Reflek aku pun menamparnya, karena sakit hati mendengar bualan pria blasteran di depanku. Sudah ditolak, malah membawa kabar aneh. Dasar buaya!"Phire, aku seriusan. Kamu lihat aja sendiri ke Aluna, kalo emang kamu nggak percaya sama aku," katanya sambil menahan pedih di pipi."Lucer itu orangnya setia. Mau kamu ngomong atau nyampein berita hoax sama aku, aku nggak peduli!" ketusku. "Gimana kalo dia emang udah ada yang lain? Kam
Perselingkuhan .... Mendengarnya saja aku sudah tidak mau, apalagi membahasnya. Hubungan di masa laluku–Kay, mengajarkan banyak hal berharga, dan juga tidak. Bertemu dengan pria yang tak cukup satu wanita adalah pelajaran hidup paling berkesan.Kalau kata Tuan Robert, selingkuh memiliki tiga elemen: dua sebagai pelaku, dan satunya korban. Namun, semakin banyaknya kelebihan diri, biasanya seseorang makin bertingkah. Mengapa bisa kukatakan seperti itu? Kadangkala satu pelaku, dan korbannya banyak–lebih dari satu.Kesempurnaan adalah tolak ukur bagi si pemuja fisik. Begitu pula dengan si korban yang merasa ia adalah "rumah". Hubungan dijalin pada sebuah komitmen semu. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, mereka adalah dua orang yang sama-sama memanfaatkan."Kamu melamun lagi, Ret. Bosan, ya?" Lucer memecah kefokusanku untuk membuat status di media sosial.Aku berdecak sebal, "Ck! Orang diam aja dibilang bosan. Aku bertingkah dibilang mau nyari yang lain. Kamu kenapa, sih?""Pusing, mikirin ke
"A apa!? Lu Lucer orang kaya yang hartanya nggak bakalan abis-abis?" Setelah mengucapkan pertanyaan tanpa harus dijawab itu, Lionel tidak sadarkan diri di lantai. Kak Regard menolong, lalu membawanya masuk ke dalam rumahku.Seisi tamu undangan heboh karena dia pingsan. Salah sendiri kenapa dia bertanya begitu. Toh, aku menjawab sesuai kenyataannya saja. Mau diberi tahu isi saldo Lucer pun dia mungkin takkan kuat. Gaji kepala sekolah menurutku lumayan besar, belum ditambah bonus keaktifan kerja. Lucer dan Regard hanya tinggal bertiga, dan bisa membeli apa pun. Kenapa orang kaya iri dengan kasta yang sama? "Kamu kenapa pake acara pingsan-pingsan segala, sih?" Reona memercikkan air dingin dari gelasnya ke wajah Lionel. Pria yang semula terbaring, begitu disiram keseluruhan barulah terbangun. Dia basah kuyup, termasuk sofaku. "Kok Lionel bisa pingsan? Gimana ceritanya?" Lucer yang tidak melihat kejadian, hanya bisa kebingungan mencari jawaban di antara gelak tawa."Tadi, kan, Si Marga
Necia memberikan sesuatu yang tidak bisa kukembalikan. Apa yang ada di dalam sana membuatku menangis diam-diam. Hari sudah mulai pagi, aku harus cepat menyeka air mata di kedua pipi. Kotak yang berisi tentang harapan sedari kecil kututup kembali. Raja Harry adalah orang yang mudah bergaul. Namun, mungkin ayah lupa, jika Raja Oise pernah menolongnya, semasa perang besar terjadi. Berabad-abad lamanya, bangsa elf murni maupun campuran hidup berdampingan dengan banyak golongan. Wilayah Swifolges adalah tempat yang sangat kaya akan sumber daya, terutama bunga-bungaan. Oleh karena itulah, pertempuran besar terjadi.Ayahnya Raja Oise–Kakek Kenneth, memiliki reputasi baik di sejarah Swifolges, berbeda jauh dengan putranya. Jika saja waktu bisa diputar kembali ke kanan, mungkin Ratu Jingga akan menyesali keputusannya.Berbohong itu tidak baik. Menutupi kebohongan dengan kebohongan lain akan memperbanyak masalah. Kekuatan elf mampu menutupi aib. Ratu Jingga pernah menikah dengan Raja Oise, l
Aku membuka banyak kado yang terus dikirim oleh Lucer ke rumah. Kurir yang sama agaknya kelelahan karena terus bolak-balik. Aku penasaran, kenapa Lucer menjahili tukang antar barang, dengan membeli satu per satu dalam waktu yang berbeda-beda?"Semua ini dari Lucer, Yah. Aku nggak tahu, sih, kenapa dikirim nggak sekaligus?"Tuan Robert mengambil gunting, berniat membantuku. "Punya dendam pribadi apa pacarmu itu sama kang kurir, Nak? Ayah sampai pusing lihat mereka ke sana-kemari cuma nganter satu per satu paket kiriman Lucer."Punya pacar yang bisa membeli banyak barang tanpa melihat harga, itulah aku. Beruntung sekali, bukan? Uang bagi Lucer mungkin hanya lembaran tak bernilai.Aku menggelung rambut panjangku. Cukup sulit melakukan aktivitas, ketika mahkota manusia itu tergerai. Esok harinya adalah hari penting bagi Tuan Robert dan Nyonya Thea. Mereka menggelar pesta besar di dekat rumahku. Ya, ada panggung besar di samping kanan kediaman Phire. Malam itu, para tamu mungkin akan seg
Mungkin dia kembali hanya untuk berpamitan. Kemudian, pergi selamanya. Aku mendengkus kesal, setelah mengisi banyak tugas catatan kelas matematika. Di dunia ini ada banyak yang datang, lalu pergi. Juga, ada yang singgah, dan menetap. Kita tidak bisa memaksakan, bagaimana hatinya meminta apa yang akan dilakukan ke depannya.Ya, dunia memang penuh dengan plot twist. Di mana kejadian yang sebelumnya kadang masuk planning, bisa keluar kapan saja. Kuucapkan banyak terima kasih pada punggung yang enggan berbalik arah lagi. Tenang saja, payung yang kubawa masih cukup tegar melawan badai kenyataan."Ret, besok pesta pernikahan Nona Kim dan Tuan Robert, kan?" Chel tiba-tiba mengingatkannya lagi. Duh! Padahal aku susah-susah melupakannya.Aku menjawab dengan malas, "Iya, besok pagi-pagi. Kamu nggak mau datang?""Enak aja! Mulutmu minta disumpal pakai bakso goreng, ya? Asal aja nuduh orang yang enggak-enggak." Chel mengeluarkan dompet berbentuk domba. "Nih, kalo kamu mau jajan!" Kemudian, membe