Share

Bertemu Kembali

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lama amat sih kalian ini." Suara Eza mengagetkan Alan dan Gita yang baru masuk ke ruangan.

Eza duduk di salah satu sofa ukuran dua orang dan tengah bermain ponsel saat Alan dan Gita masuk. Ini adalah hari terakhir Gita bekerja dan baru saja dia dan Alan menyelesaikan rapat terakhirnya.

"Padahal aku sudah buat janji loh untuk ketemu kamu, Ta. Tapi tetap saja harus nunggu hampir sejam."

Eza berdiri dari sofa untuk menyambut Gita. Dia terlihat lebih sehat dan juga biasa saja. Setelah pertengkarannya dengan Gita, Eza bersikap biasa saja. Dan setelah memperhatika Eza selama beberapa detik, Gita memutuskan untuk bersikap seperti biasa.

"Perasaan Jelita tidak memberitahu kau sudah buat janji." Gita memilih duduk di seberang Eza.

"Aku memintanya. Soalnya aku mau bikin surprise," Eza berucap sambil kembali duduk.

Alan masih berdiri di dekat pintu dan memandang bingung dua orang di depannya. Perasaannya dua sahabat itu masih bertengakar, tapi kenapa bisa bersikap biasa saja? Yah, walau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Bersedih

    "Als?" Gita berteriak keras, sambil berusaha menahan sakit. Hari masih sangat pagi dan Alan masih tertidur, namun mendengar suara teriakan Gita yang sangat keras membuatnya terbangun. "Bee?" Alan memanggil istrinya dengan mata menyipit. Gita tidak ada di sebelahnya. Alan segera menyambar kacamatanya dan turun dari ranjang. Alan mendengar suara rintihan pelan dari dalam kamar mandi dan bergegas ke sana. "Bee?" Alan terkejut mendapati istrinya terduduk lemas di lantai kamar mandi, sambil memegang perutnya. "Bee, kamu kenapa?" tanya Alan panik. "Perutku sakit banget," Gita menjawab dengan sangat pelan. "Aku gak tahan." Dengan gerakan cepat, Alan mengangkat tubuh Gita. Namun sebelum benar-benar melangkah, Alan tak sengaja melihat sesuatu di lantai kamar mandi. "Bee, kamu berdarah?" seru Alan makin panik. Ini belum jadwal haid istrinya dan lantai yang di duduki Gita tadi ada noda darahnya. Jelas ada yang salah dengan istrinya. Alan sudah berlari keluar kamar mandi dengan panik,

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Sebuah Janji

    "How do you feel?" tanya Eza lewat panggilan video call. "Bad," jawab Gita jujur. Bagaimana dia bisa baik kalau sisa-sisa janinnya baru kemarin sore dikeluarkan? Setelah puas menangis, Gita langsung tertidur dalam pelukan Alan. Bahkan Alan sendiri juga sempat tertidur sebentar dan terbangun tiga puluh menit sebelum Gita dipindahkan ke ruang operasi. Sementara Gita baru tersadar dua jam setelah proses kuratase selesai. Cukup lama, karena dia diberikan bius total. "Wow, tumben jujur. Biasanya kau pasti akan bilang baik-baik saja," balas Eza santai saja. "Emang aku selalu gitu ya? Alan juga bilang sesuatu yang serupa denganmu." "Yeah, kau kebanyakan akan mengatakan baik-baik saja. Itu kenyataannya. Jadi biar kuyakinkan diriku sekali lagi. Bagaimana perasaanmu sekarang ini?" Eza bertanya ulang. "Aku gak nangis, bukan berarti aku gak sedih Za. Kebetulan saja kemarin aku sudah puas nangis." "Nangis sambil dipeluk abang suami ya?" "Kok tahu?" tanya Gita bingung. "Wow. Serius? Padah

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Rasa Iri

    "Jemput Eli, Uncle?" Gita bertanya ulang pada Uncle Kevin lewat panggilan telepon. "Ya, Ta. Dia tiba-tiba pergi ke Boston beberapa hari lalu dan belum balik. Padahal besok ada meeting penting dengan klien. Kita udah gak bisa menjadwal ulang lagi." Gita menghela napas dan akhirnya mengangguk saja, lupa kalau Kevin tidak bisa melihatnya. Begitu sadar Kevin tidak akan bisa melihatnya, Gita segera mengiyakan. Kebetulan,i Gita memang sedang berada di NYC untuk melakukan pemeriksaan rutin, tapi malah menerima tugas baru untuk menjemput calon presdir yang melarikan diri. Dia makin kesal, ketika melihat lokasi penjemputan yang agak jauh. Dengan gerakan malas, Gita turun dari mobil dan menatap rumah sederhana di pinggiran kota Salem. Hari sudah malam, tapi Gita masih bisa melihat sekitar dengan pencahayaan lampu jalan. "Ngapain juga anak itu di sini? Ketemu sama selingkuhannya?" bisik Gita makin kesal sembari menekan bel. Gita bisa mendengar suara sepupunya itu dari dalam rumah

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Pagi Bersama

    "Loh, kok dikunci sih?" Audrey yang masih berdiri di luar mencoba menekan kenop pintu tapi tak berhasil. "Aish, mereka bakalan lama tuh." Jelita bergumam kesal sambil mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya. Jelita mengeluarkan lilin aromaterapi, kemudian mengeluarkan headset. Asisten pribadi Alan yang bernama, Leo ikut mengeluarkan headset dan memasangnya. "Kalian berdua kenapa tiba-tiba pakai gituan di telinga kalian sih?" tanya Audrey makin kesal. "Bu Audrey mungkin balik saja ke ruangannya dan kalau sudah jam pulang bisa langsung pulang. Mereka bisa sangat lama di dalam." Jelita menjawab dengan gaya sesopan mungkin. Jelita juga tidak suka dengan Audrey yang benar-benar kegatelan. Rasanya tiap pria tampan berkedudukan lumayan pasti akan dirayunya. Status suami orang pun tidak menghalanginya untuk merayu laki orang. 'Bisa merebut lelaki milik orang lain bukankah lebih menantang? Lagipula kalau memang mereka mencintai istri mereka, tidak mungkin akan tergoda kan?"

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Selingkuh

    Alan terbangun ketika mendengar suara isak tangis lirih. Dengan mata yang masih setengah terpejam, Alan menoleh ke samping dan mendapati ranjang sebelahnya kosong."Bee?" Alan segera bangun dan mencari istrinya ke kamar mandi. "Kamu ada di dalam?" "Iya sebentar." Suara pekikan terdengar dari dalam kamar mandi.Entah kenapa belakangan ini, Gita sepertinya sering berdiam diri di kamar mandi. Entah untuk menangis, melamun atau sekedar bermain ponsel.Alan malah pernah memergoki Gita yang langsung menyembunyikan ponselnya, ketika dirinya tiba-tiba muncul. Jujur saja hal itu membuat Alan curiga. Apalagi dia kadang mendapati Gita bermain ponsel sambil cekikikan di tengah malam. Begitu ditegur, Gita langsung menyembunyikan ponselnya dan segera pergi tidur tanpa memberi penjelasan. Pernah juga terjadi di pagi hari dan marah. "Kau itu kenapa sih?" tanya Gita dengan kening berkerut. "Mengganggu saja."Untuk urusan menangis, itu hanya terjadi sesekali. Mungkin sekitar dua atau tiga kali da

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Kenyataannya

    Gita tiba di restoran sepuluh menit lebih awal dan menunggu di ruang VIP. Jujur saja Gita merasa sedikit gugup. Dirinya sudah mempersiapkan mental untuk hari ini, tapi tetap saja tidak semudah itu. Dia juga sudah berusaha sedikit berdandan. Bahkan menggunakan dress, juga menata rambutnya yang sudah sedada. Tapi, semua itu tidak bisa menutupi kegugupannya. "Kau bisa melakukan ini, Ta." Gita berusaha menyemangati dirinya. "Ini udah benar, Ta. Kau memang harus memberitahu Alan soal ini." Gita mengangguk pelan. Gita memainkan ponselnya melihat pesan yang tadi dikirimkannya pada Alan. Tidak ada balasan sama sekali, tapi sudah dibaca. Gita menghela napas dan memilih untuk melamun saja. Setelah lima belas menit menunggu, akhirnya Gita mendengar pintu ruang VIP terbuka. Lebih cepat dari perkiraan Gita. Pandangan Gita langsung tertumbuk pada sosok Alan yang terlihat sedikit lelah. Dan itu membuat Gita makin tegang saja. Soalnya Gita tidak pernah melakukan hal yang seperti ini. Namun seteg

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Papi Posesif

    "Bee?" panggil Alan untuk yang kesekian kalinya."Apaan sih Als? Dari tadi manggil melulu?" tanya Gita kesal.Mereka saat ini sudah di rumah. Lebih tepatnya sedang duduk santai sambil menyandar di headboard. Sebelah tangan Alan memeluk Gita dan sebelahnya lagi memegang foto hasil USG."Ini benaran kan? Aku gak lagi di prank kan? Aku gak lagi mimpi kan?" tanya Alan entah untuk yang keberapa kalinya sejak dari restoran."Auw," tiba-tiba Alan berteriak. "Kok dicubit sih, Bee?" Alan bertanya sambil mengelus perutnya yang terkena cubitan maut."Sakit kan?" tanya Gita dengan ekspresi menghina. "Itu artinya ini bukan mimpi, Als. Bukan juga prank.""Aku kan cuma memastikan, Bee. Soalnya si Eza kan suka bikin prank ginian. Sudah itu belakangan ini aku ngerasa di prank tahu gak.""Maksudnya?" tanya Gita bingung."Kelakuan kamu belakangan ini selalu bikin aku negatif thinking. Belum lagi yang di bilang Jason dan Mbah Google."Gita beranjak dari posisi nyamannya di pelukan Alan dan menatap suamin

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Keluarga Posesif

    Alex dan Julie mengernyit bingung ketika tiba-tiba anak dan menantunya datang membawa dua koper besar. Apalagi hari masih sangat pagi."Ini kok bawa koper ya?" tanya Julie menyambut dua orang itu."Kami bakal tinggal di sini untuk sementara," gerutu Gita dengan nada kesal yang tidak ditutupi.Gita melenggang masuk ke dalam rumah begitu saja. Tadinya dia ingin membantu Alan, tapi suaminya melarang. Bahkan sekarang Gita dilarang pakai celana, katanya harus pakai dress biar si kakak gak sesak. Apa hubungannya coba?"Kalian tidak sedang bertengkar lagi kan?" tanya Alex curiga."Gak kok, Dad. Aku cuma gak mau tinggalin Gita sendirian di rumah selama kerja. Kalau di sini kan banyak yang jagaiin," jawab Alan santai."Ck, tapi nyebelin banget tahu gak. Aku gak perlu diawasin dua puluh empat jam juga kali," sergah Gita kesal."You must," jawab Alan tegas. Pria berkacamata itu menyerahkan urusan koper kepada para pelayan."Itu namanya kamu kurung aku , Als. Aku jadi gak bebas tahu ga sih?" Gita

Bab terbaru

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Special Chapter 2

    “Siapa yang punya ide bodoh, untuk mengumpulkan anak-anak ini di sini?” Gita hanya bisa menghela napas, ketika mendengar adiknya mengeluh. Bagaimana tidak, sekarang rumah orang tua mereka tiba-tiba saja berubah menjadi taman bermain anak-anak. Bukan hanya ada anak-anak Gita dan saudara perempuannya, tapi ada juga anak-anak Eza di sana. Total, ada sembilan anak kecil yang sedang berteriak dan berlari di ruang tengah rumah besar itu. “Maaf.” Pada akhirnya, Gita yang mengatakan hal itu. “Aku tidak benar-benar berpikir kalau Eza akan benar-benar membawa semua anak-anaknya.” “Hei, kau mengundang semua anakku,” hardik Eza terlihat agak kesal. “Memangnya apa yang akan kau dapatkan, ketika mengadakan pesta ulang tahun untuk anak-anak?” Gita kembali menghela napas karena mendengar pembelaan diri yang sangat benar itu. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk membuat acara besar untuk ulang tahun pertama putra keduanya. Rencananya hanya makan-makan bersama dengan keluarga besar

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Special Chapter

    “Wah, kau benar-benar luar biasa.” Eza baru membuka pintu rumahnya, dan sudah langsung disambut kalimat bernada ejekan dari sang sahabat. Gita Bramantara, baru saja tiba di depan pintu rumahnya. “Berhenti menatapku dengan pandangan mencemooh seperti itu sialan,” desis Eza merasa sangat kesal. “Tunggu saja giliranmu nanti, Ta.” “Maaf, tapi aku tidak ingin punya banyak anak.” Gita mengangkat kedua tangannya. “Lagi pula, akan sulit kalau aku tidak benar-benar berusaha.” Eza menghela napas mendengar apa yang dikatakan sahabatnya barusan. Dia sebenarnya masih ingin memprotes, tapi merasa tidak tega juga. Biar bagaimana, Gita memang agak kesulitan mendapat anak. “Bagaimana keadaan Teddy?” Pada akhirnya, Eza mengalihkan pembicaraan saja. Tentu setelah mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah. “Dari pada menanyakan keadaan anakku yang sedang tertidur pulas, bagaimana kalau aku yang menanyakan keadaanmu saja? Apa kau baik-baik saja?” Eza meringis mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Titipan

    “Akhirnya kau bangun juga?” Dina mengembuskan napas lega begitu melihat Eza terbangun. Eza mengerjap beberpa kali untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan ilusi. Syukurnya bahkan setelah Eza mengucek matanya, Dina masih terlihat. Ini bukan ilusi, tapi apakah ini mimpi lagi? “Dina? Apa yang kau lakukan di rumahku?” Eza bertanya dengan nada bingung. Eza makin terlihat bingung ketika menyadari Dina berada di kamar tidurnya dan Danny tidak terlihat dimana pun. Bagaimana Dina bisa tahu tentang rumah barunya? “Tenang saja, suamimu ada di lantai bawah. Dia tidak lari kok dan pernikahan kalian kemarin itu nyata.” Dina tersenyum melihat kebingungan di wajah saudara kembarnya itu. Eza yang tadinya masih berbaring, kini sudah duduk di pinggir ranjang dan meminta Dina duduk di sebelahnya. “Kenapa kemarin kau tidak hadir? Aku menunggumu loh.” Eza memprotes Dina yang tidak terlihat dimana-mana saat acaranya kemarin. “Kata siapa? Aku datang kok, kau saja yang tidak melihatku.” “Benar

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Satu Garis

    "Mary? Kok cemberut sih?" Danny sedang mencoba melihat wajah tunangannya itu. Sudah sejak kemarin malam Mary-nya cemberut. Dia selalu memalingkan wajah saat berbicara dengan Dann,dan hal itu membuat Danny jadi frustasi. Bahkan saat sedang berdua di dalam mobil seperti ini pun, Mary tetap memalingkan muka. Membuat Danny meminggirkan mobilnya. Sebenarnya Danny sudah bisa menebak apa yang membuat kekasihnya itu cemberut. Dia pastinya kecewa dengan keputusan semalam. Semua orang memaksanya untuk menikah dalam bulan ini juga. Alasan Attha memang cukup masuk akal dan Xavier juga sudah setuju dengan hal itu. Apalagi Danny yang sudah tidak sabar bisa berduaan saja dengan Mary sesuka hatinya. Tapi sepertinya Mary tidak terlalu setuju dengan hal itu. "Apa segitu tidak cintanya kau padaku sampai tidak mau cepat-cepat menikah denganku?" Danny mengeluh frustasi. Takut jika Mary meninggalkannya. Mendengar pertanyaan tunangannya, Eza refleks berbalik ke arah Danny. Keningnya berkerut, ti

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Persiapan Nikah

    Eza bersenandung riang di depan cermin. Dia sudah mengenakan bajunya dan makeup-nya juga sudah terasa sangat sempurna. Sekarang hanya tinggal menungggu anak-anak siap dan mereka akan berangkat ke acara peluncuran produk baru Mar. “Sudah siap, Za?” Fika muncul dari balik pintu. “Anak-anak sudah siap?” Eza balik bertanya. “Udah.” “Kalo gitu ayo pergi,” seru Eza tidak sabar. Eza tiba sedikit lebih awal dari waktu yang direncanankan. Kru Eza juga sudah lebih dulu sampai untuk menyiapkan beberapa hal. Dan tentu saja mereka semua disambut dengan baik. Apalagi karena Eza sudah dikenal oleh semua karyawan Mar. Pada awalanya semua berjalan norma saja. Tidak ada hal yang aneh dan kata-kata Gita kemarin malam tentang ‘lamaran’ juga tidak mempengaruhi Eza sama sekali. Eza sibuk berkeliling tempat acara untuk melakukan live. Tidak terlalu lama karena dia tidak mau meninggalkan anak-anak terlalu lama. Dia yang belum mau memperlihatkan wajah anak-anaknya di depan kamera, juga mendapat

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Will You Marry Me?

    “Bisa gak sih, jangan menghela napas terus? Bikin sial tahu gak,” Ian berseru kesal. Bagaimana tidak? Entah sudah berapa kali Danny bolak balik seperti setrikaan rusak sambil mendesah atau menghela napas. Itu benar-benar membuat Ian pusing. “Aku gugup.” Danny mengaku pada sahabatnya itu. “Lalu apa dengan kau menjadi gugup seperti ini masalahmu akan selesai?” Ian bertanya dengan gemas. “Tidak akan, Dan. Jadi berhentilah mondar-mandir seperti itu.” Danny akhirnya menuruti kata-kata Ian. Dia duduk di kursi kosong di sebelah Ian, tapi jelas masih merasa gugup. Danny makin gugup ketika pihak dari EO mengatakan acaranya sudah bisa dimulai. Intinya acara berjalan sesuai rencana. Pertama-tama Danny dan Ian menyapa beberapa tamu dan influencer, sebelum masuk ke acara utama. Termasuk Eza yang sedang live. Eza hari ini memilih memakai halter dress berwarna hijau zamrud dengan bahan brokat dan hanya menutupi setengah pahanya. Pilihan pakaian Eza jelas membuatnya terlihat makin cantik dan

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Makanan Pembuka

    Danny menatap kotak perhiasan yang baru saja tiba di kantornya sore ini. Akhirnya benda penting yang disiapkannya untuk acara besok tiba juga. Itu membuat Danny makin gugup. Karena harus mengurusi anak-anak dan kerja disaat bersamaan, Danny harus memesan secara online. Selain itu kali ini Danny memesannya sendiri tanpa melibatkan Maureen. Untungnya, barang yang datang sesuai dengan ekspektasi Danny. Begitu shining, shimmering, splendid. Menurutnya, ini cincin yang sangat cocok dengan Mary. Sayang sekali, lamunan Danny terinterupsi dengan ketukan di pintunya. Buru-buru, Danny menyimpan kotak perhiasan itu di kantong jasnya. "Pak, orang dari EO datang untuk membahas acara besok." Maureen tidak masuk ke dalam ruangan dan hanya memberitahu dari depan pintu. "Suruh masuk." Demi untuk melamar Mary-nya, Danny memilih untuk bekerja sama dengan event organizer. Dia tidak mau terlalu mempercayakan ini ke divisi PR, terutama setelah insiden dengan Rosaline. Rosaline belum dipecat,

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Tidak Sesuai Ekspektasi

    “Kau sudah datang?” Danny langsung berdiri begitu melihat Eza masuk ke ruanga VIP yang dipesannya. Dia juga segera menarikkan Eza kursi untuk wanita itu duduki. “Kau sendirian? Anak-anak ke mana?” Eza bertanya dengan ekspresi bingung. “Ah, itu. Maaf aku sedikit berbohong soal itu. Sebenarnya hari ini aku ingin makan malam berdua saja denganmu.” Danny menjawab dengan jujur. “Apa kau marah?” Danny bertanya dengan hati-hati, takut jika kekasihnya itu marah. “Tidak juga sih. Tapi aku hanya khawatir dengan mereka.” Eza menjawab dengan sedikit gugup. “Ah, tenang saja. Aku sudah memulangkan mereka ke rumah. Ayah dan Bunda juga tidak keberatan membantu menjaga mereka untuk sementara waktu.” Eza mengangguk canggung dengan bibir membentuk huruf o yang sempurna. Sungguh rasanya seumur hidup baru kali ini Eza merasa gugup. Tepatnya kali kedua setelah proses melahirkannya dulu. “Tadi aku sudah memesan makanan duluan. Kau tidak masalahkan dengan yang namanya iga penyet?” tanya Danny dengan

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Imajinasi Eza

    "Ada apa dengan telingamu?" Ian langsung bertanya ketika melihat Danny memasuki ruangannya, yang sedang menggendong Lily. "Ini gara-gara karyawan yang kau rekrut." Danny langsung mengeluh pada Ian. "Siapa?" "Manager PR," jawab Danny jujur sembari duduk di sofa ruangan sahabatnya itu. "Rosaline? Kenapa dengan dia? Jangan bilang kau bercinta dengannya di kantor dan kepergok sama Eza?" "Kau pikir aku tukang selingkuh?" sergah Danny kesal. "Dia mencoba menggodaku, tapi ketahuan Mary. Untung saja aku menolak dengan tegas." "Lalu? Apa hubungannya dengan telingamu itu?" tanya Ian makin bingung. "Mary menyalahkanku, dan dia menjewer telingaku, bahkan mencubit lenganku." Danny sedikit menarik lengan kemejanya yang suduh tergulung. Di sana terlihat jelas dua titik biru yang lumayan besar dan pastinya sakit jika disentuh. "Oh, wow!" Ian menatap ngeri pada Danny. Bagaimana mungkin pria lembek sepertu sahabatnya ini jatuh cinta pada wanita sebar-bar itu? "Sudah lupakan saja soal tel

DMCA.com Protection Status