Jika saja disini terdapat mesin waktu, mungkin saat ini ia ingin memutar kembali beberapa menit lalu agar tak menemui sosok lelaki yang berdiri di depannya, "urus lah kehidupan mu dengan Irene, aku berjanji takkan menganggu nya kedua kali."
"Aku tidak perduli tentang apa jabatanmu Ero, aku juga tidak takut jika kau menghukum ku saat ini, tapi yang jelas aku ingin kau benar-benar pergi dari hadapanku," ucap Cloris tanpa menatap mata Piero.
Piero memundurkan tubuhnya perlahan, menatap wajah Cloris dengan teliti, "kenapa kau pucat?"
"Pergiiii!" teriak Cloris.
Cloris benar-benar ketakutan jika pria yang di cap iblis mengetahui bahwa sebenarnya sekarang ia telah berbadan dua, "pergilah Ero! pergilah dari hadapan mataku." Cloris mendo
"Kau tidak bisa seperti ini Ero, aku kekasih mu.""Yah.. itu dulu tapi sekarang kau hanya sampah bagiku." Ero melepas cekikan itu."Jerry tolong bersihkan sampah satu itu." perintah Piero.Jerry mengusir Irene agar Irene tak mengalami hal yang lebih buruk lagi "pergilah Irene jika kau ingin masih hidup."Irene memasang wajah kesal dan memilih pergi. "lihat saja kau Ero." batin Irene.******************Pagi ini Cloris hanya termenung di kursi, bahkan ia belum tertidur, pikirannya sungguh kacau, "mengapa aku harus bertemu dengan pria jahat itu lagi."Matanya melirik ke arah jarum ja
Raut kesal sekaligus amarah telah terkumpul menjadi satu di wajah Irene, ia merasa telah dibohongi oleh mantan kekasihnya."Sial kau Ero." tanganya mengepal kuat-kuat.Malio menghampiri dan memeluk Irene, "ada apa Irene?"Irene melepas pelukan Malio seakan risih, "lepaskan lah aku Malio.""Kau berubah semenjak putus dari Ero, Irene, sadarlah kau kekasihku sekarang." Malio merasa kesal karena sikap Irene mulai berubah."Ya benar, kau memang kekasihku Malio tapi sekarang perasaanku berubah pada Ero." Irene ingin pergi namun di cegah oleh Malio, "tidak Irene, kau dulu bilang padaku bahwa kau hanya memanfaatkan nya bukan?"Irene tertawa
Bodyguard tersebut menerima tongkat Cloris dan memukul punggung Piero dua kali, "Clo tolonglah aku!""Jerry kita harus menolongnya," ucap Derry.Tiba-tiba saja Derry dan Jerry datang memukul habis kelima bodyguard itu hingga benar-benar pergi.Piero menahan rasa sakit akibat pukulan para bodyguard itu, hidungnya sedikit mengeluarkan darah, "bangunlah." ucap Derry membantu.Jerry mendekati Cloris yang seolah acuh padanya, "Clo kumohon.. bantulah kita mengobati nya."Cloris melirik sebentar ke arah Piero yang memang merasakan sakit di raut wajahnya, "dia bukan prioritas ku.""Tapi dia menganggap kau adalah prioritasnya," jawab Jerry.
Piero menyembunyikan raut malunya bukan main, "oh baiklah ini makanan ku.. terimakasih," alih-alih ia menyantap makanan itu.Jerry dan Derry tersenyum bukan main karena mereka mungkin sudah tahu apa yang di bayangkan boss mesum nya itu."Ohh... ini sangat lezat Clo." ucap Piero sampai terbatuk-batuk."Uhuk .. uhuk.""Bagaimana kau bisa bicara masakan itu lezat.. aku hanya memberinya garam." ucap Cloris."Apaaaaa?" Teriak Ero ."Uhuk... uhuk..""Ya.. karena memang katanya garam baik untuk orang yang sedang babak belur, " Bohong Cloris.
Suasana di malam itu sungguh membuat hati pria manapun akan menangis melihat wanita yang ia sayangi tertidur lemah di atas kasur akibat jarum suntik sebagai obat penenang."Aku benci jika melihatmu marah Clo, tapi aku lebih benci bila sekarang kau terbaring lemah di sini, " Piero menyentuh pipi Cloris dengan lembut.Piero berdiri mendekati dokter kepercayaan nya, "apakah anakku baik-baik saja?" Tanya Piero."Tenanglah dia selamat, janinnya masih kecil, begitu pula dengan rahim yang masih berada di sekitar panggul, Sehingga, jatuh saat hamil selama trimester pertama tidak akan memengaruhi janin atau plasenta." perjelas sang dokter."Terimakasih." Piero sungguh bahagia mendengar bahwa Cloris tidak keguguran.
Beberapa hari kemudian...Piero dengan sabar merawat kondisi Cloris, ia tahu betul bahwa saat ini wanita yang sedang membencinya membutuhkan perlakuan lembutnya."Pergilah!" Usir Cloris ketika Piero membawa sepiring bubur oatmeal untuk sarapan pagi di kamar."Aku membawakan sarapan pagi, masih hangat, kau pasti suka ini Clo." Ucap Piero menghampiri Cloris."Ero aku tidak butuh perhatian mu, jadi pergilah!" Usir Cloris menatap geram Piero."Tidak akan! ini menyangkut bayiku." Balas Piero mendekati Cloris dan menyuapi dengan paksa."Lepassss!" Cloris mendorong tubuh Piero."Tidak." U
"kita akan akan pergi sebentar ke toko bayi untuk membeli beberapa pakaian, kau mau ikut kan?" Tanya Ero tersenyum."Tidak! Sudah kubilang aku tidak menginginkan anak ini, kau pergi saja sendiri." Usir Cloris."Cloooo.... Kau boleh membenci ku, tapi setidaknya ini demi bayi yang ada dalam kandungan mu." Kata Piero memohon."Cloooo.. kumohon!" Ucap Ero penuh tekanan."Aku akan mengugurkan nya besok, mengapa kau memaksaku?""Tidak Clo! Kau tidak boleh mengugurkan anakku, berdirilah! ayo kita pergi bersama!" Ucap Piero benar-benar memohon membuat Cloris sedikit iba."Baiklah." Ucap Cloris sedikit malas.
"Clo ini sangat lucu, apa kau suka?" Tanya Ero menunjukkan sebuah baju bayi berwarna hitam."Ero.. aku saja tidak mengerti anak kita perempuan atau laki-laki, mengapa kau ini?" Ucap Cloris dengan malas."Perasaan ku berkata bahwa anak kita adalah laki-laki, kau percaya itu kan?" Balas Piero tersenyum."Gilaa." Ucap Cloris dan pergi."Cloooo." Pangil Piero."Cloooo." Panggil Ero.Cloris berjalan pergi dan menaiki taksi, meninggalkan Ero terdiam disana dengan wajah panik."Pergi kau! Aku tidak ingin bertemu denganmu!" Ucap Cloris saat di dalam taksi.
Sungguh mata Ryle tak bisa berkedip melihat pemandangan Mansion yang besar seperti istana itu, karena rumahnya tak berukuran sebesar itu.Jam dinding besar di depan dinding dengan lukisan keluarga yang sangat-sangat besar terpajang jelas saat ia membuka pintu."Rumah ini besar sekali." Ryle memandangi lampu besar yang menggantung di atas kepalanya."Tentu saja, ini adalah rumahku." Piero menurunkan Claretha agar bisa bermain dengan Ryle."Dengar Ryle kau akan aku sekolahkan tapi kau harus menjaga putriku yang cantik ini dengan baik ya." ujar Piero ditunjukkan pada Ryle."Oh ya panggil saja aku Paman." imbuh Piero menyentuh hidung nya.
pagi itu kedamaian di kedua manik mata Piero sungguh tergambar jelas, ia duduk di sofa putih dengan memegang segelas kopi panas menunggu istri tercinta terbangun tidurnya.Ia terus menyeruput perlahan kopi itu dengan menatap dalam-dalam Cloris yang sangat cantik bahkan disaat menutup mata, "baiklah aku akan membangun kan mu Clo." meletakan gelas kopi itu di atas nakas.Piero mengambil selembar tissue untuk membersihkan mulutnya yang terkena kopi, ia mencium Cloris dengan sedikit menjulurkan lidahnya untuk bermain disana, "eeemmppphh Erooo." umpat Cloris kesal."Dasar tukang tidur, kita harus kembali ke Mansion Clo." Piero membenarkan setiap rambut yang menutupi wajah Cloris."Kau bilang kita akan sedikit lama disini?" Cloris duduk dan
Bunyi alarm terdengar berulang kali di telinga sepasang suami istri yang terlihat begitu nyenyak tertidur, namun keduanya nampak tak memperdulikan."Menganggu saja." Piero malah membanting jam alarm itu.Mata Piero terbuka sedikit dan memeluk Cloris yang masih terlelap "bangun! ayoo bangun!" tetapi ia sendiri malah tertidur di dada istrinya."Bangunlah sendiri sana, aku masih lelah." menyingkirkan kepala Piero karena menganggu tidur saja.Setelah beberapa saat mereka tertidur cukup panjang, Piero dan Cloris sudah rapi dengan pakaian masing-masing yang baru saja ia beli kemarin "Ero kita pulang, perasaanku tak enak," batin Cloris."Baiklah." Piero mengangguk setuju.
Kini kamar Piero dan Cloris penuh dengan tangisan putrinya yaitu Claretha Venelov D'rajor, walau Claretha sudah mempunyai kamar sendiri tetapi untuk hari ini Cloris mengajak Claretha di kamar nya."Puas puas kan saja melupakan aku Clo, akan kubalas jika nanti sudah waktunya." Piero merasa cemburu dengan Claretha.Cloris melempar bantal di wajah Piero, "diam." dan tersenyum lucu.Membuka bajunya memperlihatkan satu payudaranya dan memaksa Claretha untuk meminum ASI. "putriku yang cantik." Cloris menimang dengan lembut.Sedangkan di depan terlihat Piero yang memasang wajah datar namun ia membayangkan sesuatu, "lihat saja .. " ucap Piero pelan.Ia mengambil ponsel dan menelpon Jerry, "J
Senyuman kebahagiaan telah tercetak kembali di bibir Piero , tak hanya itu kebahagiaan serasa lebih lengkap ketika melihat perut buncit Cloris yang sudah membesar .Piero mengajak Cloris singgah sejenak di restauran Berners Tavern , ia ingin melihat Cloris melahap semua makanan yang sudah ada di depan meja .makaroni keju dengan pasta carbonara dan kembang kol goreng. Hidangan semakin spesial dengan tambahan saus Skotlandia . Dan datanglah kembali semangkuk sup sosis dengan minuman yang sudah Piero pesan."Ayo makanlah yang banyak Clo , aku tidak ingin anak kita kelaparan " Piero tersenyum senang melihat wanita di depan memakan dengan semangat."Apa kau tidak ingin memakan juga " tanganya mulai mencocol mayonaise yang ada di dekatnya.
Kakinya melangkah pelan menaiki anak tangga kecil, hatinya merasakan desiran sesuatu yang luar biasa "apakah benar ini rumah mu Clo" tangannya mulai memegang gagang kayu pintu.Ia menarik nafas sedalam mungkin "Clo " ucapnya pelan .Mengetok pintu itu beberapa kali "Clo"Tak ada jawaban sama sekali , Piero mendorong pintu kayu itu "tak terkunci "Piero melihat ruang tamu kayu yang begitu tertata rapi, namun bukan itu yang ingin ia lihat , ia hanya ingin melihat Cloris "Clo " ia sama sekali tak menemukan sosok Cloris .Ia terus berjalan hingga mendengar suara rintihan kecil wanita dari arah pintu kamar "aahh .. siapa itu " suaranya begitu kecil seperti kesakitan.
Kini Piero dan Tn. Eytro sedang membicarakan hal yang saling bertolak belakang . Bagaimana tidak , jika papanya menginginkan untuk menjauh dari wanita yang bernama Cloris . Sedangkan Piero sendiri sudah tergila-gila dengan Cloris."Aku takkan pernah memberitahu mu dimana sekarang gadis itu" Tn. Eytro menatap Piero penuh emosi.Piero membalas dengan tatapan tak kalah tajam "papa percayalah padaku .. sekarang Cloris memang benar-benar mengandung anakku""Carilah sendiri Ero , dasar keras kepala " Tn. Eytro masih kukuh dengan pendiriannya. Ia pun pergi dari ruang tamu meninggalkan Piero dan Jerry yang masih terbengong ."Bagaimana aku bisa menemukan Cloris jika aku sendiri tidak tahu Jerry " Piero duduk di kursi kayu dengan tatapan sendu
Ia membiarkan Jerry yang pingsan di bawah , ia harus memilih antara mengejar Cloris atau menolong kakaknya"sial .. jika aku menolong kakakku .. aku pasti kehilangan jejak .. tapi jika Jerry .. ah sudahlah itu tidak begitu menyakitkan. Biar saja Ero yang mengurusnya, lagipula ia pria .. tidak akan mati hanya dengan di pukul togkat " Derry kembali mengikuti jejak mobil hitam itu ."Jadi .. si jalang itu yang telah membuatku kehilangan Cloris" Piero mulai memikirkan sebuah rencana ."Apa kau diam saja Ero " tanya Derry yang juga tak melihat sisi Piero yang dulu .Piero tersenyum dengan ketampanan yang begitu melekat di wajahnya"yah aku akan diam ... tapi setelah membuat mereka menderita. Ini adalah peringatan terakhir untuk mereka , aku melepaskan Irene karena jujur saja hatiku b
Masih ditempat yang sama dengan suasana hati yang kacau , Piero mendongak menatap langit-langit. Seperti inikah ? Arti cinta yang sebenarnya?"Ero luka mu parah , bisakah kita kembali saja " Jerry di belakang memeluk dirinya sendiri karena kedinginan.Namun lelaki yang sudah berlumur darah itu tak menggubris, jangan kan membalas ucapan itu . Melihat saja tidak "Ero " panggil Jerry sekali lagi.Jerry mengeluarkan ponsel yang berada di sakunya"Ero Tn. Eytro menelpon" memberikan ponsel itu di hadapan Piero .Pria itu menerima nya dengan sedikit terpaksa "ada apa papa" Piero berpura-pura seakan tak ada luka di hatinya."Maafkan papa karena tidak datang , besok kita akan bertemu di kantor