Walau sudah kedua kalinya dalam waktu singkat, rasanya aku tidak pernah puas dengan tubuhnya, tubuhnya yang lembut itu meresponnya dengan sempurna, Anna, ooh Anna, aku bisa gila jika harus berjauhan dengannya. Aku masih mengagumi kecantikannya yang murni, hanya dengan mengenakan pakaian dalam bergambar kartun babi, dia berhasil menggodaku, wajahnya yang polos kini tertidur pulas di dadanya.
Aku mengingat ciuman pertama mereka yang disaksikan Leona, hmph... bukan bukan itu ciuman pertama kami, ciuman pertama kami adalah di tempat tidur ini, ciuman curian Ethan. Aku mendengus geli mengingat itu, ternyata saat itu pun aku sudah jatuh cinta padanya, bahkan lebih jauh ke belakang, saat melihatnya menangis untuk opa saat pertama kali melihatnya, jantungku sudah berhenti berdetak saat matanya menatapku.
Aku memandang istriku dengan penuh cinta, dia mendengkur pelan, dengkuran yang membuatn
Aku menatap wajah tampan suamiku, desah napasnya masih terdengar, pertanda dia masih pulas tidur, inti tubuhku sakit setelah bertarung berulang kali, sebenarnya aku ingin istirahat lebih lama namun setiap dia kembali menyentuhku, tubuhku bereaksi diluar kemauanku. Aku bahkan menjerit memalukan semalam, aku tidak tahu dari mana asal suara itu, tapi ternyata aku bisa bersuara aneh seperti itu.Aku lalu berusaha melepaskan pelukannya dari tubuhku, rasanya hangat dan nyaman dalam pelukannya tapi aku mau berkemih."Kamu mau kemana?" Dia ternyata terbangun karena gerakanku. Matanya masih terpejam namun dia mengeraskan pelukannya di pinggangku menahanku agar aku tak bisa pergi kemana-mana. Tak lama aku merasa gerakan tangannya yang mu
Aku tak mengerti apa yang ada di kepala wanita itu, aku pikir aku telah menenangkannya tadi, aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyenangkan hati Anna, aku sudah mengantarnya ke rumah mamanya yang sumpek, bahkan berbasa basi untuk mengajak wanita tua itu tinggal bersama kami, dan aku bersyukur karena dia tidak mau, dia terlalu menempel dengan barang-barang di rumahnya. Aneh buat apa menjaga barang rongsokan itu?Tapi kini istriku kembali termenung saat kami di mobil menuju bulan madu kami? Apa yang harus lakukan? Wajahnya yang cantik terlihat lelah dan sayu? Rambutnya yang indah dia ikat asalan. Sepertinya Anna harus di make-over, tidak bisa istri dari CEO berdandan terlalu biasa seperti ini, walau dia tetap luar biasa cantik."Sayan
Aku terbangun saat Ethan tersentak kaget, dia memasang alarm? Siapa yang memasang alarm saat sedang berbulan madu, tapi ternyata suamiku begitu. Aku menyipitkan mataku yang masih perih, percintaan kami semalam masih menyisakan rasa pegal-pegal di tubuhku.Ethan segera mematikan alarm sedangkan aku masih meletakkan kepalaku di dadanya, aku mengeratkan pelukanku. Tapi dia menggeserku pelan agar aku tak terbangun, dia mau kemana?"Kamu mau kemana?" Aku duduk di pinggir tempat tidur ketika dia berdiri. Dia menoleh dan tersenyum, tubuhnya yang kekar membuatku kembali ingin menyentuhnya, dia kembali dan mengecup keningku."Aku harus kerja." Apa? Kerja? Dia kerja di hari kedua bulan madu kami? Aku mendengus kesal. Kala
Seharian perasaanku gelisah, aku kesal karena tidak bisa meninggalkan RUPS ini, aku harus hadir tepat waktu karena di Jepang sama sekali tidak boleh terlambat, kalau sampai terlambat, aku akan dicap buruk dan tidak dapat dipercaya.Sebenarnya aku tidak mau meninggalkan Anna sendirian, mungkin jika semua berjalan lancar RUPS ini akan cepat selesai dan aku bisa kembali bermain dengan istri cantikku. Aku melepaskan pelukannya yang nyaman, terlihat kekecewaaan di matanya, maafkan aku sayang, aku terikat pada pekerjaanku ini.Saat makan siang, Leona menghampiriku, dia dan suaminya juga datang sebagai perwakilan dari grup mereka. Leona marah dan lagi-lagi membuat kericuhan, suaminya yang meski tampan tapi bodoh, bagaimana dia tidak
Aku tertidur di pesawat, setelah air mata tak berhenti mengalir dengan kecewa. Lebih baik aku tertidur yang lama, siapa tahu saat aku terbangun keadaan akan berbeda.Namun tidak ada, tidak ada perbedaan, Ethan dengan dingin mendiamkanku sepanjang perjalanan saat aku bangun, sayangnya tubuhku terlalu segar untuk kembali tertidur. Hingga sampai rumah pun aku berusaha untuk tertidur pun tak bisa.Karyawan lain yang sama diamnya dengan Daniel yang mengurus kami. Daniel sendiri masih tinggal di Jepang mengurus kepergian Ethan yang tiba-tiba.Aku sekilas melihat wajah tampan suamiku, dia juga terlihat sedih. Entah kenapa dia sedih, aku tidak melakukan apa-apa, dia yang justru keterlaluan langsung memukul Tamaki seperti itu.Dia tidak berkata apa-apa lagi m
"Anna!" Pekik Ethan kesal, menatap kembali bajunya yang penuh muntah Anna. Ethan menatap istrinya yang melihatnya dengan penuh rasa bersalah. Aish kejadian ini berulang lagi, wanita itu muntah di badan Ethan. Dia mendengus jijik dan segera berdiri."Maaf, aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba jadi mual, badanmu bau." Anna segera mencari tissu dalam tasnya segera mencoba menghapus bekas muntahnya di badan Ethan, tapi dia malah kembali mual dan memuntahkan lagi seporsi iga."Badanku bau? Kemarin saja aku habis olah raga kamu menempel terus, nggak ada muntah!" Ethan kesal dibilang bau badan. Anna menatapnya dengan malu, dia juga tidak mengerti mengapa sekarang dia jadi tidak suka aroma tubuh Ethan.
Dengan kehamilan Anna yang masih hitungan Minggu, Ethan berlaku berlebihan, dia sudah membela satu set tempat tidur, dan tempat ganti popok. Anna segera menghentikannya saat dia berpikir untuk membeli dorongan bayi. Calon papa itu sangat bahagia, dia bahkan sangat takut untuk menyentuh Anna.Meskipun Anna begitu bahagia karena kehamilannya, diujung hatinya dia tetap merasa sedih karena tidak dapat berbagi cerita dengan mamanya. Mamanya masih sama, kadang jila dia beruntung, mamanya sempat mengenalnya, tapi semakin ke belakang, semakin jarang peristiwa itu terjadi.Masuk bulan ketiga, perut Anna sudah menunjukkan tonjolan kecil, mual dan muntah jauh berkurang. Badan Anna juga mulai berisi, terutama bagian pipinya. Dia merasa gendut, dia bahkan tidak boleh mengenakan celana jeans kesukaannya sekarang.Pagi itu Anna mematut tubuhnya di depan cermin, sedangkan Ethan sedang berolah raga. Dia sibuk memutar tubuhnya dan menyada
Pagi itu, tampak seperti pagi-pagi yang lain. Matahari masuk menyeruak melalui tirai berwarna putih kamar mereka. Anna masih merasakan pelukan Ethan di pinggangnya, namun sejak memasuki bulan ke 5, dia semakin sering berkemih.Dia masuk ke kamar mandi, dengan alunan dengkur pelan dari suaminya mengiringi. Dia memegang pinggangnya yang mulai pegal, perutnya kian membesar, Anna mulai kesulitan untuk mendapatkan posisi enak untuk dapat tidur, dan setelah mendapatkan posisi enak Anna harus ke toilet lagi. Hal itu berulang terus sampai Anna frustasi.Dia segera berkemih dan mencuci tangannya, dia menatap sekilas wajahnya yang semakin membulat. Kali ini dia menyadari bahwa kulitnya menjadi kusam, dan bawah matanya gelap. Anna yang biasanya tak pernah ambil pusing dengan keadaan kulitnya, kini kekhawatiran mengeriap masuk ke hatinya. Jika kulitnya semakin berubah, akankankah Ethan tetap mencintainya?"Anna?" Panggil kekasih hat
"Oh Anna," desah Ethan terengah-engah merasakan sentuhan Anna yang semakin mendesak. Dia semakin bersemangat untuk meninggalkan jejak di cerukan leher Anna, tapi wanita itu segera menghindar."Jangan, ah kita kan mau ke dokter, nanti malu ah," seru Anna sambil terkikik geli merasakan bibir suaminya di lehernya yang jenjang."Ish, biar saja, biar mereka semua tahu kamu ada yang punya," ujar Ethan masih mau menikmati kulit putih sempurna milih istrinya itu, tapi Anna menggeliat dengan sedemikian rupa sehingga Ethan tetap tak bisa menyesap leher sempurna itu.Dia lalu memegang kedua tangan istrinya sambil tersenyum miring. Wanita itu menatapnya dengan mata coklat mudanya yang cantik. Matanya membulat karena terkejut."Kareba bergerak terus aku akan ikat kamu!" Ethan bergaya tegas, tapi tatapan mata Anna yang memelas membuatnya tidak tega, dia mendengus lalu menyerah."Aku menc
Saat Daniel menanyakan hal itu, Anna keluar dari kamar dan mengambil alih Jacob. Anna hanya mendengar sekilas ucapan Daniel, tapi dia mengerti apa yang sedang dibicarakan."Aku ikut, saat kamu ke dokter aku ikut!" ujarnya cepat lalu meletakkan Jacob kembali ke kursinya. Batita itu kembali merenggut dan merengek, dia maunya di gendong, dia tak suka berada di kursi. Dia mulai meraung, tapi ketiga orang dewasa di sekitarnya tak ada yang peduli padanya."Oh... haruskah hari ini?" tanya Ethan sambil meletakkan daging asap mengepul di tengah meja."Ethan, kita tak tahu sampai kapan kamu akan sadar, nanti kalau kamu tiba-tiba menghilang bagaimana?" tanya Daniel dengan penuh kekhawatiran. Anna, membuat makanan untuk Jacob, lagi-lagi instan karena dia belum belanja. Ethan mencari pengalihan perhatian."Makan apa dia? Mengapa instan begitu? Seharusnya kamu masak makanan sehat untuknya jangan yang instan, Dani,
“Aku akan selalu bersamamu sayang.” Mereka menyatu dengan sempurna, Anna mengangguk setitik air mata terjatuh di pipinya.“Kamu sangat sempurna untukku, Anna. Aku mencintaimu.” Mereka saling terengah-engah memuaskan diri dan emosi mereka yang kini saling berpadu. Napas mereka memburu dengan detak jantung yang saling bertalu-talu. “Oh, betapa aku mencintainya, jangan lupakan aku, Ethan!” pinta Anna dalam hati. Dia memekik bersamaan dengan Ethan yang melenguh panjang. Pria itu menatapnya lalu mengecup air matanya.“Terima kasih sayang, karena kembali kepadaku.” Anna bergelung di dada suaminya. “Terima kasih karena telah mengingatku.” desah Anna dalam hati.Ethan berdiri untuk mengambil kaosnya dan mengenakannya kembali merebahkan dirinya di samping Anna. Pria itu menarik pinggang Ana yang ramping. Istrinya masuk kedalam pelukannya, namun walaupun Anna
Dia berdiri diatas bangku berusaha mengikat tali di bagian atas langit-langit ruangan. Namun palang yang dulunya ada untuk mamanya mengikat kini bisa tidak ada. Tadi ada, namun kini hilang, lalu saat dia sadari, tali yang dia pegang pun tak ada? Kemana itu semua? Dia berteriak dengan frustasi sampai pintu ruangan itu terbuka dengan kasar. Wanita tadi masuk dengan air mata bercucuran di pipinya."Sayang, jangang sayang maafkan aku, oh Tuhan, maafkan aku, sayang turunlah!" pekik Anna dengan sangat takut. Wajah Ethan begitu gelap. Dia berdiri diatas bangku dengan canggung, wajahnya bingung seperti mencari sesuatu yang tiba-tiba menghilang."Ethan Samuel, turun kamu dari situ!" teriak Anna berusaha dengan tegas seakan dia sedang memarahi Jacob yang membuang-buang makanannya. Pria itu menoleh dengan bingung."Aku bilang turun, kamu harus turun!" Walau air mata Anna mengalir deras, dia merasa, Ethan harus dikagetkan, dengan ca
"Sayang…," desah Ethan sambil menciumi kelopak telinga Anna sehingga Anna tekikik geli. Tubuhnya mulai bergoyang tak terkendali, merespon tiap sentuhan Ethan. Jemari Anna mulai meraih kancing kemeja kerja Ethan. Dan dengan terampil kancing demi kancing dilepaskannya. Ethan tersenyum miring saat merasakan kemejanya sudah terlepas semua, dan jemari Anna mulai merasakan dadanya."Hmm, geli Anna," Ethan mendesah saat Anna terus menyusuri kulit perutnya yang berkotak-kotak.Anna tersenyum nakal, sambil terus merasakan hangatnya tubuh Ethan. pria itu dengan cepat melepas kemejanya sehingga kedua tangan Anna bebas menyentuhnya. Mata wanita itu berbinar-binar melihat tubuh Ethan yang kurus namun berotot itu."Kamu harus makan lebih banyak ya? Tubuhmu kurus sekali," Anna menyu
"Sayang, maafkan aku, kamu sudah pulang dan aku malah membuatmu takut, kembalilah padaku, aku sangat merindukanmu," desah Ethan di telinga Anna, pelukannya terasa nyata. Anna tak lagi berusaha melepaskan diri. Dia menoleh untuk menatap Ethan, dan menilai.Mata pria itu kembali hangat sebagaimana Anna mengingatnya. Dia tersenyum sedih, memandang Anna penuh harap. Anna menatap Jacob yang sudah kembali merasa aman di pelukan mamanya, batita itu sudah sibuk bermain dengan kancing baju mamanya. Tapi tiba-tiba dia menyentuh hidung papanya"Pa….pa," cengirnya memperlihatkan gusi yang kemerahan."Iya sayang, aku papamu." Ethan menangis menatap bayinya, bukan dia sudah besar sudah bukan bayi lagi. Betapa dia sudah kehilangan waktu, apa yang terjadi? Anna terk
"Aku Anna, Anna Federica, istrimu, ibu dari Jacob anakmu. Aku berhak ke lantai tiga, atau kemanapun aku mau karena aku… ini… istri...mu!" pekiknya marah sambil memukul Ethan yang terlihat linglung. Anna marah dan kecewa, baru saja dia berpikir, Ethan sembuh dan mereka bisa kembali seperti sedia kala. Namun dalam sekejap semua harapannya pecah berkeping-keping.Dia terus memukuli Ethan sampai kedua tangannya dipegang Ethan dengan kuat sehingga dia tidak bisa memukulnya."Apa, kamu kamu apa?" teriak anna marah berusaha melepaskan diri yang percuma."Aku mau ini." Pria itu lalu menunduk mengecupnya lagi. Dia terus mendorongnya ke dinding, sambil terus menciumnya dengan panas. Anna menerima ciuman itu dengan bingung, namun gairahnya muncul dan kem
Ethan tak dapat berpikir, untuk sementara dia hanya mengagumi kecantikan alami wanita di hadapannya. Dia bergerak otomatis mendekati wanita itu saat dia sedang sibuk mengeringkan rambutnya. matanya membesar saat menyadari Ethan sudah ada dihadapannya."Mau apa kamu?" tanya Anna mundur. Tapi Ethan semakin mendekat, dan dia sudah menempel di dinding kaca boks mandi."Mengapa kamu sangat mengganggu?" Dia mengangkat tangannya dan mengelus pipi Anna dengan lembut, wanita itu terperangah, merasakan sentuhan Ethan setelah beberapa lama, rasanya luar biasa. Mereka saling pandang yang terasa sangat intens dan ketika insting membawa Ethan untuk menunduk dan merasakan bibir wanita itu dia mundur. Kaget dengan apa yang ada di kepalanya."Astaga, apa yang baru saja dia pikirkan?" batin Ethan, bagaimana dia bisa mau mencium wanita lain selain Anna. Wanita itu menatapnya lalu segera meninggalkannya yang bingung di dalam kam
Daniel menatap Ethan yang kini makan dengan lahapnya di meja makan. Walaupun pikirannya belum sembuh setidaknya hari ini sudah ada makanan yang masuk."Dani, chef-nya pintar yang kali ini, boleh dipertahankan. Nanti siang aku mau masakan dia lagi," ucap Ethan mengambil lagi nasi goreng dari bakul. Daniel mengangguk dengan senyuman di bibir karena mengetahui kalau itu adalah masakan Anna. Semoga dengan keberadaan Anna, Ethan bisa pulih."Dani, kamu bisa jadwalkan dokter buat Anna? Dia sepertinya kesakitan sekali kemarin, punggungnya pegal, dia kan sudah masuk bulan ke-7?" Dan harapan Daniel kembali pupus. Entah kenapa, ingatan Ethan selalu berhenti di Anna hamil 7 bulan. Setiap hari perintahnya selalu sama. Namun Daniel hanya mengangguk dan meninggalkannya masih asyik makan.