Setelah kejadian itu, Adeline tidak pernah lagi bertegur sapa dengan Kendrick. Pria itu pun sama. Bahkan ketika mereka berpapasan secara tak sengaja saat Kendrick datang untuk mengurus pekerjaannya, hanya ada saling lirik melirik, tidak dengan bertegur sapa.
Adeline juga merasakan kehampaan yang besar. Kasur ukuran king size ini hanya ditidurinya seorang diri, tanpa Kendrick. Ingin mengajak anak-anaknya untuk tidur bersamanya pun tak bisa lantaran mereka belum kembali dari liburan yang entah kapan berujung.
Entah dimana Kendrick tidur selama ini, yang jelas bukan di mansion mewah ini.
“Tunggu sebentar. Aku tidak akan lama,” pesan Adeline pada supir di depan sesudah mobil berhenti di depan rumah sakit.
“Ck, awas!”“Ck, jangan mengatur! Siapa cepat dia dapat!”Adeline yang mendengar mereka pun sontak berbalik, matanya membulat terkejut. Tak menyangka kalau Kirby dan Denio sedang meributkan siapa yang keluar dari lift pertama kali.“Apa kalian akan bertengkar terus seperti ini?” Mendengar pertanyaan yang dilontarkan dengan nada kesal itu, membuat mereka berdua sontak mendongak ke arah Adeline. “Cepatlah mengalah atau lift itu akan rusak karena kalian tidak kunjung keluar!”Karena pada dasarnya Kirby yang tidak mau kalah, langsung saja dia mendorong Denio ke belakang, membuatnya lebih dulu keluar dari sana. “Ayo, Nyonya,” seru Kirby semangat.
Mendengar panggilan yang tiba-tiba itu, Kendrick menoleh ke samping. Meskipun wajahnya tidak menampilkan tampang terkejut, ia tetap terkejut. “Adeline ....”Sayangnya Adeline mengabaikan panggilan suaminya itu. Ia malah melangkah cepat dan menarik putranya dari pelukan seorang wanita yang tak ia kenal sama sekali. “Berikan!”“Ck, apa maksudmu?” Wanita itu tidak mau memberikan putranya, yang malah membuat Adeline semakin emosi.“Berikan padaku!” Suara Adeline meninggi. Menatap dengan tajam ke mata wanita yang ada di hadapannya.“M—momy ....” Putranya—Max— terbangun akibat goncangan dan teriakan Adeline. Kini, tangan Max sudah te
“Kami baru saja sampai kemarin, Mom. Tapi, daddy malah membawa kami ke penthouse. Padahal, aku sudah sangat merindukan Mommy,” celoteh Nadine pada Adeline yang saat ini tengah menyisir rambutnya. Anak perempuan dengan bola mata besar itu melihat ke wajah ibunya dengan menggunakan bantuan cermin kaca. “Juga, kami bertemu dengan Aunty Sarah.”Sontak, kegiatan Adeline seketika berhenti. Mendadak, rasa sakit kembali timbul. Dia ingin menyudahi rasa sakit ini dengan mengalihkan pembicaraan, namun, rasa penasaran ternyata lebih kuat. “Apa yang dia lakukan?”Kedua alis Nadine bertemu. “Aunty Sarah?” tanyanya memastikan. “Aku tidak tahu siapa dia, Mom. Aku dan Kakak baru bertemu dengannya kemarin. Daddy juga tidak menjelaskan apapun. Setelah kami berbincang sebentar dengannya, Daddy langsung menyuruh kami ke kamar untuk istirahat, kecuali Adik Max.”Adeline mendengkus.
Ketika pintu kamar itu terbuka, Adeline kini bisa melihat Xavier yang sedang duduk di kasur. Sedang memangku tablet, mungkin anak tampan itu sedang melukis. Salah satu kegiatan favoritnya.Menarik napas, Adeline akhirnya melangkah mendekat dan duduk di kasur, tepatnya di sebelah Xavier. Awalnya anak laki-laki itu menoleh, namun setelahnya langsung kembali pada tablet. Dia memalingkan wajahnya dari Adeline. Membuat wanita dengan rambut di cepol itu kembali teringat di pertemuan pertama mereka.“Apa kau ada masalah dengan Mommy, Xavier?” Tidak mau berdiam diri dengan perasaan berkecamuk, akhirnya Adeline memilih bertanya.Dia membuat kesalahan ... sepertinya. Mungkin karena Adeline tidak melihatnya setelah mereka pulang? Kalau begitu, Adeline akan
Tangan Adeline yang hendak memberikan rasa panas di pipi Sarah untuk yang kedua kalinya pun terpaksa harus berhenti. Telapak tangan itu langsung jatuh berbarengan dengan tubuhnya yang memutar ke samping, melirik Kendrick yang juga sedang sama marahnya sepertinya apa.“Apa?!” Adeline mendongak. Menatap manik biru yang sangat pekat itu. “Kau mau membelanya? Membela wanita yang sama sekali tak jelas asal usulnya ini dibandingkan diriku?”“STOP!” Kendrick mengerang penuh amarah dengan badan yang maju, menarik lengan Adeline hingga tubuh mereka bersentuhan. “Jangan pernah katakan begitu,” desisnya. Kalimatnya sangat penuh penekanan.Awalnya Adeline heran lantaran tak mengerti maksud kalimat Kendrick. Namun setelah itu, m
“Apa Kendrick ada di dalam?” Chris yang baru saja sampai di depan meja Kirby pun langsung bertanya.Bukannya menjawab, wanita itu malah terbengong dalam kondisi berdiri. Untuk sejenak, dia terhipnotis dengan Chris. Pria berbadan kekar yang dibalut oleh kemeja putih itu terlihat sangat seksi. Terlebih lagi hidungnya yang tinggi bak perosotan. Hingga akhirnya dia mengakui, kalau bekerja di bawah Kendrick, Kirby akan selalu bertemu dengan pria tampan ... kecuali Denio.Chris menaikkan sebelah alisnya ke atas, membentuk kerutan di setengah dahinya. “Dia tidak ada di dalam?” tanya Chris lagi.Seketika, Kirby mengerjapkan mata. “Ya, dia ada di dalam, Tuan.” Wanita itu mengangguk semangat. “Apa Tuan ingin bertemu dengan Tu
Dingin. Namun tidak terlalu menusuk kulit dan memberikan rasa gigil yang berlebihan. Karena suhu udara itu, seorang wanita dengan rambut tergerai kini mengembangkan sebuah senyuman amat lebar. Mempertontonkan bagaimana indahnya senyumnya dan gigi putih bersih itu.Hidungnya yang tinggi itu terlihat mengempis, menjadi pertanda kalau dia sedang membawa masuk oksigen yang menyegarkan ke dalam paru-parunya. Hal ini sungguh sangat merilekskan diri. Seakan pikiran-pikiran berat lenyap begitu saja untuk beberapa saat.Dikarenakan kencangnya angin, jaket bentuk jubah yang melekat di tubuhnya bergerak-gerak dengan sangat indah. Celana jeans hitam itu pun membentuk pahanya yang seksi. Ditambah lagi heels berbentuk boats itu. Sangat indah.“Apa kau sudah lama menunggu
Sesudah menghabiskan waktu beberapa hari bersama Samu di kota kecil yang ada di negara Perancis, akhirnya wanita itu kini menginjakkan kaki di Kota Paris yang kerap disebut kota cinta. Adeline mendecak, kota cinta ... seharusnya dia pergi bersama pasangannya bukan?Abaikan.Tujuan kedatangan Adeline ke kota ini sebenarnya jauh sekali dari kata liburan. Dia mengunjungi tempat ini dikarenakan ingin mencari keberadaan wanita yang telah menghilang lebih dari dua tahun dan baru mengganggu pikiran Adeline untuk mengingatnya.Katrin. Ya, dia akan berusaha mencari wanita itu.Berbekal dari informasi yang Denio dapatkan, kini Adeline berada di depan salah satu unit apartemen yang berada tepat di seber