Beranda / Romansa / My Bad Doctor / 79. Apa yang Kau Lakukan?

Share

79. Apa yang Kau Lakukan?

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-23 20:22:47

“Jovi berhenti.” Vanessa berusaha keras menarik tangan suaminya, yang tampak masih ingin memukul.

Sayangnya, Jovi tidak terlihat ingin berhenti. Padahal, Ardy sudah terjatuh dari motor dan beberapa orang sudah mulai berkumpul sembari memegang ponsel. Tidak ada yang terlalu berniat untuk merelai, karena lebih memilih untuk membuat video viral.

“Jovi aku mohon.” Kali ini, Vanessa berusaha untuk memeluk suaminya dan berhasil. “Jika kau tidak ingin mamamu makin membenciku, tolong jangan lakukan ini.”

Mendengar kata ibu disebut, Jovi langsung terhenti. Sang dokter bahkan terlihat membeku untuk sesaat, sebelum akhirnya mencoba untuk mengatur napas dan emosinya yang tidak stabil.

“Ardy, kau tidak apa-apa?”

Melihat suaminya sudah tenang, Vanessa beranjak untuk melihat rekan kerjanya itu. Tapi baru juga satu langkah, tangannya sudah ditahan.

“Kau masih mau melihat kondisi bajingan itu?” tanya Jovi dengan mata melotot.

“Kau menyerang orang dengan tiba-tiba, Vi.” Tentu saja Vanessa akan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • My Bad Doctor   80. Lapar

    “Kenapa kau menolak Hani?” tanya Cindy dalam intonasi suara yang cukup tinggi. “Hah? Hani siapa?” Jovi tentu saja akan balas bertanya, karena tidak mengenali orang yang disebutkan sang ibu. “Itu, perempuan yang tadi berkunjung ke rumahmu. Masa kau tidak tahu sih?” Jovi mengembuskan napas pelan, antara lega dan lelah. Tadi dia memang sempat mengusir seseorang, ketika akan keluar rumah untuk mengejar Vanessa. Hal yang membuatnya agak terlambat. “Apa Mama sehat?” tanya Jovi dengan kedua alis yang terangkat naik. “Aku punya istri, tapi Mama malah mengirim perempuan panggilan ke rumahku? Bahkan membiarkan dia naik sampai ke lantai kamarku?” “Heh, mulutmu itu. Kenapa tidak sopan sekali? Hani itu perempuan baik-baik.” “Perempuan baik-baik, tidak akan datang ke rumah lelaki malam-malam begitu seorang diri. Apalagi lelaki yang sudah menikah,” ucap Jovi yang terasa seperti tamparan bagi mamanya. Bukan hanya Cindy yang tertohok, tapi juga Vanessa. Perempuan gempal itu baru saja berduaan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • My Bad Doctor   81. Datang Menantang

    “Ini ada apa lagi sih?” Vanessa mengeluh ketika dia sampai di kantor dan semua orang menatapnya dengan aneh. Bahkan dimulai dari satpam. “Hei, Nes. Sepertinya kau senang sekali berbuat keributan dengan berganti-ganti lelaki ya.” Seseorang bersuara dengan senyum jahil. “Sayangnya, aku tidak pernah seperti itu,” jawab Vanessa terlihat sangat santai. “Mungkin kau sedang halusinasi saja.” “Videomu ada di mana-mana.” Orang yang tadi kembali berbicara. “Coba saja tanya teman-temanmu di atas, tapi kenapa juga harus selingkuh dengan Ardy.” “Maaf?” Vanessa yang baru saja ingin menaiki tangga, langsung batal melakukannya. “Aku dan Ardy kenapa?” “Kau selingkuh dengan dia dan ketahuan sama pacarmu kan?” Vanessa menarik napas, kemudian mengembuskannya perlahan. Sekarang dia mengerti apa yang terjadi, tapi tidak mengerti kenapa video penyerangan malam kemarin sudah beredar secepat itu. “Kalian hanya salah paham saja. Yang ada di video itu juga salah paham saja dan sudah diatasi dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • My Bad Doctor   82. Belum Juga Move On

    “Aku pikir tadi pagi kau datang untuk memukulku lagi,” gumam Ardy dengan kening berkerut. “Tadinya aku juga ingin seperti itu, tapi aku bukan orang yang sangat tidak tahu diri.” Jovi mengembuskan napas pelan. “Pengobatannya agak terlambat, tapi yang penting niatnya. Sekarang balik kanan.” Ardy mengikuti perintah lelaki dengan stetoskop yang menggantung di lehernya. Jovi tidak menggunakan jas dokternya, sehingga ada sedikit tato serigala yang terlihat di bawah lengan bajunya yang pendek. Tapi tentu saja itu tidak membuat Jovi tidak tampak seperti dokter. “Aduh!” Ardy meringis pelan, ketika luka lebam di tulang pipinya terasa perih. “Bertahanlah sedikit.” Jovi memberi tahu, sembari mengoleskan salep. “Kau itu lelaki, jadi jangan meringis hanya karena luka lebam seperti ini. Yah, walau aku melihat ada sedikit pembuluh darah yang pecah.” “Sedikit katamu?” dengus Ardy menatap lelaki yang mengerjakan lukanya itu. “Lebamnya terlihat sangat besar di mataku.” “Karena itu aku meminta maa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • My Bad Doctor   83. Sujud

    “Aku ingin privasi.” Manda protes pada perawat. “Maksudnya, Mbak?” tanya si perawat baru dengan kening berkerut. “Keadaan pasien seharusnya adalah rahasia bukan?” tanya Manda ikut mengerutkan kening karena tidak suka. “Jadi seharusnya hanya ada aku dan dokter di sini.” “Perawat itu adalah tenaga kesehatan.” Jovi yang menjawab. “Semua tenaga kesehatan, berhak untuk melihat riwayat penyakit. Jika tidak, kau mungkin akan kesulitan mendapat penanganan.” “Tidak masuk akal.” Manda mendengus pelan. “Perawat itu tidak ada gunanya.” “Asal kau tahu.” Jovi menarik dan mengembuskan napas, kemudian beralih dari komputernya. “Jika kau rawat inap, hanya ada perawat yang mengurusimu. Dokter hanya akan datang saat benar-benar diperlukan dan itu hanya sehari sekali atau dua kali saja.” “Oke, baiklah. Aku masih bisa mengerti kalau perawat.” Manda mengangguk pelan. “Tapi kenapa dia juga ada di sini?” Jovi menoleh, melihat ke arah yang ditunjuk pasiennya. Di sana ada Vanessa yang sedang duduk mani

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • My Bad Doctor   84. Tantangan

    “Aku akan melaporkan kejadian ini pada Tante Cindy.” Itu yang diteriakkan Manda, sebelum keluar dari ruangan Jovi. Tentu saja dia tidak bersedia untuk bersujud. “Heran sekali aku melihat mantanmu itu,” gumam Vanessa setelah dia hanya tinggal berdua dengan Jovi. “Kenapa dia senang sekali menggangguku.” “Entahlah.” Sang dokter hanya bisa mengedikkan bahu. “Aku pun tidak tahu.” “Tentu saja kau tahu,” balas Vanessa dengan kening berkerut. “Kau hanya tidak ingin mengakuinya bukan?” “Maksudnya?” “Semua orang juga tahu Manda terus menggangguku, karena dia masih punya perasaan padamu.” Vanessa melipat kedua tangan di depan dada. “Masa hal seperti itu saja kau tidak tahu?” “Kau sendiri yang mengatakan heran dengan kelakuan Manda bukan? Artinya kau juga tidak tahu. Kenapa malah mengataiku?” Tentu saja Jovi tidak mau mengaku. “Heran dan tidak tahu itu berbeda,” jawab Vanessa dengan tenang. “Aku merasa heran karena tidak bisa mengerti jalan pikiran perempuan seperti dia dan juga jalan pik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • My Bad Doctor   85. Siapa yang Selingkuh?

    Jovi menggoyangkan kaki kanannya dengan kecepatan penuh, membuat sol sepatu yang menabrak lantai keramik berbunyi lantang. Hal yang tentu saja membuat sang dokter mengundang tatapan dari orang-orang sekitar, terutama dia duduk di lobi rumah sakit. “Berhentilah menggoyangkan kakimu seperti itu.” Vanessa menegur, bahkan menghentikan gerakan sang suami. “Dia bilang akan segera datang,” balas Jovi dengan mata melotot. “Dan coba lihat sekarang sudah jam berapa?” lanjutnya memperlihatkan jam tangan. “Ini sudah lewat satu setengah jam loh, Nes. Apa dia pikir yang namanya direktur itu tidak sibuk?” Vanessa hanya bisa mengembuskan napas pelan. Dia juga tahu ini agak sedikit keterlaluan, apalagi lalu lintas sedang tidak padat. Sudah hampir dua jam adalah waktu keterlambatan yang sangat keterlaluan. “Hai, apa kalian menunggu lama?” tanya Meghan yang baru saja datang, sembari melambaikan tangan dengan santai. “Oh, pacarmu juga ada?” “Apakah itu pertanyaan yang pantas ditanyakan oleh orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • My Bad Doctor   86. Jalan Tengah

    “Apa ada yang tahu kalau Vanessa sudah menikah?” Meghan tanpa ragu bertanya, ketika sudah sampai di kantor. “Apa aku tidak salah dengar?” Seseorang bertanya, sembari menatap perempuan yang dibicarakan. Jujur saja, itu membuat Vanessa merasa tidak nyaman. Apalagi setelah tadi dia dan Meghan pulang tanpa bertemu dengan siapa pun. Menyebarkan berita pernikahan, itu berarti dia tidak boleh bercerai dalam waktu dekat. Meghan akan mempermalukannya jika itu terjadi. Bisa saja sih Vanessa melawan, tapi dia kan masih butuh pekerjaan. Bisa-bisa Meghan malah langsung mengadu yang aneh-aneh pada bos besar. Dia kan masih butuh hidup. “Memangnya ada yang salah dengan itu?” Vanessa memberanikan diri untuk menantang orang yang tadi bertanya. “Tidak ada yang salah sih, tapi kenapa tiba-tiba?” tanya orang yang tadi bertanya. “Mungkin dia hamil duluan.” Meghan yang sudah duduk kembali di kursinya, mengedikkan bahu dengan santai. “Jadi buru-buru dan diam-diam. Berapa kali kau tidur dengan paca

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • My Bad Doctor   87. Ide Jahat Baru

    “Jovi.” Yang empunya nama tersentak, ketika mendengar namanya dipanggil dengan cukup keras. Padahal, dia masih di rumah sakit dan tentu saja memanggil dengan keras seperti itu tidak dibolehkan karena akan mengganggu pasien. “Vanessa?” Kening sang dokter berkerut ketika menemukan istrinya. “Apa yang kau lakukan di sini? Lagi pula, kenapa berteriak?” “Aku tidak berteriak.” Vanessa menutup pintu ruangan suaminya. “Oh, dan aku masuk setelah mengetahui kau sudah tidak punya jadwal lagi dan sudah bersiap untuk pulang.” “Padahal aku baru ingin menelepon, karena ingin menjemputmu.” Jovi kembali mulai membereskan ruangannya. “Kau duduk saja, biar aku yang bereskan.” Vanessa dengan cepat mengambil alih apa yang dilakukan sang suami, padahal lumayan banyak yang perlu dibereskan. Entah apa yang terjadi dengan pasien Jovi yang terakhir, tapi ada beberapa perban yang masih berantakan. Tidak benar-benar berantakan, tapi masih perlu dirapikan. Belum meja kerja Jovi yang masih ada beberapa be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07

Bab terbaru

  • My Bad Doctor   155. Akhirnya (TAMAT)

    "Kenapa kau tampak pucat?" Jovi menanyakan itu dengan kening berkerut. "Apa kau sakit?" "Tidak kok." Vanessa dengan cepat menggeleng. "Aku hanya belum memakai lipstik." "Yakin?" tanya Jovi, sembari memperhatikan istrinya yang pergi ke meja rias dan memakai lipstik. "Apa kita tidak usah pergi saja?" "Jangan begitu dong. Yang menikah ini kan teman kita berdua dan salah satu dokter di rumah sakit juga. Masa kita berdua tidak hadir." "Tapi kau tidak terlihat baik-baik saja." Jovi benar-benar khawatir ketika melihat istrinya. "Atau kita singgah ke rumah sakit saja dulu? Kebetulan stetoskopnya aku tinggal di sana." "Tidak perlu Joviandri." Kali ini, Vanessa berbicara dengan lebih jelas. "Sebaiknya, kita berangkat sekarang. Karena kalau tidak, nanti terlambat." Walau masih keberatan, Jovi pada akhirnya hanya bisa mengalah. Vanessa benar-benar merajuk ingin segera berangkat ke tempat acara, karena rumah mereka kebetulan agak jauh juga. Apalagi, kali ini mereka menginap di rumah ora

  • My Bad Doctor   154. Bukan Rahasia Lagi

    "Kau itu kenapa?" tanya Vanessa, pada lelaki di depannya. "Kenapa wajahmu berantakan begitu?" "Aku dipukuli Ayah," jawab Ardy dengan nada kesal. "Kau melakukan apa lagi?" Kali ini giliran Jovi yang bersuara, sembari mempersiapkan beberapa hal untuk mengobati pasiennya itu. "Pasti melakukan hal yang aneh kan?" "Aku memang melakukan sesuatu, tapi bukan sesuatu yang harus dipukuli seperti sekarang," gerutu Ardy mencebik kesal. "Pelan-pelan ya," lanjutnya ketika Jovi sudah akan mengobati wajahnya. "Tidak akan ada seorang ayah yang akan memukuli putranya seperti ini, jika tidak melakukan hal yang tidak sepatutnya." Vanessa mengatakan itu dengan kedua tangan terlipat di dada. "Jadi katakan saja. Kami akan mendengar dan tidak akan menghakimi." Ardy mengembuskan napas cukup keras. Dia tidak bisa langsung menjawab, karena selain sedang diobati di bagian sudut bibir, Ardy juga tidak bisa mengatakan alasannya dengan jujur. Bia

  • My Bad Doctor   153. Hasil

    "Bisa jelaskan ini pada Kakak, Ra?" tanya seorang lelaki berkacamata pada Aurora. Sayangnya, perempuan yang berprofesi sebagai dokter itu pun tidak bisa menjawab. Lebih tepatnya, Aurora membatu dengan mulut terbuka saking terkejutnya melihat kehadiran orang-orang di rumahnya. "Kok malah bengong sih. Ra?" Kali ini seorang perempuan yang sedang menggendong anak bayi yang berbicara. "Ini pacarmu kan? Tapi kenapa malah datangnya rombongan?" "Maaf." Tiba-tiba saja Aurora memekik. "Tapi boleh saya bicara berdua dulu dengan Ardy?" Dua orang tua yang duduk di atas sofa saling melirik, sebelum menatap putra mereka. Tentu saja dua orang tua ini merasa tindakan Aurora barusan sedikit tidak sopan, apalagi mereka seperti tidak disambut dengan baik. "Biar aku bicara dengan Aurora dulu ya." Untung saja Ardy cukup cepat tanggap dan segera beranjak dari tempatnya duduk. "Maaf, ya Om dan Tante." Tahu dirinya terlihat sedikit kurang ajar, Aurora tak lupa mengucap maaf. "Saya pinjam anaknya d

  • My Bad Doctor   152. Melamar

    "Aku tidak hamil, Ar. Jadi tolong jangan terus menggangguku," desis Aurora terlihat sangat kesal, dengan ponsel menempel di telinga. "Apa kau sudah periksa?" Sayangnya, Ardy tidak mau menyerah begitu saja. "Kalau sudah, perlihatkan hasilnya. Aku hanya akan menerima hasil dari rumah sakit dan tidak dengan test pack." "Yang benar saja. Kalau aku memeriksa ke rumah sakit tempatku bekerja, nanti aku akan digosipi orang-orang. Aku tidak mau itu terjadi." Sang dokter masih bersikeras. "Itu memalukan." "Kau merasa malu karena teman-temanmu tahu, atau tidak mau sampai Jovi tahu?" Ardy membalas dengan pertanyaan. "Kenapa tiba-tiba membicarakan Jovi?" "Tentu saja karena dia adalah calon penerus rumah sakit tempatmu bekerja. Sedikit banyak, dia pasti akan tahu kalau kau memeriksakan diri kan? Lagi pula, rumah sakit tidak hanya satu." Aurora memijat pangkal hidungnya, merasa terlalu banyak hal yang membuatnya sakit kepala belakangan ini. Tentu saja Ardy adalah salah satunya. Lelaki it

  • My Bad Doctor   151. Gejala Hamil

    "Jadi bagaimana dengan perjalananmu dengan Ardy?" Aurora langsung melirik kesal ke arah suara yang dia dengar. Padahal dirinya baru masuk ke dalam ruang praktik, tapi malah sudah menemukan seseorang yang menyebalkan di sana. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Vanessa. "Bukankah kau harusnya bertanya pada dirimu saja dulu?" tanya Aurora yang kemudian menyimpan tasnya. "Bagaimana dengan program kehamilanmu?" "So far so good." Vanessa mengangguk tanpa ragu. "Cuma memang belum ada hasil saja. Mungkin setelah kuliah Jovi di semester ini berakhir, kami mau mencoba inseminasi saja." "Secepat itu?" Aurora menaikkan sebelah alisnya, menghentikan kegiatan menggunakan sneli. "Apa tidak mau menunggu lebih lama lagi? Bukankah katanya kau mau sekolah lagi?" "Iya sih, tapi entah kenapa pengennya begitu." Vanessa mengedikkan bahu dengan santainya. "Akan lebih baik aku hamil saat sedang kuliah, dibanding melahir

  • My Bad Doctor   150. Gara-Gara Setan

    "Apa yang terjadi di sini," gumam Aurora sembari menempelkan selimut dengan erat ke tubuhnya. "Aku juga tidak tahu," gumam Ardy dengan mata melotot. "Apanya yang tidak tahu brengsek." Dengan kekuatan penuh, Aurora melemparkan bantal ke arah lelaki yang dia temani. "Kau jelas-jelas melakukan sesuatu padaku." "Ya, tapi aku juga tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi." Ardy menjawab, sembari berusaha menghindar. Dia bahkan sampai keluar dari dalam selimut. "Jangan memperlihatkan tubuh telanjang sialanmu itu," pekik Aurora sembari memejamkan mata dengan sangat rapat. "Maaf." Ardy segera berjongkok dan bersembunyi di dekat ranjang. Entah bagaimana, dua orang itu pagi ini berakhir di atas ranjang yang sama dengan keadaan tanpa sehelai benang pun melekat pada tubuh. Padahal kemarin mereka hanya berniat untuk berlibur di daerah sekitar pegunungan yang bisa dijangkau tanpa mendaki, tapi malah berakhir di hotel. Padahal, kemarin rasanya semua baik-baik saja. Setidaknya, sampai huj

  • My Bad Doctor   149. Berlibur Bersama

    "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Ardy?" Aurora menatap perempuan yang baru saja masuk ke dalam ruangan praktiknya dan langsung memutar mata karena gemas dan kesal. Hanya ada satu orang yang bisa membuat dia kesal, terutama saat jam kerja seperti sekarang. "Tidak bisakah kau berhenti menyelinap ke ruanganku, saat aku sedang bekerja?" Aurora tidak segan untuk menegur, sekalipun dia adalah menantu direktur. Yap. Penyusup itu adalah Vanessa. "Aku tidak menyelinap." Vanessa membantah dan segera duduk di kursi yang tersedia di depan meja dokter. "Aku mendaftar untuk bertemu denganmu tahu." "Sepertinya staff keuangan sangat kekurangan pekerjaan ya?" tanya Aurora dengan nada mengejek. "Bagaimana mungkin kau bisa berkeliaran saat jam kerja seperti sekarang? Kalau ingin bermain, bukankah lebih baik kau mencari Jovi?" "Pekerjaanku sudah selesai." Vanessa mengedikkan bahu dengan santainya. "Entah kenapa, pekerjaan di rumah sakit sebesar ini tidak begitu banyak. Lalu soal Jov

  • My Bad Doctor   148. Dua Orang yang Cocok

    "Untuk apa kau ke sini?" tanya Aurora dengan kedua terlipat di depan dada. "Aku ini pasien loh. Masa kau memperlakukan pasien sejutek itu?" tanya Ardy yang sudah duduk di atas ranjang pasien dengan santainya. "Pasien apanya?" hardik Aurora terdengar kesal. "Kau jelas-jelas terlihat sangat sehat, berbeda dengan saat kau pertama kali datang ke sini." "Tapi aku benar-benar sakit." Ardy bersikeras. "Kalau begitu, bagian mana yang sakit?" Mau tidak mau, Aurora akhirnya bangkit dengan sneli yang dia pegang dengan erat. "Kalau aku tidak menemukan ada penyakit, maka aku akan memukulmu." "Kalau penyakit sih tidak ada, tapi aku terluka." Ardy tiba-tiba saja mengangkat kakinya. Dia tidak perlu menggulung celana untuk menunjukkan luka, karena hari ini menggunakan celana pendek. "Luka apa ini?" tanya Aurora dengan kening berkerut. Kini dia mulai terlihat serius. "Bukankah ini luka bekas gigitan hewan?" "Benar." Ardy mengangguk tanpa ragu. "Tadi pagi, aku digigit anjing tetangga." "

  • My Bad Doctor   147. Jodoh

    "Aurora dan Ardy?" tanya Jovi dengan sebelah alis terangkat. "Apa aku tidak salah dengar?" "Sama sekali tidak." Vanessa menggeleng pelan. "Soalnya, aku kemarin melihat interaksi lucu mereka dan itu menggemaskan. Sepertinya mereka akan cocok." Kening Jovi berkerut menatap istri yang dia peluk. Mereka sedang bersantai di atas ranjang, setelah menghabiskan malam panas bersama. Jovi sih masih ingin sekali lagi, tapi memilih menahan diri karena istrinya lelah. Alhasil mereka hanya berpelukan saja. "Tapi bagiku itu tetap aneh." Sayangnya, pikiran Jovi berbeda dengan sang istri. "Aku rasa sifat mereka bertolak belakang dan bisa memicu konflik." "Memangnya sifat kita tidak bertolak belakang?" Vanessa malah memukul dada bidang sang suami. "Sama sekali tidak." Jovi menyangkal dengan entengnya. "Kita sama-sama orang yang senang cari ribut." "Heh, aku tidak seperti itu ya." Kali ini Vanessa bukan memukul lagi, tapi mencubit. Tentu saja rasanya sakit, tapi Jovi hanya bisa meringis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status