Beranda / Romansa / Mutiara Lembah Hitam / Bab 49. Cinta Itu Masih Ada

Share

Bab 49. Cinta Itu Masih Ada

Penulis: Raf
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pram terdengar menghela napas lega.

“Saya segera ke sana,” katanya dengan suara terdengar sungguh-sungguh.

Nesa tercenung. “Apa aku tidak salah dengar?” gumamnya. Pikirannya melayang ke sana kemari. Satu sisi hatinya bahagia karena Pram ternyata masih peduli pada Susan, tapi di sisi lain, ia mengkhawatirkan nasib cintanya dengan Raga.

“Jika benar dia ayahku, apa yang harus kulakukan dengan Raga? Apa cinta yang kupunya untuk Raga bisa kualihkan menjadi cinta adik pada kakak?” Tiba-tiba Nesa bergidik ngeri teringat apa yang telah ia perbuat dengan Raga di malam sebelumnya.

Tergesa ia menggelengkan kepala menghapus bayangan itu. “Aku khilaf ya Tuhan,” keluhnya dengan perasaan tak karuan.

Dengan langkah gontai, Nesa kembali menuju ke ruang perawatan Susan. Tadi ia memilih keluar agar Susan tak mendengar pembicaraannya dengan Pram.

“Apa yang akan Ibu lakukan jika Pram benar datang ke sini?&rdq

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 50. Dia Anak kamu

    Pram memandangi Susan. Perasaannya berkecamuk. Rasa bahagia bercampur prihatin membuat laki-laki itu menghembuskan napas berat. Lalu, secara tak terduga, ia mengelus tangan Susan dengan lembut.Nesa menatap tak percaya. Pemandangan di depan matanya seakan tidak nyata.“Dia mau apa?” batinnya sambil memperhatikan setiap gerakan Pram.Tiba-tiba Susan membuka mata dan terbelalak melihat Pram berdiri begitu dekat di hadapannya.“Pram…..” Ia berbisik dengan suara lemah.“Bagaimana keadaan kamu?” Pram bertanya dengan suara lembut.Susan tampak masih belum percaya. “Pram….Kenapa kamu ada di sini?” Ia menoleh ke arah Nesa, seolah meminta penjelasan.“Nesa dan Raga mengabari yang terjadi sama kamu.” Jawaban Pram membuat Susan menutup mata dan memalingkan wajah.“Seharusnya kamu tidak boleh di sini,” katanya dengan suara lemah. “Aku terlalu malu b

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 51.  Pengakuan

    “Terima kasih Pram. Aku benar-benar berharap Nesa anak kamu. Tidak ada yang lebih pantas untuk jadi ayahnya selain kamu. Dan aku sangat yakin Nesa memang anakmu. Sifat keras kepalanya persis kamu.” Susan merasa kedekatan yang dulu pernah ia rasakan dengan Pram kembali menyeruak. Ia tak merasa sungkan sama sekali. Malah merasa begitu nyaman berada di dekat mantan pelanggan dan juga kekasihnya itu. Wajahnya penuh dengan air mata. Genggaman tangan Pram serasa obat penenang yang membuat tubuhnya tiba-tiba menjadi kuat.Pram memaksakan sebuah senyum untuk Susan, meskipun hatinya benar-benar sedang galau. Hanya dalam waktu hitungan hari, calon menantu yang sangat ia banggakan, tiba-tiba saja dinyatakan sebagai anak kandungnya.“Entah aku harus sedih atau bahagia,” batinnya. “Jika ternyata Susan salah, dia pasti sangat tersiksa karena sudah begitu yakin dengan perasaannya.”Sejumput rasa kasihan menyelinap di hati Pram melihat batapa

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 52. Bukan Pria Sembarangan

    “Kalian tidak boleh menikah, karena kalian adik kakak!Raga dan Nesa menatap Pram dengan pandangan buram.“Itu lagi,” keluh Raga dengan suara tercekat. “Aku bosan mendengar kata-kata itu.” Ia bangkit berdiri hendak pergi meninggalkan ruangan.“Duduk, Raga!” Suara Pram terdengar tegas.“Aku tidak mau mendengar omong kosong itu lagi.” Raga menyahut singkat.Nesa menghela napas dengan wajah memerah menahan gejolak di dadanya yang terasa menggelora. Tak menyangka, kini Pram sendiri yang mengatakannya. Dengan lembut, ia menarik tangan Raga.“Mari kita dengarkan penjelasan mereka, Mas.” Ia menatap Raga dengan pandangan memohon.“Aku tidak mau, Sayang. Mereka terlalu mengada-ada.” Raga bergeming.“Duduk, Raga!” Pram mengulang perintahnya sambil menatap Raga dengan sorot mata dingin. “Papa belum selesai bicara!”Dengan kesal, Ra

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 53. Tes DNA

    Sejenak ruangan itu menjadi tenang. Pram mengelus rambut Susan, lalu melangkah keluar.“Kalian harus melakukan tes DNA,” Susan berkata dengan suara lemah. Hatinya benar-benar gundah. Ia semakin khawatir melihat betapa dekat hubungan Nesa dengan Raga.“Aku tidak akan melakukan itu!” Nesa benci disuruh melakukan test DNA. Padahal sebenarnya ia tidak siap menerima kenyataan.Raga mengenggam tangan Nesa. “Kita harus melakukan tes itu, Sayang. Biar semua menjadi jelas.”“Terima kasih, Raga.” Susan menatap anak mantan kekasihnya itu..“Tante istirahat saja. Saya mau bicara dengan Nesa di luar.” Raga menggamit tangan Nesa dan keduanya meninggalkan Susan yang kini kembali berusaha merebahkan tubuhnya.“Aku akan langsung mendaftar untuk tes DNA.” Raga berkata tegas ketika mereka telah berada di luar ruangan. “Aku tidak mau mengira-ngira dan menebak-nebak hubungan darah di a

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 54. Bas Di Mana?

    Pagi menjelang. Susan merasakan tubuhnya jauh lebih kuat daripada semalam. Wajahnya pun sudah kembali memerah. Ia mengucek mata perlahan, lalu tatapannya terpaku pada Nesa yang tengah bergelung di sofa. Hatinya dipenuhi perasaan bahagia melihat anak gadisnya tampak begitu damai dalam tidurnya.Entah karena memang sudah bangun atau instingnya yang sedang bekerja, Nesa seakan-akan dapat merasakan tatapan Susan padanya sehingga matanya pun membuka dan bertatapan dengan mata Susan yang tengah memandangnya dengan sangat lekat.“Ibu sudah bangun? Bagaimana rasanya pagi ini?” Nesa bertanya dengan suara yang terdengar masih mengantuk.“Alhamdulillah. Ibu merasa jauh lebih sehat dan kuat. Sepertinya Ibu mau kita pulang hari ini. Ibu tidak betah lama-lama di rumah sakit.” Susan menjawab sembari memberikan senyum kecil pada anaknya yang kini terasa sangat dekat dengannya.“Syukurlah. Aku senang mendengarnya. Wajah Ibu juga tampak jauh l

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 55. Anak Cilaka

    “Hei.. halo…? Wah gila nih orang!” Nesa benar-benar tidak menyangka Lee yang menjawab ponsel Bas. Ia merasa ada sesuatu yang sangat janggal. Bergegas Nesa menghubungi Raga.“Mas, sepertinya Lee ada di rumah Bas. Aku telpon Bas, dia yang angkat. Katanya ayahnya harus dihukum karena membawa ibuku ke rumahnya. Mas, tolong panggil polisi ke sana. Mungkin ada tempat persembunyian rahasia di rumah itu. Aku mau telpon temanku yang di Bareskrim Polri. Tolong ya Mas. Segera Mas.”Raga yang tengah sarapan dan belum sempat berbicara, langsung menyela dengan suara tegang.“Yank, kamu di mana? Kenapa pagi-pagi sudah bicara soal Bas dan Lee?”“Aku masih di rumah sakit. Tadi mau kasih kabar Bas tentang Ibu, tapi yang angkat telpon ternyata Lee dan dia mengancam akan menghukum Bas. Aku khawatir dia berbuat yang tidak-tidak pada ayahnya.”“Tapi Bas kan ayah kandungnya?”“Lee itu gila, M

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 56. Tragedi Memilukan

    Pada saat yang bersamaan, di lantai atas, beberapa petugas polisi tengah menyisir rumah Bas dengan sangat teliti. Perintah dari Hutapea untuk mencari kemungkinan adanya bungker di lantai bawah tanah membuat mereka benar-benar meneliti setiap inci rumah itu. Semua kamar diperiksa, semua ruangan diselidiki, bahkan dinding dan lantai tidak luput dari pencarian cermat para petugas.Mereka bahkan menyusuri halaman luas di belakang rumah hingga kolam renang dan bangunan tempat Lee dinyatakan tiba-tiba hilang. Para petugas memfokuskan penelitian yang sangat cermat di setiap inci bagunan itu.Bagunan dua tingkat itu tadinya terlihat biasa dan normal, hingga kemudian salah seorang petugas berteriak kencang ketika menemukan sebuah kenop di bawah rak tempat penyimpanan barbel dan perlengkapan olah raga lainnya.Ketika kenop diputar, dinding lemari bergeser. Lemari bergerak dan saling menjauh sehingga tampaklah sebuah rongga seperti pintu yang menganga.“Di sin

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 57. Berita Duka

    Setelah mengurus administrasi, Nesa bergegas masuk ke ruang perawatan Susan. Ibunya tampak jauh lebih kuat dan sehat. Dokter mengatakan Susan hanya perlu istirahat dan menenangkan diri agar kondisinya kembali pulih.“Bagaimana Nes? Kamu sudah kontak Bas?” Susan lagi-lagi menanyakan Bas. Sepertinya memang ada kontak batin antara suami isteri yang telah lima tahun hidup bersama, meskipun terkadang ada saja persoalan yang membuat mereka kerap bertengkar.Nesa terlihat bingung memikirkan bagaimana cara menyampaikan berita duka itu pada Susan. Ia menghela napas panjang dan menghembuskan kembali dengan pelan sebelum akhirnya berusaha bicara dengan tenang.“Sudah Bu. Lee juga sudah ditemukan.” Ia berkata pelan.“Oya? Syukurlah. Kita bisa lebih tenang. Ibu takut kalo dia masih berkeliaran.” Susan berkata sambil menghembuskan napas lega.“Dia melawan waktu ditangkap, jadi terpaksa ditembak.”Susan menat

Bab terbaru

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 65. Kau Begitu Dekat (Tamat)

    Enam bulan telah berlalu. Namun tak juga ada tanda-tanda Raga akan kembali. Vita berubah menjadi pemurung dan sering duduk diam sendiri di samping jendela di ruang tamunya. Tatapannya kosong menatap gerbang rumah megah yang kini terasa sunyi. Setiap ada yang masuk, matanya berbinar berharap Raga yang datang. Namun tak jua anak kesayangannya yang muncul di depan mata.“Mohon jaga anakku Tuhan.” Kalimat itu tak henti-henti ia ucapkan. Air mata Vita sudah mengering. Namun keyakinan bahwa Raga masih hidup membuat ia tetap memiliki energi untuk bertahan.“Anakku pasti pulang,” lirihnya setiap ingat Raga.Pram pun kini jauh lebih lembut pada Vita. Permintaan Nesa agar Pram mencintai Vita sebagaimana Raga mencintai ibunya, membuat Pram tersentuh. Apalagi melihat betapa sayang Nesa pada istrinya itu.“Papa akan menjaga Mama Vita, Nak,” kata Pram dengan suara bergetar kala suatu hari Vita kembali jatuh sakit dan pingsan.

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 64. Hati Seindah Mutiara

    Waktu terus bergulir. Tak terasa sudah sebulan berlalu. Raga tak juga ditemukan. Nesa dan Vita kini sering bertemu dan saling menguatkan. Vita sangat meyayangi Nesa, calon menantu, gadis kecintaan buah hatinya. Vita mencintai Nesa untuk mengenang cinta Raga pada Nesa.“Mama harap kamu tetap mau bertemu Mama, Sayang,” lirih Vita pada Nesa yang tengah menemani Vita. Sejak Raga menghilang, kesehatan Vita merosot tajam. Saat ini ia bahkan tengah dalam perawatan di sebuah rumah sakit. Nesa mendampingi dengan penuh kasih sayang. Terkadang, bertiga dengan Pram.“Tentu saja, Ma,” sahut Nesa sambil menggenggam tangan Vita. “Aku tidak pernah mencintai orang lain. Mas Raga satu-satunya buatku. Sampai kapan pun aku akan menunggu dia.” Air mata tak terasa merebak di sudut mata Nesa. Entah sudah berapa banyak air mata yang ia kucurkan sejak Raga menghilang. Upaya Pram mengerahkan orang untuk mencari Raga tak membawa hasil, hingga membuat Vita dan

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 63. Fakta Akhirnya Terungkap

    Raga terbaring tak berdaya. Tubuhnya terasa lumpuh. Entah apa yang dilakukan Kei padanya. Ia merasa tenaganya tak tersisa. Bahkan untuk menggerakkan kaki dan tangan saja ia tak lagi punya daya.“Kei,” lirihnya teringat saat terakhir sebelum berada di ruangan asing itu. “Apa yang kamu lakukan padaku?”Tapi semua sudah terlambat. Raga masuk perangkap. Kei bukanlah gadis seperti yang dibayangkannya. Kei seorang Alpha, terlebih lagi ia juga mengidap skizofrenia.Mata Raga nanar menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Ia tak tahu sedang berada di mana.“Ini bukan penthouse dia,” gumumnya gusar. “Apa yang dia mau dariku?” lirihnya mencoba menggerakkan badan.Raga merasa tubuhnya seperti lumpuh. “Ya Tuhan, Kei, apa yang kamu lakukan?” gumamnya panik. Tak pernah ia merasa begini tak berdaya. “Sial! Kei!” teriaknya dengan suara keras. Tapi yang keluar dari mulutnya hanya lenguhan berat

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 62. Sujud Perdana

    Nesa tak bisa tidur. Kabar dari Raga tak kunjung tiba. Matanya sembab. Meski tak pasti tapi Nesa merasa Raga sedang tidak baik-baik saja. Pikirannya benar-benar merasa lelah. Tiba-tiba ia ingin melaksanakan salat. Sudah teramat lama ia mengabaikan kewajiban lima waktunya. Kini Nesa merasa sangat membutuhkan pegangan. Setelah sekian lama, akhirnya ia terpekur di sepertiga malam di atas sajadah milik nenek yang sejak kecil selalu dibawa. Tumpahan air mata membanjiri wajahnya. Berbagai kenangan terpampang di hadapannya. Kepedihan demi kepedihan yang menyelimuti semua anggota keluarganya membuat Nesa terisak hingga subuh menjelang. “Ampuni hamba ya Allah,” gumamnya disela isak yang tak tertahankan. Setelah itu, baru ia merasakan dadanya lapang. Doa-doa tak lepas ia panjatkan untuk keselamatan Raga dan ora

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 61. Raga Hilang?

    Hingga malam, Nesa belum juga dapat kabar dari Raga. Berkali-kali ia hubungi ponsel kekasihnya itu tetapi tetap tidak bisa tersambung. Perasaannya mulai was-was. Raga bukan tipikal laki-laki yang suka menghilang tanpa kabar berita.“Kamu di mana, Mas…?” Pertanyaan itu entah sudah berapa puluh kali ia ucapkan sejak siang. Biasanya Raga balik menelponnya setelah selesai meeting. Tapi kali ini Nesa merasa ada yang janggal. “Tidak biasanya kamu mengacuhkan aku, apalagi saat ada berita penting yang harus kita hadapi bersama.” Nesa berjalan mondar mandir di apartemennya.“Apa apa, Nes? Ibu perhatikan sejak tadi kamu terlihat gelisah,” tanya Susan yang baru keluar dari kamar dengan tatapan curiga.“Harusnya tadi siang aku ambil hasil tes DNA. Tapi aku tunggu Mas Raga malah gak ada kabar sampai sekarang,” jawab Nesa was-was.“Oh. Mungkin ada urusan penting yang tidak bisa disela.” Susan berusaha m

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 60. Wajah Asli Kei

    “Hasil tes DNA sudah keluar, Mas.” Nesa memberitahu Raga melalui sambungan telepon. “Aku mau mengambilnya bareng kamu.”Raga terdengar terdiam cukup lama.“Mas Raga…Kamu masih di sana?”“Oh. Iya.. aku masih di sini. Oke, nanti aku hubungi ya, Sayang. Aku lagi meeting.” Raga langsung memutuskan sambungan. Suaranya terdengar tergesa-gesa.Nesa mengerutkan alisnya.“Lagi meeting? Biasanya kalau lagi meeting, dia tidak angkat telepon tapi langsung wa untuk memberi kabar.” Nesa membatin. Namun ia paksakan untuk tetap berpikir wajar. “Mungkin Mas Raga memang sedang berada di tengah meeting yang sangat urgent. Terlalu banyak masalah yang harus kupikirkan hingga membuat otakku panas,” lirihnya dengan sedikit gelisah.Sementara itu, Raga tengah berada di penthouse sebuah hotel megah di ibu kota. Ia terpaksa datang ke tempat yang diberikan Kei. Gadis itu terus merongrong da

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 59. Hasil Tes DNA

    Seminggu telah berlalu. Proses pemakaman Bas dan Lee berjalan dengan tenang tanpa menimbulkan konflik yang berarti dengan Helena. Gadis itu akhirnya patuh pada Susan dan Nesa. Ia tampak tak berdaya setelah mengetahui kenyataan pahit penyebab kematian ayah dan kakaknya yang tragis. Keduanya terkulai layu saat polisi menceritakan apa yang terjadi. Keangkuhan mereka seakan terbang terbawa angin, hilang lenyap entah ke mana.“Aku benar-benar tidak percaya,” isak Helena saat polisi memberi keterangan. Sang ibu pun tampak sangat terpukul. Wajahnya seputih kapas. Tak ada satu patah kata pun yang sanggup ia ucapkan. Keduanya berpelukan dengan wajah menyiratkaan rasa pedih yang tak terkira.Tak ingin terus terkungkung dalam kenangan menyakitkan akibat tragedi mengerikan itu, akhirnya Helena meminta agar rumah Bas dijual. Susan pun tidak keberatan.“Tidak ada yang yang perlu dikenang dari rumah ini,” lirih Susan dengan mata berkaca-kaca.&nb

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 58. Fakta Menyedihkan

    Hari itu berlalu dengan teramat ruwet. Polisi dan petugas medis bolak balik masuk ke dalam rumah. Untunglah Nesa dan Raga serta Rudi dan Roni tidak pernah beranjak dari lokasi kejadian. Dan keributan semakin menjadi-jadi ketika sesaat kemudian mantan istri Bas dan Helena, anak perempuannya tiba. Keduanya menangis histeris.“Papa…. Abang… “ Helena menjerit begitu memasuki pintu rumah.Beberapa orang berusaha menenangkan gadis remaja usia belasan tahun itu. Wajahnya sembab dan penampilannya acak-acakan. Di sampingnya berdiri mantan istri Bas dengan penampilan yang juga tampak berantakan. Keduanya menangis dan terisak-isak tak henti-hentinya.“Papa.. Abang… Apa yang terjadi pada kalian?” Gadis itu terus meraung.Susan dan Nesa berusaha menenangkan mereka. Tapi di luar dugaan, Helena justru memaki-maki Susan dengan kata-kata kasar.“Pergi dari rumahku, perempuan jahat! Dasar murahan!” jeritnya ke

  • Mutiara Lembah Hitam   Bab 57. Berita Duka

    Setelah mengurus administrasi, Nesa bergegas masuk ke ruang perawatan Susan. Ibunya tampak jauh lebih kuat dan sehat. Dokter mengatakan Susan hanya perlu istirahat dan menenangkan diri agar kondisinya kembali pulih.“Bagaimana Nes? Kamu sudah kontak Bas?” Susan lagi-lagi menanyakan Bas. Sepertinya memang ada kontak batin antara suami isteri yang telah lima tahun hidup bersama, meskipun terkadang ada saja persoalan yang membuat mereka kerap bertengkar.Nesa terlihat bingung memikirkan bagaimana cara menyampaikan berita duka itu pada Susan. Ia menghela napas panjang dan menghembuskan kembali dengan pelan sebelum akhirnya berusaha bicara dengan tenang.“Sudah Bu. Lee juga sudah ditemukan.” Ia berkata pelan.“Oya? Syukurlah. Kita bisa lebih tenang. Ibu takut kalo dia masih berkeliaran.” Susan berkata sambil menghembuskan napas lega.“Dia melawan waktu ditangkap, jadi terpaksa ditembak.”Susan menat

DMCA.com Protection Status