Di dalam kamar rumah sakit, Yansen terus berdiri.Setelah Linda minum dua suap bubur, akhirnya dia bicara, "Kamu ... duduk saja dulu, ya?"Dia merasa agak canggung karena Yansen berdiri dan terus menatapnya."Baik." Yansen duduk di kursi di sampingnya, tatapannya berhenti sebentar di wajah Linda. "Kenapa nggak kasih tahu aku kalau kamu dirawat di rumah sakit?"Linda terkejut.Reaksinya secara refleks adalah, kenapa dia harus memberi tahu Yansen kalau dia dirawat di rumah sakit?Mereka sepertinya tidak terlalu akrab, bukan?Menyadari ucapannya salah, Yansen menundukkan kepala sedikit untuk menyembunyikan rasa canggungnya. "Maksudku ... kemarin kamu baik-baik saja, kenapa tiba-tiba ...."Masih ada luka-luka kecil di wajahnya.Tidak serius, malah menambah sentuhan lembut pada wajahnya yang tampan dan polos."Wajahmu baik-baik saja?" Karena merasa bersalah dan perasaan tidak enak lainnya, Linda merasa harus menanyakan hal itu."Nggak apa-apa." Yansen menggelengkan kepala, dan saat itu dia
Di hadapannya, terlihat sosok pria yang tinggi tegap, berjalan mendekat dengan cepat. Dia meletakkan kue di atas meja, dan berjongkok di depan Linda.Kemudian, Linda terkejut merasakan kehangatan di pergelangan kakinya. Saat dia melihat ke bawah, Yansen sedang memegang betisnya, mengangkat kakinya dari lantai, lalu menepuk telapak kakinya dengan tangannya yang lain.Linda terkejut dan hendak menarik kakinya, ketika tiba-tiba terdengar suara tawa kecil dari arah pintu."Sudar?"Sudar berdiri dengan tangan terlipat di ambang pintu, pandangannya melirik Yansen dengan tatapan mengejek di wajahnya. "Kak Linda, apa kamu nggak merasa bersalah melakukan ini pada Kak Josua?"Hati Linda seperti terhimpit. "Sudar, antara aku dan Josua, lebih baik nggak usah bicara soal merasa bersalah atau tidak. Dia saja nggak berhak menanyakan ini padaku, apalagi kamu.""Benar." Sudar mengangguk, "Kak Josua berkorban banyak demi adikmu, Liana, dan Yohan, tapi kamu nggak pernah menyebutkan itu. Kamu hanya memiki
"Apa yang kamu lakukan?!" Raisa melompat mundur dan berteriak kaget.Bukannya mundur, Sudar malah makin mendekat, memojokkan Raisa hingga ke sudut."Sudar!" Raisa mengulurkan kedua tangannya, mencoba mendorongnya pergi. Namun, saat tangannya menyentuh dada Sudar, dia merasakan otot-otot yang kencang di balik baju, rasanya seperti mendorong batu.Meskipun sudah berusaha mendorong lama, Sudar tidak bergerak sama sekali, hampir sepenuhnya menekan tubuhnya ke dinding. Jika kedua lengannya yang terangkat tidak berada di antara mereka, tubuh mereka mungkin sudah menempel erat.Wajah Raisa memerah karena malu, tepat saat beberapa orang keluar dari lift, menoleh ke arah mereka berdua. Mereka berlalu, tapi masih terdengar tawa kecil yang sedikit menggoda.Sudar menundukkan kepalanya, menatap Raisa sambil tertawa kecil, "Raisa, kamu sangat ingin mengaturku, apa karena kamu ingin jadi pacarku?""Huh!" Raisa hampir ingin memukulnya, wajahnya memerah sambil membalas, "Siapa yang mau jadi pacarmu? P
"Itu ...." Raisa hampir saja mengatakan semua yang baru saja terjadi, tetapi wajah Sudar tiba-tiba terlintas dalam benaknya.Hasan adalah orang yang baik dan lurus, berbeda dengan Sudar yang selalu terlibat dalam hal-hal licik.Jika mereka benar-benar berkelahi, Hasan bukan tandingan Sudar.Setelah mempertimbangkan dengan hati-hati, Raisa memutuskan untuk tidak memberi tahu Hasan. Dia khawatir Hasan akan marah dan mencoba membelanya, yang justru hanya akan memperumit keadaan."Siapa? Beri tahu aku," Hasan menggenggam lengannya, menariknya lebih dekat ke arahnya, sambil menatapnya dengan wajah serius.Tampaknya dia hanya menunggu Raisa menyebut sebuah nama, dan dia akan langsung pergi tanpa ragu untuk menghajar orang tersebut!Tepat pada saat itu, bunyi "ding" terdengar dari lift yang ada di hadapan mereka.Raisa melihat ke arah sana dan melihat Sudar berjalan keluar dari lift dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.Karena mereka berhadapan, Sudar juga melihat Raisa dan Hasan.Nam
Keluarga Reihano.Ketika Reno masuk ke rumah sambil membawa jaketnya, kedua orang tuanya sedang duduk tegak di sofa ruang tamu, menatapnya dengan serius."Ayah, Ibu, kenapa kalian memanggilku pulang dengan tergesa-gesa? Ada apa?" Reno berjalan mendekat, lalu duduk di sofa dengan sikap santai, tampak lelah.Akhir-akhir ini, dia telah mencurahkan segala usaha untuk menyelesaikan urusan Liana dan Yohan.Kini Liana dan Yohan akhirnya bersama, namun setelah selesai dengan urusan mereka, dia masih harus menghadapi setumpuk pekerjaan di perusahaan.Dia benar-benar sibuk sekali.Begitu menerima telepon dari kedua orang tuanya, dia segera pulang.Ratna berkata, "Kamu punya kontak Josua, 'kan?""Punya. Kenapa?""Hubungi dia, bilang padanya jangan lagi mengusik kakakmu." Ratna yang biasanya lembut, jarang sekali bersikap serius seperti ini.Mendengar itu, Reno tidak terlalu memikirkannya. "Bu, itu urusan Kakak dan Josua. Meski Ibu melarang, nggak ada gunanya. Baik Kakak maupun Josua, menurut Ibu,
"Akan kujaga dia."Telepon terputus, Josua bersandar di kursi besar. Belum dua menit beristirahat, asistennya membuka pintu dan masuk, "Pak Reno, ada masalah."...Linda sudah tiga hari di rumah sakit.Yansen, demi mendukung sandiwaranya, datang setiap hari tepat waktu. Terkadang dia bahkan tinggal sepanjang hari, dan tidak merasa bosan.Saat Ratna dan yang lainnya ada, dia hanya diam di samping, sibuk dengan ponselnya.Namun, saat tidak ada orang, dia sering memulai percakapan dengan Linda, berbicara tentang hal-hal sepele sehari-hari.Dia bercerita banyak tentang kejadian-kejadian lucu saat dia belajar di luar negeri, tetapi Linda jarang menanggapi, juga enggan memotong pembicaraannya. Jadi, Linda hanya mendengarkannya dengan sabar.Namun, sebenarnya topik yang diceritakan oleh Yansen mudah terlupakan olehnya. Terkadang, bahkan saat Yansen masih asyik bercerita, Linda sudah mulai melamun.Linda terus menunggu Josua datang.Selama tiga hari ini, Josua tidak muncul satu kali pun.Mungk
Dia mengatakan bunga itu bisa berubah menjadi tujuh warna berbeda dalam satu hari, sangat memesona. Sayangnya, masa mekarnya sangat singkat. Saat matahari terbenam, setelah memancarkan warna terakhirnya, bunga itu akan layu bersama dengan datangnya malam. Setelah semalam, keesokan harinya, akarnya akan membusuk sepenuhnya, tanpa meninggalkan apa-apa, seolah-olah bunga itu tidak pernah ada di dunia ini.Satya mendengarkan dengan penuh perhatian, "Ada fotonya?"Yansen menggelengkan kepala. "Bunga ini sangat langka. Saat itu, adalah pertama kalinya aku melihatnya. Aku berencana memotret proses mekarnya keesokan harinya, tapi ketika aku kembali, yang tersisa hanyalah akar yang sudah membusuk.""Begitu ya ...." Satya tampak menyayangkan.Yansen buru-buru berkata, "Jangan khawatir, lain kali kalau aku ke sana, aku akan coba mencarinya lagi. Kalau aku menemukannya, aku pasti akan memotretnya untukmu."Satya mengangguk, rasa kagum bertambah dalam tatapannya kepada Yansen. "Kalau begitu, aku ja
Pramugari dengan sabar mendengarkan permintaannya, lalu menggelengkan kepala dan berkata, "Maaf Pak, untuk hal ini, Anda mungkin perlu bertanya kepada Pak Josua.""Pak Josua?" Yansen mengikuti arah pandangan pramugari, dan melihat sebuah sosok tinggi dan tegap berjalan mendekat.Itu tidak lain adalah Josua.Josua berjalan mendekat, tatapan dinginnya menyapu wajah Yansen, "Kamu menghalangi jalan."Auranya terlalu kuat. Meskipun Yansen tidak ingin mundur, kedua kakinya secara refleks sudah melangkah ke samping satu langkah.Saat dia sadar, Josua sudah duduk di kursinya.Yansen memandang Linda dengan khawatir, ekspresinya menunjukkan rasa khawatir jika wanita itu akan diperlakukan buruk. Akhirnya dia mengumpulkan keberanian dan berkata, "Pak Josua, bolehkah aku bertukar tempat duduk denganmu?"Josua bahkan tidak mengangkat kepalanya, dia menoleh ke Linda dan bertanya, "Apa kamu mau duduk bersamanya?"Linda yang sudah terkejut melihatnya di sini, kini bingung harus menjawab apa dengan pert
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,