Reno hanya melirik sekilas, "Sama saja, 'kan?"Ratna segera menatapnya dengan tajam, "Sama bagaimana? Nana ini sangat lucu, lembut dan manis, jelas berbeda.""Baiklah, baiklah, kalau Ibu bilang berbeda, ya sudah berbeda." Dalam hal ini, Reno tidak punya energi untuk berdebat dengan ibunya. Agar tenang, dia hanya perlu mengikut saja.Namun, Ratna tidak ingin melepasnya begitu saja. Dia menempelkan Nana ke pelukan Reno, "Peluklah."Tiba-tiba ada bayi dalam pelukannya, Reno langsung marah, "Bisa diambil lagi, nggak?"Baru saja dia selesai berbicara, beberapa pasang mata di ruang tamu langsung tertuju kepadanya.Dengan tatapan Yohan yang paling tajam, dia bertanya, "Bilang apa kamu?"Suasana menjadi hening.Ratna menepuk dahi Reno, "Dapat kesempatan memeluk bayi itu membawa keberuntungan, jangan bersikap nggak tahu diri!""...." Reno memandang ibunya sebentar, dalam hati ingin menjawab, "Keberuntungan ini, mau ibu ambil juga, nggak?"Namun, jika dia mengatakan itu, ibunya pasti akan menjaw
Reno tidak terkejut melihat Sinta, malah dengan tenang mengangkat alisnya, sambil berdiri telanjang di situ, rambut basahnya masih meneteskan air.Awalnya Sinta terkejut, lalu menjadi tenang. Dia memandang Reno dari atas ke bawah dan akhirnya fokus pada satu bagian tubuhnya dan mengeluarkan suara "tssk".Reno tertegun.Sinta mengangkat dagunya, "Pakaianmu ada di tempat tidur, ibumu menyuruh aku membawakan ini untukmu."Reno tetap berdiri tanpa bergerak, "Di mana?""Di tempat tidur.""Aku nggak lihat."Sinta tidak bisa berkata-kata.Dia tahu Reno sengaja melakukan itu. Sebagai anak yang sejak kecil selalu dimanjakan, kadang-kadang perilakunya yang kurang baik bisa dipahami. Yang terpenting, Sinta siap memanjakannya.Sinta berjalan ke tepi tempat tidur. Baru saja dia membungkuk untuk mengambil pakaian, Reno menghampirinya dari belakang sambil memegang pergelangan tangannya dan membalikkan tubuhnya, lalu menekannya di tempat tidur."Apa maksud dari suara 'tssk' tadi?"Mata Sinta berkedip,
Kemudian dia menutup pintu kamar dan pergi.Setelah mendengar langkah kakinya menjauh hingga benar-benar menghilang, Reno yang merasa agak kesal mulai menggaruk-garuk kepalanya. Dia menunduk, melihat bagian tubuhnya, dan dengan geram melanjutkan mandi air dingin selama empat puluh menit di kamar mandi .......Liana baru saja selesai mandi dan keluar, sementara Ratna masih memeluk Nana dan sedang berbicara dengan Linda.Melihatnya keluar, Linda berdiri mendekatinya dan menyentuh rambutnya, "Aku akan mengeringkan rambutmu."Liana duduk di depan meja rias, hanya mengoleskan sedikit produk perawatan kulit, dan Linda berdiri di belakangnya, mengeringkan rambutnya. Melalui cermin, terlihat Ratna terus-menerus menggoda Nana.Dia bermain dengan Nana selama rambut Liana dikeringkan, dengan penuh kesabaran.Linda mematikan pengering rambut, dan tersenyum, "Sepertinya ibu benar-benar sangat menyukai Nana."Setelah mengatakan itu, Nana tertawa ceria.Momen kehangatan antara yang tua dan yang muda
Mereka saling memandang. Yohan mendekat dan menggenggam tangannya, "Malam ini dingin, aku bisa pergi sendiri."Liana menggeleng. Setelah kejadian seperti ini, bagaimana mungkin dia bisa tidur?"Aku akan pergi denganmu.""Baiklah."....Sesampainya di rumah sakit, Sherina masih berada di ruang gawat darurat.Perawat membawakan formulir risiko operasi dan formulir persetujuan, meminta Yohan untuk menandatangani.Liana melihat di salah satu formulir tertulis "Pengangkatan satu saluran tuba falopi.""Apa maksudnya? Kenapa harus mengangkat saluran tuba falopi?"Perawat menjelaskan, "Karena pasien mengalami kehamilan di luar rahim yang menyebabkan pecahnya tuba falopi dan pendarahan hebat. Untuk menyelamatkan nyawanya, kami harus mengangkat salah satu tuba falopinya."Liana sangat terkejut, "Kehamilan di luar rahim?"Yohan segera menandatangani dan menyerahkan dokumen itu kepada perawat.Liana menggigit bibirnya. Di rumah sakit yang dingin di tengah malam, seolah-olah ada rasa dingin yang me
Liana tidak sempat mengatakan apa-apa, karena Yohan menariknya keluar dari kamar pasien."Yohan." Liana menarik lengannya. "Aku merasa nggak enak meninggalkan Sherina begitu saja.Yohan menoleh kepadanya, tampak sedikit nggak senang, "Apa maksudmu menarikku tadi?""Hah?"Yohan mendekat, "Kamu menarik suamimu untuk berjabat tangan dengan wanita lain. Liana, berani sekali kamu."Liana terkejut sejenak, baru kemudian menyadari apa yang dia maksud. "Sherina 'kan bukan orang lain, dia adikmu."Meskipun Liana juga merasa ada yang tidak beres dengan sikap Sherina tadi, dia tidak berpikir buruk."Adik tapi juga lawan jenis," keluh Yohan. Sambil menggenggam tangan Liana lebih erat, dia berkata dengan tulus, "Liana, bisa nggak kamu sedikit lebih sensitif? Jangan terlalu baik hati. Setidaknya, untuk aku, jadilah sedikit lebih keras kepala, jangan terlalu dermawan."Liana tersenyum, "Ada apa denganmu? Biasanya, aku yang cemburu, kenapa sekarang justru kamu yang kesal?""Apa kamu sudah mengikuti al
Akhirnya Liana mengerti.Sherina ingin menyalahkan dia, ya?Dia merasa agak terkejut, karena tidak mengerti alasan Sherina berkata seperti itu. Liana tidak langsung membela diri, tapi bersikap agak dingin.Sherina hanya fokus pada Yohan, dan melanjutkan ceritanya, "Kak Liana bilang, sebagai seorang ibu, tidak boleh mudah menyerah pada anak. Aku sebenarnya sudah menjadwalkan waktu untuk aborsi, tapi Kak Liana menyuruhku membatalkannya. Kalau kamu nggak percaya, aku masih punya bukti jadwalnya di ponselku."Yohan hanya mendengarkan dengan tenang, tidak mengatakan sepatah kata pun.Suasana di kamar pasien sangat tegang.Liana mulai panik, "Yohan, aku nggak pernah mengatakan hal-hal seperti itu ...."Yohan menatapnya, "Kamu nggak perlu menjelaskan.""...."Kemudian, seorang perawat masuk ke dalam ruangan."Pak Yohan."Yohan memberikan beberapa instruksi, intinya adalah agar perawat itu merawat Sherina dengan baik, dan memberikan nomor telepon jika ada hal-hal penting.Dia tidak membahas la
Yohan tiba-tiba membungkuk, menarik sabuk pengaman Liana dan mengaitkannya. Setelah itu, masih dalam posisi dekat dengannya, Yohan memandang wajahnya, dan bertanya, "Sekarang kamu baru tahu rasanya cemas?"Liana mengerjapkan mata, tidak mengerti."Tadi bukannya kamu sangat baik hati? Terus-menerus mendorongku ke arah Sherina?"Liana menggerakkan bibirnya, "Aku sepertinya agak bodoh."Yohan memeluknya dengan lembut, bibirnya menyentuh pipi Liana dan berbisik di telinganya, "Liana, kamu tahu apa yang paling menarik dari dirimu bagiku?"Liana menggeleng tidak tahu.Sebenarnya dia sangat biasa, orang yang sangat biasa. Dibandingkan dengan Yohan, mereka sangat berbeda.Awalnya, dia adalah seorang karyawan kecil di perusahaan, sementara Yohan adalah bos besar dengan posisi tinggi.Sebelum bergabung dengan Perusahaan Lewis, Liana tidak pernah membayangkan dia akan terlibat dengan Yohan. Namun, nasib memang begitu aneh. Hanya karena sebuah kebetulan pada malam itu, segalanya dimulai dan kemudi
Malam itu, Liana makan malam di rumah keluarga Reihano, lalu mengemudi membawa Nana pulang ke rumah.Setibanya mereka di depan pintu rumah, saat lampu mobil berkedip sejenak, dia seperti melihat bayangan hitam melintas di antara bayang-bayang pepohonan.Dia memarkir mobil di halaman, menggendong Nana turun dari mobil, lalu berdiri diam sambil melihat ke arah sana.Lampu jalan bergaya Eropa memancarkan cahaya hangat, tetapi jika ada yang bersembunyi di balik bayangan pepohonan itu, memang akan sulit terlihat. Namun, Liana merasa yakin, ada seseorang yang bersembunyi di situ.Saat ini, Yohan belum pulang, Liana hanya sendiri sambil menggendong anaknya, dan tidak berani mendekat. Nana yang ada di dalam pelukannya mengeluarkan suara pelan dan Liana menenangkannya dengan suara lembut. Kemudian, dari arah bayangan pepohonan terdengar suara gemerisik.Liana tiba-tiba menengadah dan berteriak, "Siapa di sana?"Suasana hening.Yang menjawabnya hanyalah kesunyian.Area sumber suara itu sekarang
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,