Ekspresi Widia tampak tidak biasa, dia melirik ke dalam ruangan dan berkata, "Tanya saja padanya."Liana masuk ke dalam ruangan dan melihat Sherina memeluk Nana, duduk di sofa dengan wajah masih basah oleh air mata. Dia menggigit bibir bawahnya dengan kencang, terlihat seperti baru saja melakukan kesalahan.Saat itu, Nana sudah tidak menangis lagi, dia terbaring tenang dalam pelukan Sherina.Begitu Liana mendekat, Sherina langsung berlutut di lantai sambil menangis, "Kak Liana, aku nggak sengaja menjatuhkan Nana!""Apa?" Liana terkejut dan segera mengambil Nana, tangannya sampai gemetar menahan sedih.Widia di sampingnya berkata, "Aku juga nggak tahu bagaimana dia bisa menjatuhkannya. Saat itu Nana sudah terlempar jauh, hampir saja kepalanya menghantam sudut dinding .... Untung selimutnya cukup tebal, jadi bisa sedikit menahan, kalau nggak ...."Mendengar kata-kata ini saja sudah membuat Liana sangat terkejut.Anak kecil pada usia ini sangat rapuh, terutama di bagian kepala. Jika benar
"Tidak bisa dijelaskan ...." Widia agak ragu dalam memilih kata-kata, dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya. "Pokoknya, kamu dan Pak Yohan harus lebih waspada, lagi pula dia orang luar. Masalah anak, harus lebih hati-hati."Liana melihat keluar jendela dengan tatapan mendalam. "Ya. Kejadian seperti hari ini nggak boleh sampai terjadi lagi!"....Setelah mengantar Liana pulang, Widia pergi.Ketika Liana masuk dengan anaknya, Sherina berdiri di pintu masuk, berusaha untuk memeluk Nana, tetapi Liana secara otomatis menghindar.Sherina terdiam sejenak, menarik tangannya kembali, lalu membungkuk dan mengambil sandal dari rak sepatu, meletakkannya di samping kaki Liana sambil diam.Melihat gerakan Sherina yang hati-hati, Liana merasa tidak enak. Dia memakai sandal dan masuk ke rumah, "Sudah diperiksa, Nana nggak apa-apa."Begitu Liana selesai bicara, air mata Sherina mulai turun.Sepertinya Sherina tidak bisa menangis dengan keras, bahkan suaranya pun tidak berani keluar. Air matanya jatuh
"Kak Liana, aku merasa sangat bersalah padamu dan Kak Yohan. Apa yang terjadi hari ini semua kesalahanku, aku tahu semua sudah terjadi dan nggak bisa diperbaiki. Aku tahu nggak ada gunanya aku bicara lebih banyak." Sherina menundukkan kepala, berbicara dengan nada tenang.Liana terkejut, "Tapi, kamu juga nggak bisa menyakiti diri sendiri seperti ini, 'kan?""Kak Liana, aku hanya bisa melakukan ini agar hatiku merasa lebih baik. Jangan merasa terbebani, ini nggak ada hubungannya denganmu. Ini adalah hukuman untuk diriku sendiri!"Liana termenung.Saat dia hendak berkata sesuatu, Nana kembali menangis.Liana sibuk menenangkan anaknya. Sherina melihatnya sejenak, lalu berkata, "Aku pergi dulu, kalau ada yang perlu, panggil saja aku."Liana memandang kepergiannya dengan perasaan yang campur aduk....Setelah kelas selesai, Citra mengundang Linda ke kafe terdekat.Setelah duduk, Citra memberikan menu kepada Linda, "Aku tidak tahu seleramu, lihatlah sendiri, mau minum apa? Aku yang traktir."
"Jadi, maksudmu, ketika kamu mengalami kesulitan, Liana harus diam saja menerimanya. Tapi setelah kamu berhasil, kamu kembali mencarinya dan berharap Liana akan langsung kembali ke pelukanmu? Tante Citra, nggak ada yang semudah itu di dunia ini. Liana memang baik hati, tapi dia juga bisa membedakan mana yang benar dan salah. Kamu pikir dengan alasan kesulitan dan keadaan yang memaksa, semua kesalahan yang sudah dilakukan bisa langsung dimaafkan dan semua tanggung jawab bisa langsung dihapus begitu saja?"Citra merasa malu dan tidak bisa berkata apa-apa.Linda menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Dulu kamu sudah menyakiti Liana satu kali, sebaiknya jangan menyakiti dia lagi sekarang.""Linda ...."Linda berdiri, "Aku yang bayar untuk kopi ini, dan aku nggak akan menghadiri kelasmu lagi besok."Setelah itu, Linda meninggalkan kafe.Citra duduk sendiri dengan tenang selama beberapa saat, lalu menyeruput kopinya....Setelah keluar dari kafe, perasaan Linda agak kacau.Meskipun dia su
Liana berpikir sejenak, lalu berkata, "Sepertinya ... nggak mungkin itu terjadi.""Kenapa?""Pikirkan saja, dulu dia sudah meninggalkanku dan selama bertahun-tahun nggak pernah datang mencariku. Itu artinya dia sama sekali nggak mencintaiku dan nggak peduli padaku. Mungkin dia sudah lama melupakanku, jadi bagaimana mungkin dia akan kembali mencariku?""Bagaimana kalau dia benar-benar kembali mencarimu?"Liana tertegun."Kakak, kenapa tiba-tiba menanyakan pertanyaan aneh seperti ini?"Linda tersenyum, "Nggak apa-apa, hanya tiba-tiba ingin bertanya.""Kak, aku nggak pernah memikirkan pertanyaan ini sebelumnya.""Kalau begitu, jangan dipikirkan lagi." Dengan penuh kasih sayang Linda memeluknya. "Kakak yang salah. Kakak seharusnya nggak menanyakan hal ini padamu.""Nggak apa-apa," jawab Liana sambil tersenyum pahit.Sebenarnya, dia berbohong kepada Linda. Dia sudah memikirkan pertanyaan ini, dan bukan hanya sekali.Namun, sepertinya dia belum menemukan jawabannya.Jika orang itu benar-bena
Reno hanya melirik sekilas, "Sama saja, 'kan?"Ratna segera menatapnya dengan tajam, "Sama bagaimana? Nana ini sangat lucu, lembut dan manis, jelas berbeda.""Baiklah, baiklah, kalau Ibu bilang berbeda, ya sudah berbeda." Dalam hal ini, Reno tidak punya energi untuk berdebat dengan ibunya. Agar tenang, dia hanya perlu mengikut saja.Namun, Ratna tidak ingin melepasnya begitu saja. Dia menempelkan Nana ke pelukan Reno, "Peluklah."Tiba-tiba ada bayi dalam pelukannya, Reno langsung marah, "Bisa diambil lagi, nggak?"Baru saja dia selesai berbicara, beberapa pasang mata di ruang tamu langsung tertuju kepadanya.Dengan tatapan Yohan yang paling tajam, dia bertanya, "Bilang apa kamu?"Suasana menjadi hening.Ratna menepuk dahi Reno, "Dapat kesempatan memeluk bayi itu membawa keberuntungan, jangan bersikap nggak tahu diri!""...." Reno memandang ibunya sebentar, dalam hati ingin menjawab, "Keberuntungan ini, mau ibu ambil juga, nggak?"Namun, jika dia mengatakan itu, ibunya pasti akan menjaw
Reno tidak terkejut melihat Sinta, malah dengan tenang mengangkat alisnya, sambil berdiri telanjang di situ, rambut basahnya masih meneteskan air.Awalnya Sinta terkejut, lalu menjadi tenang. Dia memandang Reno dari atas ke bawah dan akhirnya fokus pada satu bagian tubuhnya dan mengeluarkan suara "tssk".Reno tertegun.Sinta mengangkat dagunya, "Pakaianmu ada di tempat tidur, ibumu menyuruh aku membawakan ini untukmu."Reno tetap berdiri tanpa bergerak, "Di mana?""Di tempat tidur.""Aku nggak lihat."Sinta tidak bisa berkata-kata.Dia tahu Reno sengaja melakukan itu. Sebagai anak yang sejak kecil selalu dimanjakan, kadang-kadang perilakunya yang kurang baik bisa dipahami. Yang terpenting, Sinta siap memanjakannya.Sinta berjalan ke tepi tempat tidur. Baru saja dia membungkuk untuk mengambil pakaian, Reno menghampirinya dari belakang sambil memegang pergelangan tangannya dan membalikkan tubuhnya, lalu menekannya di tempat tidur."Apa maksud dari suara 'tssk' tadi?"Mata Sinta berkedip,
Kemudian dia menutup pintu kamar dan pergi.Setelah mendengar langkah kakinya menjauh hingga benar-benar menghilang, Reno yang merasa agak kesal mulai menggaruk-garuk kepalanya. Dia menunduk, melihat bagian tubuhnya, dan dengan geram melanjutkan mandi air dingin selama empat puluh menit di kamar mandi .......Liana baru saja selesai mandi dan keluar, sementara Ratna masih memeluk Nana dan sedang berbicara dengan Linda.Melihatnya keluar, Linda berdiri mendekatinya dan menyentuh rambutnya, "Aku akan mengeringkan rambutmu."Liana duduk di depan meja rias, hanya mengoleskan sedikit produk perawatan kulit, dan Linda berdiri di belakangnya, mengeringkan rambutnya. Melalui cermin, terlihat Ratna terus-menerus menggoda Nana.Dia bermain dengan Nana selama rambut Liana dikeringkan, dengan penuh kesabaran.Linda mematikan pengering rambut, dan tersenyum, "Sepertinya ibu benar-benar sangat menyukai Nana."Setelah mengatakan itu, Nana tertawa ceria.Momen kehangatan antara yang tua dan yang muda
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,