Liana agak terkejut, dia tidak menyangka kalau Yohan akan menanyakan pertanyaan ini. Liana pun mengangguk dengan jujur, "Ya.""Apa gaji yang aku berikan kurang?" Nada suaranya terdengar agak kasar."Bukan begitu ...." Liana tidak berani mengatakan kalau gajinya tidak cukup. Sebenarnya, kalau Candra tidak kabur saat membayar tagihan malam itu, dia tidak harus hidup dengan sangat hemat dan bekerja paruh waktu. Tetapi, ada masalah keluarga yang tidak perlu dia beritahukan, jadi dia tidak banyak bicara.Yohan menatapnya dan dengan suara yang dalam berkata, "Aku beri kamu kesempatan untuk menjelaskannya."Liana berkata pelan, "Saya baru saja pindah dari rumah kakak dan telah menghabiskan semua uang saya. Selain itu, saya masih punya hutang 1 juta kepada Anda. Gaji masih akan dibayarkan setengah bulan lagi, jadi saya ....""Apa yang aku katakan saat meminjamkanmu uang?"Liana bertanya-tanya.Yohan menatap mata polos Liana, dia marah dan merasa itu lucu, "Kamu sudah lupa?"Liana menggelengkan
Namun, mereka sepertinya tidak mendengarnya, dan malah menjadi makin kejam. Pria itu dengan keras mendorong wanita itu ke dinding cermin, menyentuh kaki putihnya dengan tangannya, dan langsung mengangkat rok pendek wanita itu.Liana tercengang melihat kejadian itu.Tiba-tiba, sebuah tangan terulur dan dengan lembut menutupi matanya, kemudian suara Yohan terdengar di telinganya, "Apa kamu masih mau melihatnya?"Liana melihatnya mengulurkan satu tangannya yang lain dan menekan lantai terdekat.Begitu pintu lift terbuka, Yohan meraih lengannya dan membawanya keluar dari lift."Kamu nggak apa-apa, 'kan?" Yohan bertanya.Liana yang masih tersipu menggelengkan kepalanya dengan gugup, "Tidak apa-apa."Yohan menatapnya sambil tersenyum. "Kenapa wajahmu memerah?""Hah?" Liana yang panik dan buru-buru menutupi pipinya dengan kedua tangannya yang terasa panas itu. Terutama karena adegan tadi terlalu eksplosif, dan dia bersama Yohan, seolah-olah dua orang sedang menonton film semacam itu ... Liana
Itu adalah mobil pribadi Yohan, biasanya hanya Hasan yang bisa mengendarainya, tetapi dia dengan santai menyuruh Liana untuk membawa mobilnya pulang, seolah-olah itu adalah hal biasa. Di seluruh perusahaan, Hasan adalah satu-satunya orang yang memenuhi syarat untuk mengantar mobil bosnya pulang. Bahkan Helena, yang telah bekerja di perusahaan tersebut selama lebih dari setahun, tidak pernah menerima kehormatan ini. Belum lagi Liana adalah pendatang baru.Liana menggelengkan kepalanya dan meletakkan kunci mobil di kap mobil, "Terima kasih, Pak Yohan, atas kebaikan Anda. Saya akan naik taksi. Selamat tinggal, Pak Yohan."Setelah mengatakan itu, dia melihat ke arah Helena, berbalik, dan pergi.Melihat Liana yang pergi, Helena berkata, "Bagaimana Liana bisa bersamamu? Apa kamu mengajaknya bersosialisasi di malam hari?"Yohan meliriknya, "Dia adalah karyawan perusahaan dan juga asistenku. Apa ada yang salah kalau aku mengajaknya bersosialisasi?"Helena tercekat oleh pertanyaan retorisnya, "
Yohan mengambil ponselnya dan berkata, "Jaga dia, bagaimanapun juga dia adalah adikmu.""Hei, kenapa kamu memarahiku ...."Reno belum selesai bicara, tetapi teleponnya sudah diputus.Yohan berbalik dan menatap langsung ke arah Helena yang berdiri di depan pintu sambil menguping, "Ada apa?"Pria itu baru saja mandi, dan masih ada rasa lembab di sekujur tubuhnya. Rambut hitamnya tergerai bebas di keningnya, terlihat sangat seksi. Helena sengaja mendekat karena ingin dekat dengannya, dan berkata, "Aku nggak bisa tidur dan ingin ngobrol denganmu."Yohan agak mengernyit, "Apa yang mau kamu bicarakan?"Helena menggigit bibirnya, tahu kalau dia harus memperjuangkannya, jadi dia mendekati Yohan dan mengambil inisiatif untuk meraih pinggang Yohan. Sambil berjinjit, bibir merahnya sampai ke bibir Yohan, "Pak Yohan, aku sudah menantikan ini, aku mau ...."Dering telepon yang tiba-tiba mengganggu Helena. Yohan langsung mendorongnya menjauh saat ponselnya berdering. Dia mengangkat dan berjalan bebe
Namun, yang berbicara dalam telepon itu adalah Candra. "Cepat datang ke rumah sakit, kakakmu sekarat."Tangan Liana langsung gemetar dan kuncinya jatuh ke tanah. Dia bertanya dengan suara bergetar, "Kakak kenapa?""Cepat datang, kalau terlambat kamu nggak akan bisa bertemu dia lagi." Candra sangat terburu-buru dan menutup telepon setelah berbicara dengan tergesa-gesa.....Saat Liana sampai di rumah sakit, dia hanya melihat Candra yang duduk sendirian di kursi dekat pintu ruang gawat darurat, kepalanya tertunduk, seolah-olah dia telah melakukan kesalahan besar.Liana menghampirinya. "Kakak ipar, dimana kakakku?"Candra mengangkat kepalanya dan mengangkat dagunya menunjuk ke ruang gawat darurat.Liana berdiri di pintu, tetapi tidak bisa melihat apa pun. Dia cemas, jadi dia langsung bertanya beberapa pertanyaan lagi, "Sebenarnya apa yang terjadi dengan kakakku?""Nggak ... nggak kenapa-kenapa ...." Mata Candra terlihat mengelak. "Aku bertengkar dengannya, lalu ....""Kamu memukulnya?" Li
Bangsal menjadi sunyi, dan Linda bertanya dengan perhatian, "Liana, kamu kenapa?"Liana melihat roti di tangannya. Setelah beberapa saat, dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Kakak, apa kamu bahagia?"Linda tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Tentu saja. Dulu hidup kita sangat sulit. Mengingat masa lalu kita, aku bahkan nggak tahu bagaimana kita bisa bertahan di masa itu. Tapi, itu semua cuma masa lalu. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja.""Apa semuanya benar-benar sudah baik-baik saja?" Mata Liana memerah, "Aku belum pernah melihatmu tersenyum sejak kamu menikah dengan Candra.""Ngomong apa kamu? Bukankah sekarang aku sedang tertawa?"Liana merasa getir di hatinya. Dia memegang tangan kakaknya dan berkata dengan tatapan tegas, "Kakak, kamu harus bercerai."Linda sangat terkejut, karena ini sama sekali bukan sesuatu yang bisa dikatakan oleh Liana. Dia cukup terkejut, "Liana, kamu ....""Aku tahu kalau kakak memilih menikah dengan Candra untuk memberiku keluarga dan dukungan. Tetap
Liana tidak menyangka semuanya akan jadi seperti ini. Tepat saat dia hendak menjelaskan, dia mendengar Yohan berkata dengan pelan, "Maksudmu, aku harus melapor kepada kalian saat aku melakukan sesuatu?"Dia berbicara dengan lembut, tetapi tekanan dalam nadanya sangat kuat."Pak Yohan, bukan itu maksud saya. Saya cuma mau memperjuangkan keadilan bagi semua orang ....""Aku mengajak Liana karena aku melihat kualitas dalam dirinya. Untuk bagaimana aku mau menggunakannya, seberapa aku suka menggunakannya, dan bahkan bagaimana melindunginya, itu semua urusanku. Tugas kalian adalah melakukan bagian kalian. Bukannya berkumpul dan mengajari atasan untuk melakukan sesuatu.""..." Widia tidak berdaya mendengar kata-kata ini, dan semua orang juga menundukkan kepala, tidak berani memberikan pendapat lebih jauh.Yohan menoleh ke Hasan dan berkata, "Bukankah hari ini akan ada orang baru yang datang? Pindahkan tempat kerja Liana ke kantorku dan mulai sekarang aku yang akan mengatur pekerjaannya."Wid
"Tentang apa?"Helena terdiam selama dua detik dan berkata, "Sebenarnya, aku mengundurkan diri kali ini karena Yohan."Widia agak bingung, "Karena Pak Yohan? Kenapa?""Karena dia adalah tunangan yang kuceritakan padamu."Widia sangat terkejut hingga dia menjatuhkan gelas di tangannya, "Apa ... yang kamu katakan? Pak Yohan adalah tunanganmu?""Ssstt ... cuma kamu yang aku beri tahu soal ini, jangan beri tahu orang lain."Widia sangat bersemangat, "Sebentar ... kamu dan Pak Yohan ... kapan kalian berdua mulai bersama? Kenapa aku nggak tahu sama sekali?""Sudah lumayan lama." Helena berkata dengan samar, "Sekitar setengah tahunan.""Sudah lama sekali. Helena, kamu hebat juga bisa menyembunyikannya!" Widia agak marah, "Aku memberitahumu semua rahasiaku, tapi kamu menyembunyikan rahasia sebesar itu dariku. Kamu hebat sekali.""Aku bukan sengaja menyembunyikannya darimu. Kamu tahu kalau Yohan melarang percintaan di kantor, dan aku nggak tega meninggalkan pekerjaan ini. Aku benar-benar nggak
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,