Juwan menunduk, memeluk sosok berbentuk manusia yang dibungkus selimut itu, sambil berkata dengan suara serak, "Maaf, Liana, ada sesuatu yang ditambahkan ke dalam kolam itu ...."Sesuatu yang bisa membuat orang terangsang!Wanita di bawah selimut makin gelisah dan mengeluarkan suara samar yang tidak jelas.Juwan melanjutkan, "Liana, malam ini kamu adalah milikku, sedangkan Yohan ... milik Tiara. Ferdi sudah bilang, kalau malam ini berhasil, pernikahan lusa nggak akan ada masalah. Dia sudah setuju, begitu pernikahan selesai, anakmu akan dikembalikan.""Liana, aku pikir demi anakmu, kamu juga rela melakukannya, 'kan?""Hmm hmm ...." Orang di bawah selimut itu sepertinya memberi respons.Ada sedikit keraguan di mata Juwan. Sebenarnya dia tidak ingin menggunakan cara seperti ini, tetapi percobaannya di kolam air panas barusan telah gagal. Mungkin tidak ada salahnya jika menggunakan cara ini agar Liana tetap di dekatnya.Setidaknya setelah malam ini, Liana benar-benar akan menjadi miliknya!
"Tidak!" teriak Tiara. "Keadaannya bukan seperti yang kalian lihat. Kalian nggak lihat tangan dan kakiku terikat? Kami dijebak ....""Tch!" Seseorang tertawa keras, "Nona Tiara, kalau Pak Yohan tahu kamu bermain seberani ini, apa dia masih menginginkanmu?"Tiara terdiam."Benar," timpal seseorang lagi. "Meski kami percaya pada kesucianmu, Nona Tiara, apakah Yohan juga akan percaya setelah mengetahuinya?"Wajah Tiara berubah pucat, kukunya mencengkeram telapak tangannya dengan kuat.Dia tahu, saat ini keadaannya sudah tidak bisa diperbaiki lagi.Juwan mengusap pelipisnya, lalu berkata, "Berapa? Berapa uang yang kalian inginkan agar mau menghapus foto-foto itu?""...." Para wartawan saling berpandangan, tetapi tidak ada yang berbicara.Juwan berkata lagi, "Aku tahu pekerjaan kalian. Berapa banyak yang bisa kalian dapat dari menjual foto dan membuat berita? Bukankah kalian tetap bekerja untuk perusahaan? Bagaimana kalau begini, kalian sebutkan harganya, dan aku beli foto-foto ini. Kalian
"Ugh!" Juwan menahan sakit sambil berjongkok, keringat dingin mulai muncul di dahinya."Anak sialan!" Charlie mencibir dingin, matanya penuh dengan penghinaan yang seolah-olah bisa membunuh Juwan. "Kamu pikir dengan mengandalkan bantuan Ferdi untuk merebut Perusahaan Handika, kamu bisa bertahan di Kota Rogasa?"Kilatan lampu kamera kembali terlihat, tendangan Charlie itu terekam oleh kamera-kamera media."Bagiku, kamu tetaplah adik yang akan selalu ada di bawahku!" Charlie menunjuk Juwan, lalu berkata dengan suara lantang, "Lihat baik-baik, meskipun dia menggunakan trik kotor untuk mengambil Perusahaan Handika, dia hanya seorang anak haram. Dalam keluarga Handika, dia nggak akan pernah mendapat tempat yang layak! Hari ini, aku akan mengembalikan martabat keluarga kami!"Setelah mengatakan itu, Charlie mengangkat kakinya lagi.Para wartawan segera mengangkat kamera mereka, bersiap untuk menangkap momen dramatis.Di antara kisah-kisah rahasia keluarga kaya, selain perselingkuhan, yang pa
Liana menggoyangkan lengannya, "Kamu dengar itu nggak? Ada di luar!"Yohan menggelengkan kepala.Dia tidak mendengar apa-apa.Di luar jendela hanya ada hutan bambu. Selain angin sepoi-sepoi yang meniup dedaunan bambu, tidak ada suara apa pun.Apalagi, suara tangisan bayi."Aku akan mengecek." Liana berkata, lalu segera mengenakan sandal dan membuka pintu kamar dengan cepat.Begitu pintu terbuka, suara tangisan bayi itu langsung hilang.Cahaya lampu koridor menerpa wajah Liana, menyadarkannya dari mimpi indahnya. Rasa hampa yang mendalam langsung menyelimuti hatinya.Yohan meraba-raba sambil mendekat, lalu memeluknya, "Liana?"Liana menangis. "Aku benar-benar mendengar suara tangisan Nana, Yohan. Percayalah padaku!"Yohan memeluknya erat, menepuk punggungnya dengan lembut, mencoba menenangkannya. "Aku percaya padamu."Kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat.Hasan datang bersama dua orang lain. Dia agak bingung melihat mereka. "Pak Yohan, ada apa?"Yohan memerintahkan, "Segera la
Di suite lain di hotel, ada banyak orang berdiri.Ketika Liana dan Yohan tiba dengan tergesa-gesa, semua mata langsung tertuju pada mereka.Namun, pandangan Liana terpusat pada kain bedong yang berlumuran darah di atas meja.Langkah Liana terhuyung-huyung, ingin segera berlari ke arah kain bedong itu. Namun, kakinya seolah-olah tertanam di tanah, berat dan tidak bisa bergerak."Liana." Linda maju untuk meraih tangannya, menjadi penopang baginya. "Aku sudah melihatnya, memang seorang bayi perempuan. Tapi ...."Tapi apa, dia tidak melanjutkan perkataannya.Karena Liana sudah melepaskan tangannya, berjalan cepat menuju kain bedong itu.Bayi perempuan dalam kain bedong itu mengeluarkan suara tangisan, "Waaa", suaranya serak dan terdengar lemah.Liana melihatnya, dan ekspresinya sedikit tertegun.Linda berdiri di sampingnya, dan bertanya, "Benarkah?"Liana menggelengkan kepala, "Bukan."Hanya dengan sekali lihat, dia sudah mengenali bahwa bayi perempuan dalam kain bedong itu bukan Nana.Buk
Liana mendorong Yohan, dan berjalan mendekati gadis itu. Dengan mata merah dia bertanya, "Apa kamu benar-benar nggak menginginkan anak ini?"Gadis itu terkejut. Dia mengangkat kepala dan menatap Liana. Matanya penuh dengan emosi yang sangat rumit. Namun, apa pun itu, Liana bisa melihat dengan jelas bahwa ibu ini belum sampai pada titik di mana dia benar-benar tega meninggalkan anaknya!"Kalau kamu benar-benar nggak menginginkannya, aku akan mencarikan keluarga yang baik untuknya. Kamu anggap saja nggak pernah melahirkan anak ini. Dan anak ini juga nggak akan pernah tahu bahwa ibu kandungnya nggak menginginkannya sejak dia lahir."Bibir sang gadis gemetar, sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Dengan ragu-ragu dia menatap kain bedong di atas meja, terlihat jelas bahwa dia tidak rela, lalu menutup matanya dengan putus asa.Liana berdiri, "Hasan, tolong bawa anak ini pergi. Makin jauh, makin baik.""Baik."Hasan melangkah maju, dan baru saja dia mengangkat kain bedong itu, tiba-tiba terden
Pertama, dia membuka ikat pinggangnya.Kemudian kedua tangannya mencengkeram erat ujung pakaiannya. Namun selanjutnya dia seakan membeku, tidak bergerak lagi.Josua melihatnya dan tertawa pelan, "Kenapa nggak lanjut?""...." Linda menggertakkan giginya, lalu melepas jubah mandinya.Di kamar itu ada pemanas, tetapi berdiri tanpa pakaian di depan pria itu tetap membuatnya merasa seperti berada di jurang yang dalam. Linda mengangkat selimut sedikit dan masuk ke dalam.Dia berbaring di atas tubuh Josua, menunggu tindakannya.Namun, Josua tidak bergerak, malah menunduk menatapnya dalam-dalam, "Hanya begini?""...." Linda mengumpulkan keberanian, lalu mengulurkan tangan untuk membuka kancing baju Josua.Tiba-tiba, Josua mengulurkan tangan, memegang pergelangan tangannya.Linda terkejut, dan mengangkat mata untuk menatapnya."....""...."Mereka saling menatap dalam diam untuk beberapa saat.Josua berkata sambil menggoda, "Pertama kalinya?"Linda tersipu malu dan membalas, "Kamu tahu ini buka
Charlie menatapnya, lalu tertawa dingin. Tiba-tiba dia melepaskan tangannya, menarik lengan Tiara, dan memasukkannya ke dalam mobil, lalu pergi dengan cepat....Keesokan paginya, Liana terbangun dalam pelukan Yohan.Yohan sudah bangun, dengan sepasang mata buta yang terbuka, menatap kosong ke arahnya. Satu tangannya digunakan sebagai bantal oleh Liana, sementara tangan lainnya dengan lembut mengusap rambutnya. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah takut membangunkannya.Liana hanya diam menatapnya cukup lama.Akhir-akhir ini, mereka berdua sangat kelelahan. Terlebih lagi Yohan. Pria yang dulunya penuh semangat ini sekarang terlihat sangat menyedihkan.Tiba-tiba Liana mendekat, dan dengan lembut mencium bibirnya.Yohan terkejut, lalu membalikkan badan dan menindihnya, "Kapan kamu bangun?""Sudah cukup lama," jawab Liana."Mengintipku?""...." Liana tidak menjawab.Yohan tidak bisa melihat ekspresinya, jadi dia hanya bisa meraba wajah Liana dengan tangan. Ujung jarinya menyentuh sudut b
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,