Liana mendorong Yohan, dan berjalan mendekati gadis itu. Dengan mata merah dia bertanya, "Apa kamu benar-benar nggak menginginkan anak ini?"Gadis itu terkejut. Dia mengangkat kepala dan menatap Liana. Matanya penuh dengan emosi yang sangat rumit. Namun, apa pun itu, Liana bisa melihat dengan jelas bahwa ibu ini belum sampai pada titik di mana dia benar-benar tega meninggalkan anaknya!"Kalau kamu benar-benar nggak menginginkannya, aku akan mencarikan keluarga yang baik untuknya. Kamu anggap saja nggak pernah melahirkan anak ini. Dan anak ini juga nggak akan pernah tahu bahwa ibu kandungnya nggak menginginkannya sejak dia lahir."Bibir sang gadis gemetar, sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Dengan ragu-ragu dia menatap kain bedong di atas meja, terlihat jelas bahwa dia tidak rela, lalu menutup matanya dengan putus asa.Liana berdiri, "Hasan, tolong bawa anak ini pergi. Makin jauh, makin baik.""Baik."Hasan melangkah maju, dan baru saja dia mengangkat kain bedong itu, tiba-tiba terden
Pertama, dia membuka ikat pinggangnya.Kemudian kedua tangannya mencengkeram erat ujung pakaiannya. Namun selanjutnya dia seakan membeku, tidak bergerak lagi.Josua melihatnya dan tertawa pelan, "Kenapa nggak lanjut?""...." Linda menggertakkan giginya, lalu melepas jubah mandinya.Di kamar itu ada pemanas, tetapi berdiri tanpa pakaian di depan pria itu tetap membuatnya merasa seperti berada di jurang yang dalam. Linda mengangkat selimut sedikit dan masuk ke dalam.Dia berbaring di atas tubuh Josua, menunggu tindakannya.Namun, Josua tidak bergerak, malah menunduk menatapnya dalam-dalam, "Hanya begini?""...." Linda mengumpulkan keberanian, lalu mengulurkan tangan untuk membuka kancing baju Josua.Tiba-tiba, Josua mengulurkan tangan, memegang pergelangan tangannya.Linda terkejut, dan mengangkat mata untuk menatapnya."....""...."Mereka saling menatap dalam diam untuk beberapa saat.Josua berkata sambil menggoda, "Pertama kalinya?"Linda tersipu malu dan membalas, "Kamu tahu ini buka
Charlie menatapnya, lalu tertawa dingin. Tiba-tiba dia melepaskan tangannya, menarik lengan Tiara, dan memasukkannya ke dalam mobil, lalu pergi dengan cepat....Keesokan paginya, Liana terbangun dalam pelukan Yohan.Yohan sudah bangun, dengan sepasang mata buta yang terbuka, menatap kosong ke arahnya. Satu tangannya digunakan sebagai bantal oleh Liana, sementara tangan lainnya dengan lembut mengusap rambutnya. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah takut membangunkannya.Liana hanya diam menatapnya cukup lama.Akhir-akhir ini, mereka berdua sangat kelelahan. Terlebih lagi Yohan. Pria yang dulunya penuh semangat ini sekarang terlihat sangat menyedihkan.Tiba-tiba Liana mendekat, dan dengan lembut mencium bibirnya.Yohan terkejut, lalu membalikkan badan dan menindihnya, "Kapan kamu bangun?""Sudah cukup lama," jawab Liana."Mengintipku?""...." Liana tidak menjawab.Yohan tidak bisa melihat ekspresinya, jadi dia hanya bisa meraba wajah Liana dengan tangan. Ujung jarinya menyentuh sudut b
Ini adalah pertama kalinya Liana mendengar Yohan menyebutkan ibunya.Sheila.Dari namanya saja sudah terasa seperti orang yang sangat cantik."Sejujurnya, aku sudah nggak ingat seperti apa wajahnya. Tapi setiap kali memikirkannya, hatiku selalu merasa hangat.""Sejauh yang aku ingat, hubungan orang tuaku nggak harmonis. Aku nggak pernah tahu apa penyebabnya. Ibu selalu senang berjemur di bawah matahari sambil merawat bunga-bunganya di halaman. Matanya berbinar antusias setiap kali menemukan jenis tanaman baru. Sementara Ayah, dia selalu sibuk bekerja dan bersikap dingin kepada ibu dan juga aku. Kami tinggal serumah, tapi terasa seperti tiga orang asing yang kebetulan tinggal bersama.""Kemudian ibuku sakit. Dia lebih banyak terbaring di tempat tidur, dan tanaman-tanaman yang dia rawat juga mati satu per satu. Suatu hari, aku pulang ke rumah dan mendengar mereka bertengkar. Ayahku melempar cangkir sambil mencengkeram leher ibuku. Saat itu, tanpa berpikir panjang, aku langsung menerjang
Liana menatapnya, sambil diam-diam membuat sebuah keputusan dalam hati!...Masalah dengan patung itu sangat memengaruhi Yohan, emosinya jadi sangat tidak stabil. Khawatir hal itu akan berdampak pada kesehatannya, Liana memanggil Kevin untuk menyuntikkan obat penenang. Setelah Yohan tidur, dia baru keluar dan menutup pintu kamar dengan lembut.Hasan yang masih berdiri di luar, melihatnya dan langsung menyambutnya, "Bagaimana keadaan Pak Yohan?"Liana menggelengkan kepala, "Nggak terlalu baik.""Ya." Hasan mengangguk, "Dengan kejadian seperti ini, dia bisa baik-baik saja itu aneh. Ini juga kesalahanku, kemampuanku terbatas, jadi nggak bisa menghentikan Ferdi ...."Liana menatapnya, "Apa masih ada cara untuk mendapatkan kembali tanah itu?"Hasan terdiam.Liana merasakan sesuatu yang aneh dan segera bertanya, "Ada cara, 'kan? Hasan, katakan padaku, ada cara apa untuk mendapatkan kembali tanah itu?"Hasan menggelengkan kepala, "Nggak ada cara, kecuali kita mendapatkan bukti kejahatan Ferdi
Mereka berhasil menemukan sebuah ruangan dan segera meminta Kevin untuk memeriksa kondisi Juwan. Kevin menyatakan bahwa tidak ada masalah serius pada Juwan, luka-luka di wajah dan tangannya pun telah ditangani dengan baik.Ketika Juwan membuka mata, Liana berdiri di tepi tempat tidur menatapnya.Setelah beberapa detik, tiba-tiba dia duduk dan mencoba meraih Liana, tetapi Liana lebih cepat dan segera menghindar dari cengkeramannya."Liana." Juwan mengernyitkan dahinya, tampak kesakitan. Dia menyentuh luka di wajahnya, dan mengingat kembali kejadian malam sebelumnya. Ekspresi di wajahnya makin tegang.Liana berdiri agak jauh darinya, menatapnya dengan penuh tanya, "Kenapa kamu menyakiti dirimu sendiri?Setelah beberapa saat, Juwan meletakkan tangannya, "Aku menderita klaustrofobia.""...." Liana merasa ragu dengan pernyataan itu.Melihat ekspresinya, Juwan tertawa pahit. "Aku sering dikunci di ruang kecil dan gelap oleh Charlie, nggak ada cahaya sama sekali, bahkan jendelanya juga dipaku
"Berdasarkan perasaanku terhadapmu.""?""Ketika aku pertama kali bertemu denganmu, aku tahu bahwa kamu bukan orang jahat."Senyuman di wajah Juwan membeku, dia menundukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa.Suara Liana menjadi lebih lembut, "Juwan, meskipun aku nggak tahu apa yang kamu alami di keluarga Handika, aku percaya hatimu masih baik. Kalau kamu mau membantuku ....""Jangan berharap." Dia tiba-tiba bersuara, memotong perkataan Liana. "Liana, aku nggak akan membantumu!"Liana masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menyela lagi, "Segala sesuatu yang aku miliki sekarang adalah dari Ferdi. Meskipun kadang-kadang cara dia aku anggap kejam, aku dan dia berada di pihak yang sama saat ini. Kalau dia jatuh, hari-hariku yang baik juga akan berakhir. Jadi, Liana, aku nggak akan membantumu!"...Pernikahan dibatalkan.Meskipun gosip tentang Liana dan Yohan dihentikan, foto-foto yang diambil di depan pintu kamar Juwan bocor ke publik. Sekarang berita tentang Juwan dan Tiara yang bers
Mungkin karena hari-hari ini terlalu menekan, ketika emosi meledak, rasanya sangat kuat dan sulit untuk dihentikan.Awalnya Liana hanya diam-diam meneteskan air mata.Dia tidak ingin emosinya memengaruhi Yohan.Namun, emosi itu bagai iblis ganas yang mencabik-cabik jiwa Liana. Meski dia menggigit bibirnya hingga berdarah, tangisannya tetap tidak terbendung dan tubuhnya bergetar.Yohan merangkulnya dan berkata dengan suara berat, "Maafkan aku Liana, aku yang nggak berguna ...."Mendengar kata-kata itu, hati Liana terasa sakit. Tenggorokannya serasa tercekik, tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa menggelengkan kepalanya."Menangislah. Luapkan semua kesedihanmu." Yohan memeluknya erat. "Kamu sudah terlalu menderita selama ini, menangis akan membuatmu merasa lebih baik."Maka, Liana pun menangis selama empat puluh menit penuh.Meskipun kemudian berhenti, dia masih terisak cukup lama.Setelah meluapkan emosinya, Liana merasa tidak punya tenaga lagi. Tangan dan kakinya dingin dan kebas, pik
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,