"Masuk ke kamar yang salah?" Wanita tua itu tampak tidak percaya, "Aku rasa kamu sengaja masuk ke kamar yang salah, bukan? Ini sudah larut malam, kamu masuk ke kamar orang lain dan telanjang di bawah tempat tidur orang lain. Siapa yang tahu apa yang ingin kamu lakukan?""Saya nggak ... saya benar-benar melakukan kesalahan ... huhu ...." Helena menangis terisak isak dan sangat sedih.Melihatnya seperti ini, Yohan tidak bisa menyalahkannya lagi, "Nenek, ini salahku. Ini pertama kalinya dia ke sini, jadi wajar kalau Helena belum terbiasa."Wanita tua itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Anak nakal, kenapa kamu membawa sembarang orang tinggal di rumah!"Helena menggigit bibirnya, kilatan rasa jijik muncul di matanya. Wanita tua ini, suatu hari dia sendiri yang akan mengantarnya keluar dari sini dan memberi tahu dia siapa nyonya sebenarnya di sini!Yohan menghibur wanita tua itu, menoleh ke Helena dan berkata, "Ini sudah larut, kembalilah dan istirahat."Helena mengangkat matanya dan mena
Fakta membuktikan bahwa dia tidak memiliki reaksi fisik terhadap Helena dan dia bahkan tidak tertarik sama sekali.Saat dia turun, Helena sedang menyiapkan sarapan, lalu dia berbalik dan melihat Yohan. Dia segera tersenyum dan berkata, "Pak Yohan, sarapan sudah siap."Yohan melirik ke meja dan duduk, "Kamu yang memasak ini semua?""Ya. Aku melihat ada bahan-bahan segar di lemari es, jadi aku membuatnya. Hanya saja aku nggak tahu apa itu cocok dengan seleramu dan nenek." Helena buru-buru menyerahkan peralatan makannya.Yohan menggigitnya beberapa kali dan berkata, "Lumayan enak."Helena senang dengan pujian itu, tetapi saat dia berbalik, dia melihat wanita tua itu mendekat dan senyumannya segera memudar.Yohan mengambil beberapa gigitan dan kemudian meletakkan alat makannya, "Aku harus pergi ke perusahaan dan akan pulang agak larut."Helena mengikutinya sampai ke pintu, "Bolehkah aku ikut denganmu?"Yohan memandangnya dan berkata, "Kamu sudah mengundurkan diri, jadi lebih baik nggak per
Liana takut terlihat, jadi dia bersembunyi di bawah meja dengan panik, tetapi secara tidak sengaja, dia menjatuhkan gelas air di atas meja. Airnya tumpah ke seluruh meja dan menetes ke tepi meja ke rambut dan kerahnya.Suara langkah kaki mendekat dan sepasang sepatu kulit pria muncul di depan Liana. Setelah itu suara Yohan terdengar dari atas kepalanya, "Liana?"Liana tidak punya pilihan selain berdiri, diam-diam menyembunyikan roti di belakangnya dan berkata dengan wajah tersipu, "Pak Yohan."Mata Yohan tertuju di kerah bajunya selama dua detik, "Kenapa kamu nggak pergi makan?""Saya ... nggak lapar." Liana berbohong.Namun, begitu dia bilang dia tidak lapar, perutnya mengeluarkan suara keroncongan. Liana buru-buru menutupi perutnya dengan tangan dan wajahnya langsung memerah.Yohan melirik perutnya, "Ayo pergi ke kantin denganku. Kebetulan ada proyek kerja sama Pak Wawan dan ada beberapa hal yang mau aku jelaskan kepadamu.""Baik." Liana memasukkan roti yang belum dimakan ke dalam la
"Nggak mungkin! Pak Yohan menyukai gadis bodoh seperti Liana?""Belum tentu. Siapa yang nggak suka mahasiswi? Kepolosan itu adalah awal mulanya.""Tapi, bukankah perusahaan melarang percintaan di kantor?""Tolong, ya! Itu Pak Yohan! Aturan perusahaan ditetapkan olehnya dan digunakan untuk mengekang pegawai. Pak Yohan nggak berada dalam batasan itu."Widia tidak ikut bergosip, tetapi mengambil foto dengan ponselnya dan mengirimkannya ke Helena. Mungkin karena dia terbiasa bergosip dengan Helena, meski Helena sudah mengundurkan diri, Widia masih belum bisa mengubah kebiasaan ini. Setelah mengirim foto, dia mengirim banyak pesan teks.Helena melihat kata-kata itu dengan rasa cemburu yang tak bisa dikenali lagi. Dia tidak membalas Widia tetapi menghubungi nomor telepon Yohan.Saat ini, ponsel Yohan berdering.Dia mengambil ponsel dan melihatnya, lalu berdiri dan berjalan ke jendela untuk menjawab telepon, "Halo?"Helena berkata di ujung telepon yang lain, "Pak Yohan, apa kamu mau pulang un
Jendela mobil diturunkan dan wajah Yohan terlihat, "Liana? Kenapa kamu belum pulang?"Entah kenapa, tapi setiap kali Yohan memanggil namanya, Liana selalu merasa sedikit berdebar.Dia menekan perasaan aneh di hatinya dan berkata, "Pak Yohan, apa Anda tahu tentang foto di grup perusahaan?""Apa maksudmu itu foto kita saat makan di kantin siang hari tadi?""Ya.""Aku melihatnya. Ada apa?" Yohan menatap wajahnya yang seukuran telapak tangan, "Apa itu menimbulkan masalah untukmu?"Liana merasa malu. Bahkan dia yang seorang CEO perusahaan saja tidak merasa terganggu dengan hal ini. Tetapi, dia yang cuma seorang pegawai biasa malah mengeluh."Tidak ...." Liana menggelengkan kepalanya, "Saya takut akan menimbulkan masalah untuk Anda.""Nggak perlu diambil hati. Kalau nggak bersalah nanti akan terbukti dengan sendirinya," kata Yohan.Satu kalimat membuat Liana tiba-tiba tercerahkan. Benar, nanti akan terbukti dengan sendirinya. Terkadang makin kamu ingin membuktikan diri, makin kamu akan jatuh
"Oke." Liana tersenyum ringan, "Kalau begitu aku mau kamu putus dengan Hamdan.""Liana, meski aku putus dengan Hamdan sekarang, kalian juga nggak akan bisa bersama lagi ....""Kenapa? Kamu nggak bisa melakukannya?" Liana tidak memberinya kesempatan untuk berbicara omong kosong, "Kalau kamu nggak bisa melakukannya, jangan bertingkah sok di depanku. Aktingmu jelek, aku nggak suka melihatnya."Liana berganti pakaian, mengambil tasnya, membuka pintu dan pergi. Dia tidak peduli dengan raut wajah Winda saat itu.Winda mengentakkan kakinya dan membuang sarapannya ke tempat sampah. "Liana, apa yang kamu banggakan? Saat aku memasuki kantor CEO Perusahaan Lewis nanti, kamu bukanlah apa-apa."....Di kereta bawah tanah, Liana mengumpulkan saldo beberapa kartu, yang jumlahnya hanya beberapa puluh ribu. Dia ragu apa dia meminjam 1 juta dari kakaknya. Bagaimanapun, dia nggak mau berhutang pada Yohan, jadi dia tidak akan merasa terbebani kalau dia membayarnya kembali lebih awal.Liana melakukan banya
Ketika tiba waktunya makan siang, Liana mengambil roti dan air, lalu pergi ke tangga. Dia takut Yohan akan memergokinya lagi dan membawanya ke kantin untuk makan seperti kemarin lagi.Hanya sedikit orang yang datang ke tangga, jadi sangat sepi. Sambil mengunyah roti, Liana membuka-buka kontak di ponselnya. Setelah membaliknya dua kali, dia menemukan kalau tidak ada satupun yang dekat dengannya untuk meminta pinjaman.Sudah ada 99 lebih pesan grup di grup teman sekelas yang diblokir. Liana biasanya tidak dikenal dan selalu mengintai di grup. Winda yang pertama-tama menyeretnya ke grup ini. Dia tidak tertarik dan langsung memblokir pesan grup tersebut. Saat ini, dia secara tidak sengaja mengklik dan masuk ke dalam grup.Ada terlalu banyak berita, Liana melihat perlahan-lahan, lalu dia tiba-tiba berhenti. Ada yang menarik perhatiannya. Itu adalah penghasilan yang diberikan oleh seorang teman sekelas perempuannya. Dia berkata kalau dia bisa mendapatkan 2 juta dari pekerjaan paruh waktu dal
"Menurutku aku nggak istimewa." Liana membela dengan suara rendah, "Aku benar-benar punya sesuatu yang sangat penting malam ini. Kalau nggak, taruh saja semua informasinya di sini, aku bisa mengerjakannya besok pagi?"Widia mengangkat alisnya, "Oke! aku nggak peduli kapan kamu mau mengerjakannya, aku cuma memberi tahu kalau aku butuh tabel ini untuk rapat pagi jam 8:30. Kalau kamu nggak mengerjakannya dengan baik, jangan membuat alasan."Liana mengangguk, "Terima kasih.""Cih." Widia memutar matanya, berbalik dan pergi.Liana tidak membuang waktu dan segera pergi mencari Sinta.Melihat klub hiburan kelas atas yang ramai di depannya, ambisi Liana, yang baru saja tersulut, langsung menciut pada saat ini."Kenapa? Kamu takut?" Sinta berdiri di sampingnya dan berkata sambil tersenyum, "Uang orang kaya adalah penghasilan terbaik. Kalau kamu nggak bisa melakukannya, pergi saja."Setelah mengatakan itu, Sinta tidak membuang waktu, dia langsung berbalik dan berjalan masuk.Liana menatap punggu
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,