Mobil melaju meninggalkan vila Yohan sampai benar-benar hilang dari pandangan. Helena menoleh ke belakang dan bertanya kepada Hasan, "Aku belum pernah melihat wanita tua itu saat datang ke rumah Pak Yohan sebelumnya. Apa dia benar-benar nenek Pak Yohan?""Ya." Hasan menjawab sambil mengemudi, "Wanita tua itu selalu tinggal sendirian. Kali ini dia sakit. Pak Yohan khawatir membiarkannya sendirian lagi, jadi dia menjaga wanita tua itu."Helena mengerutkan kening, "Kalau begitu, apa dia akan selalu tinggal di sini di nanti?"Tidak ada yang salah dengan kalimat ini sendiri, tetapi ketika Hasan mendengarnya, nada suara Helena sepertinya menunjukkan sedikit rasa jijik, jadi dia mengerutkan kening dan berkata, "Kamu harus menanyakan sendiri pada Pak Yohan tentang ini."Helena berpikir, kalau ada kesempatan dia akan bertanya langsung pada Yohan. Tahun berapa ini? Bagaimana orang muda bisa hidup bersama orang tua? Tidak masalah kalau dia masih lajang, tetapi kalau dia akan tinggal bersamanya, p
Di sisi lain, Hasan mengikuti Yohan keluar. Dia menoleh dan melihat meja Liana kosong. Dia berhenti dan bertanya, "Di mana Liana?"Widia berdiri menjawab, "Aku tidak tahu, sepertinya dia tadi memeluk setumpuk informasi dan aku tidak tahu ke mana perginya.""Bukankah aku sudah memberitahunya untuk mempersiapkan diri dan pergi bersama Pak Yohan?" Hasan menatap wajah Yohan. Pak Yohan biasanya membenci orang yang tidak tepat waktu. Pada saat yang begitu penting, tidak tahu Liana ada di mana.Yohan mengangkat tangannya dan melihat jam, "Telepon dia dan tanya di mana dia.""Baik." Hasan dengan cepat mengeluarkan ponselnya, ponselnya berdering, tetapi ponsel itu ada di meja LianaYohan berkata, "Tidak perlu menunggunya."Dia melihat sekeliling ruang asisten. Biasanya dia akan membawa Helena ke sana saat ini, tapi Helena telah mengundurkan diri sekarang. Widia berdiri di sana dengan sedikit harapan di matanya.Dari segi kualifikasi, selain Helena, di antara asisten wanita, Widia adalah yang pa
"Bukankah Anda ada di sana?" Liana melihat kembali ke kursi eksekutif dan melihat pria lain duduk di sana.Liana langsung ketakutan, "Pak Reno?"Reno Reihano adalah mitra jangka panjang Perusahaan Lewis dan teman baik Yohan. Dia tidak sering datang ke perusahaan, tetapi Liana melihatnya beberapa kali dari kejauhan dan mengingatnya karena penampilannya yang luar biasa.Dia sudah berbicara panjang lebar, tapi dia salah orang?Sia-sia dia mengatakannya.Yohan sedang memegang informasi di tangannya, dia sepertinya baru saja kembali dari pertemuan, matanya tertuju pada wajah Liana dan saat dia melihat mata merah itu, hatinya seperti ditarik ringan oleh sesuatu. Dia segera menatap pria yang duduk di kursi eksekutif dan berkata dengan ekspresi tidak ramah, "Mengapa kamu menindasnya?"Reno mengangkat tangannya, "Ini nggak adil, aku nggak mengatakan sepatah kata pun."Yohan jelas tidak memercayainya dan menatap Liana dengan penuh tanda tanya.Liana tidak bisa menyembunyikan rasa malunya dan bur
"Terus, siapa?" Wajah Reno terlihat penasaran."Kamu nggak kenal.""...."....Reno keluar dari kantor dengan ragu-ragu."Pak Reno." Widia berjalan dengan antusias, "Saya akan mengantar Anda."Namun, Reno menggelengkan kepalanya dan menunjuk ke sudut, "Suruh dia mengantarku."Liana tiba-tiba dipanggil dan semua orang menatapnya dengan tajam.Tatapan Widia seperti sedang ingin membunuh orang, Liana menekan lift dan turun bersama Reno.Pintu lift tertutup dan Reno bertanya, "Siapa namamu?""Liana.""Sangat cocok."Liana melirik Reno, "Pak Reno ... Anda benar-benar berbakat.""Pfft ... " Reno tertawa, "Jangan melebih-lebihkan."Liana tidak menjawab, menatap angka-angka yang terus berdetak di lift."Hei, aku mau tanya." Reno sepertinya tidak ingin mengakhiri topik, "Apa kamu tahu siapa wanita yang tidur dengan Pak Yohan?"Jantung Liana berdetak kencang, "Tidak ... saya tidak tahu.""Kamu benar-benar nggak tahu?" Reno berdiri di sampingnya dan menatap wajahnya, "Kenapa bulu matamu bergetar
"Liana ...." Ekspresi Winda sangat tidak nyaman, seolah-olah yang melakukan kesalahan adalah Liana dan yang terluka adalah Winda.Namun, Liana tidak tertipu dan berkata, "Hamdan nggak ada di sini, jadi kamu nggak perlu berakting di depanku. Jangan gunakan perasaan yang nggak terkendali sebagai alasan untuk rencanamu. Kalau itu benar-benar mencapai titik tak terkendali, apa bedanya kamu dan binatang?"Winda tidak menyangka dia begitu peka dan wajahnya menjadi pucat, "Liana, kamu bisa mengatakan apa pun yang kamu mau tentang aku, tapi jangan katakan itu tentang Hamdan ....""Aku nggak tertarik membicarakanmu, apalagi Hamdan." Liana membuang muka, "Aku harap kamu bisa menjaga dirimu sendiri. Tolong panggil aku dengan nama lengkapku mulai sekarang. Kita nggak akrab satu sama lain."Ding!Lift sampai.Liana bahkan tidak melihat ke arah Winda dan langsung memasuki lift, lalu pergi.Winda menggigit bibirnya sambil memperhatikan lift yang tertutup. Dia menunggu nomor di dinding lift berhenti,
Linda ragu-ragu sejenak sebelum berkata, "Kakak iparmu mau mentraktir kita malam ini. Dia baru saja dapat bonus, jadi kamu nggak perlu membayar. Itu saja. Kami akan sampai di sana sebentar lagi. Kamu juga harus menjaga keselamatanmu, hati-hati di jalan.""Oke." Liana agak ragu di dalam hatinya, tetapi dia tetap setuju.Liana tahu persis orang seperti apa kakak iparnya itu. Setidaknya 70-80%. Kalau dia bersedia menghabiskan begitu banyak uang untuk menjamu tamu makan malam. Aku mungkin yang akan membayarnya.Liana naik taksi ke sana, tetapi Linda dan Candra belum sampai. Setelah berkata pada pelayan kalau dia sedang menunggu orang, pelayan itu membawanya ke meja yang telah dipesan, menuangkan jusnya dan memintanya untuk duduk dan menunggu.Saat lampu di luar jendela kaca mulai menyala, Liana melihat ke jalan yang sibuk dan melihat mobil yang berlalu lalang.Matanya mengikuti sebuah mobil hitam dan memperhatikan mobil yang diparkir di depan restoran. Pintu terbuka dan seorang pria dan wa
"Raisa." Reno menarik adiknya dan mengedipkan mata padanya.Raisa mengatupkan bibirnya dan berkata, "Aku mengatakan yang sebenarnya. Lagi pula, kalau kamu mengatakan dia adalah pacar kak Yohan, aku nggak akan memercayainya! Kecuali ....""Kecuali apa?""Kecuali mereka berciuman di depanku sekarang, aku akan percaya."Tangan Helena yang memegang cangkir itu bergetar dan dia tanpa sadar menatap Yohan.Yohan sedang memegang ponsel di tangannya, duduk dalam posisi santai, tetapi perhatiannya jelas tidak tertuju pada meja dan dia melihat ke suatu tempat dengan kepala sedikit dimiringkan. Dari sudut pandangnya itu, dia bisa melihat meja Liana. Dia duduk sendirian dengan tenang. Meski dia berada di restoran yang sibuk, dia seperti terisolasi dari dunia. Terlihat kesepian membuat orang kasihan padanya.Tiba-tiba penglihatannya terhalang, Helena berbalik ke samping untuk menghalanginya, "Yohan ...."Helena memandangnya penuh harap, bahkan sedikit bersemangat. Bagaimanapun juga, mencium Yohan ad
Linda buru-buru menepuknya, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan?""Omong kosong apa? Kalau seseorang yang belum menikah saling menyukai bukankah itu bagus? Kalau dia suka pada Liana itu berarti sebuah berkah."Liana mendengarkan dengan tenang. Setelah Candra selesai berbicara, dia bertanya, "Kakak ipar, kamu datang kepadaku hari ini hanya untuk membicarakan masalah ini, 'kan?"Candra berhenti berbicara, terkekeh dua kali, kemudian berkata, "Aku dengar kalau Perusahaan Lewis sedang merekrut mitra, bertepatan dengan proyek baru yang dikembangkan oleh perusahaan kami. Liana, menurutmu apa kamu bisa membantu kakak iparmu ini untuk mendapat kesempatan?"Liana menggelengkan kepalanya, "Kakak ipar, menilaiku terlalu tinggi. Seperti yang sudah aku katakan, aku cuma seorang pegawai magang yang belum melewati masa magang dan aku nggak punya status di perusahaan.""Liana, jangan terburu-buru menolak. Kalau aku bisa dapatkan kerja sama, aku bisa dipromosikan kali ini dan mendapat bonus besar," k
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,