Dering yang tiba-tiba tidak hanya mengejutkan Liana, tetapi juga Widia dan Helena yang ada di luar. Mereka berdua sengaja menghindari semua orang dan datang ke kamar mandi untuk berbisik, tapi mereka tidak menyangka ada orang di dalam.Widia marah dan mengetuk pintu, "Siapa di dalam?"Kemudian, pintu bilik terbuka dan Liana keluar dari dalam bilik itu."Kamu?" Saat Widia melihatnya dan dia langsung merinding, "Kenapa kamu bersembunyi di kamar mandi dan menguping pembicaraan kami?""Kamu salah paham, kebetulan saja aku ada di toilet," kata Liana dan berjalan menuju wastafel.Widia mengulurkan tangan dan meraihnya, "Liana, aku nggak peduli apa hubunganmu dengan Pak Yohan. Aku sarankan kamu untuk jujur kepadaku, kalau nggak, aku punya banyak cara untuk berurusan denganmu dan mengeluarkanmu dari Perusahaan Lewis.""Widia." Helena menarik Widia, "Sudahlah, aku yakin Liana memang tidak sengaja."Dengan bantuan Helena, akhirnya Liana bisa pergi.Melihat Liana pergi, Widia mengentakkan kakinya
Liana tidak punya pilihan selain masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang.Suara dari belakang terus terdengar, tetapi pengemudi sepertinya tidak mendengarnya dan fokus mengemudi. Liana ingin mengacuhkannya, tetapi secara tidak sengaja dia mengangkat matanya dan melihat mereka melalui kaca mobil. Akhirnya dia bertemu dengan tatapan dalam pria di kursi belakang.Liana merasa bersalah dan sibuk memalingkan muka, lalu melihat ke luar jendela.Sepuluh menit kemudian, mereka sampai.Liana membayar ongkosnya, keluar dari mobil seolah melarikan diri dan berlari ke restoran tanpa menoleh ke belakang.Dia tidak menyadari kalau selalu ada tatapan pria yang mengikutinya dari belakang ........Saat Liana tiba, Helena sedang memotong kue dan dikelilingi oleh sekelompok orang.Kue itu dengan cepat dibagi, lalu Helena melihatnya dan menyerahkan bagiannya untuk Liana, "Liana, kamu bisa makan punyaku."Satu kalimat itu membuat semua tatapan dalam ruangan pribadi tertuju pada Liana.Liana menggeleng
Ini adalah pertama kalinya Yohan menghadiri jamuan perpisahan seorang karyawan. Liana sedang duduk di sudut sambil makan kue dan mendengar beberapa gadis di sebelahnya berbisik-bisik."Nggak disangka, Pak Yohan begitu mementingkan Helena? Dulu, ada rekan yang mengundurkan diri mengundang untuk makan malam dan acaranya lebih megah dari ini. Pak Yohan juga diundang, tetapi dia ditolak. Bagaimana Helena bisa mengundang Pak Yohan?""Ya, menurutku itu cukup aneh juga. Helena biasanya tidak terlalu menonjol.""Hei, apa kalian memperhatikan? Mata Helena selalu tertuju pada Pak Yohan malam ini. Kenapa aku melihat sepertinya mereka memiliki hubungan tersembunyi?""Nggak mungkin! Helena memang cukup cantik, tapi juga sangat biasa. Dia sama sekali tidak cocok dengan Pak Yohan.""Menurutku juga tidak. Wanita seperti apa pun bisa Pak Yohan dapatkan. Mana mungkin dia bisa menyukai Helena?""Benar, 'kan Liana?"Liana sedang makan melon dalam diam, ketika topik itu tiba-tiba muncul. Beberapa gadis mem
Mereka semua diam.Widia menyikut dengan sikunya, "Ini adalah rekan-rekanku. Apa pikir mereka semua sama dengan temanmu?"Juwan berhenti menggerakkan bibirnya dan tidak berkata apa-apa.Permainan berlanjut dan tidak ada yang mengingat kata-katanya.Kali ini, Juwan mendapat "kartu utama", yang berarti dia harus memberikan instruksi dan mengajukan pertanyaan kepada orang lain.Orang yang mendapatkan "jujur" kebetulan adalah WidiaWidia menatapnya dengan wajah manis, "Aku pilih jujur, tanya saja padaku."Juwan menggerakkan bibirnya, mengetukkan jarinya ke meja dua kali dan bertanya, "Berapa kali kamu melakukannya?""...." Senyum Widia pecah saat itu.Orang-orang di sekitarnya langsung sunyi.Tidak ada yang percaya kalau Juwan akan menanyakan pertanyaan seperti itu di depan umum!Liana menundukkan kepalanya diam-diam, bayangan dia membuka pintu mobil, kemudian melihat Juwan dan wanita yang berciuman dengannya muncul di benaknya ... Itu mungkin hal paling eksplosif yang pernah dia lihat, ja
Kalau dia mengganti kartunya, dia bisa menghindari serangan Juwan, tetapi bagaimana dengan Yohan?Pada saat ini, Liana mengencangkan genggaman kartu di tangannya dan dia berpikir keras."Liana?" Helena tiba-tiba menyentuh bahunya, "Sudah waktunya kamu menunjukkan kartumu."Liana menarik napas dalam-dalam dan menunjukkan kartu di tangannya."Hah, kartu 'jujur'?" Ekspresi Widia tiba-tiba bersinar saat dia melihat kartu Liana. Bahkan dia tidak bisa menjawab pertanyaan Juwan, apalagi Lana? Aku rasa dia akan membuat dirinya terlihat bodoh.Teman-teman lain juga memandang Liana dengan tatapan simpatik dan Liana jadi lebih gugup lagi.Helena melirik Yohan, lalu berkata kepada Juwan, "Liana adalah orang yang pemalu dan termuda di perusahaan kita. Jangan terlalu menyulitkannya.""Pemalu?" Juwan menjawab dengan setengah tersenyum, menatap Liana dengan sepasang mata yang tajam. Dia agak curiga dengan kata-kata itu. Lagipula, saat dia berciuman dengan seorang wanita di dalam mobil tadi, gadis ini
Dia mengikuti alur permainan kali ini, jadi tidak ada yang mengatakan apa pun.Liana meminum segelas anggur putih lagi. Sebelum efek anggurnya menjadi lebih kuat, dia segera berdiri dan berkata, "Aku akan ke kamar mandi. Kalian bisa bermain dulu."Setelah mengatakan itu, dia meninggalkan ruangan itu.....Begitu dia pergi, Juwan bertanya, "Siapa yang mendapat kartu 'tantangan'. Tunjukkan."Semua orang menunjukkan kartu mereka satu per satu dan orang terakhir yang menunjukkannya adalah Yohan.Juwan melihat kartunya dan tersenyum tipis, "Pak Yohan, kamu bisa main, 'kan?"Yohan bersandar di kursinya dan tersenyum santai padanya, "Ayo.""Kalau begitu, Pak Yohan pergilah cari Nona Liana sekarang dan katakan sesuatu padanya."Yohan mengerutkan kening, "Mengatakan apa?""Hmm ...." Juwan berpikir sejenak, matanya dipenuhi dengan niat buruk. "Katakan kalau kamu sudah lama menyukainya dan tanyakan padanya apakah dia bersedia menjadi kekasihmu. Itu saja.""...."Sebelum Yohan berbicara, Helena be
Setelah Yohan selesai bertanya, Liana tetap berdiri di tempatnya.Dia tidak pernah menyangka Yohan akan mengucapkan kata-kata ini padanya. Dia bahkan bertanya-tanya apakah dia terlalu banyak minum dan berhalusinasi? Kalau tidak, kenapa Pak Yohan bisa mengatakan hal ini padanya?"Pak ... Pak Yohan?" Liana merasa makin pusing.Yohan juga tertegun sejenak, seolah dia tidak menyangka reaksinya akan sebesar itu. Melihat langkah kakinya yang tidak seimbang dia goyah dan tanpa sadar Yohan mengulurkan tangan untuk membantunya.Di kamar pribadi terasa panas. Liana telah melepas jaketnya dan sekarang hanya mengenakan kemeja lengan pendek, memperlihatkan lengan putih rampingnya. Saat Yohan memegang tangannya, dia merasakan kulit di bawah telapak tangannya hangat dan lembut dan pikirannya langsung kembali ke malam itu ...."Liana!" Helena muncul tepat waktu dan memecah suasana.Dia membantu Liana dari tangan Yohan, dengan kekhawatiran di wajahnya, "Liana, kamu baik-baik saja?"Liana menggelengkan
Kali ini, dia datang sendirian.Kehormatan ini membuat kaki Helena terasa sedikit gemetar.Yohan membawakannya sepasang sandal. Baru memasuki ruang tamu, Helena memeluknya dari belakang, suaranya bergetar karena kegembiraan, "Pak Yohan ... jangan nyalakan lampunya ...."Yohan menahannya sepanjang malam dan saat Helena memprovokasinya seperti ini, dia tiba-tiba menjadi terangsang. Dia berbalik, meraih pergelangan tangan Helena dan menariknya ke sofa."Pak Yohan ... Pak Yohan." Dalam kegelapan Helena berseru, suaranya selembut air.Yohan memegang pergelangan tangannya dan mendengarkan panggilannya, tetapi api di hatinya memudar sedikit demi sedikit.Melihat dia tidak bergerak, Helena berubah menjadi aktif, berbalik duduk di pangkuannya, melingkarkan lengannya di leher Yohan dan menempelkan bibir merahnya ke tubuhnya.Tangan Yohan yang menggenggam tangan Helena tiba-tiba menegang, merasa sedikit menolak pendekatan wanita itu dari lubuk hatinya, tetapi dia menahannya. Bagaimanapun, mereka
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,