....Beberapa menit kemudian, Liana membuka pintu asrama.Hamdan berdiri di luar dan bermain dengan ponselnya dengan kepala menunduk. Dari sudut matanya, dia melihat pintu terbuka, jadi dia meletakkan ponselnya dan berdiri tegak, melihat ke arahnya.Matanya beralih dari Liana, "Kenapa kamu nggak pakai baju yang kubelikan untukmu?"Liana mengembalikan tas itu kepadanya, "Aku nggak suka, ini aku kembalikan padamu."Hamdan mengerutkan kening tetapi tetap menerimanya.Liana telah mengambil beberapa langkah ke depan dan berbalik, "Bukankah kita mau pergi ke rumahmu?"Keduanya masuk ke dalam mobil dan Hamdan melepaskan tangannya untuk memegang tangan Liana.Namun, ditepis oleh Liana.Liana diam-diam menyalakan ponselnya, memutar nomor Winda, dan pada saat yang sama bertanya, "Hamdan, apa kamu yakin ingin aku pergi ke rumahmu untuk bertemu orang tuamu?""Tentu." Hamdan berkata dengan tegas, "Liana, apa kamu masih ingat janji kita dulu? Kita sepakat untuk menikah setelah lulus. Kita akan lulus
Ternyata dia diblokir di gerbang!Jelas sekali kalau Hamdan meremehkan Candra, jadi dia hanya memberinya alamat area vila, tetapi tidak memberitahunya nomor detail rumahnya."Ini salahku." Hamdan meminta maaf, "Aku hanya mengirimimu lokasinya, tapi aku lupa memberitahumu nomor rumahnya."Candra buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Nggak apa-apa. Kami baru saja tiba beberapa waktu yang lalu. Kami masuk saja bersamamu, jadi nggak akan canggung."Hamdan mengangguk, "Bagaimana kalau kita masuk bersama?""Oke." Candra mengangguk dan membungkuk, "Kalian masuklah dulu, kami akan mengikuti di belakang."Melihat mobil melaju ke area vila, Liana melihat sekeliling beberapa kali."Apa yang kamu cari?" Suara Hamdan terdengar samar.Saat ini mobil sudah memasuki area vila, dan garis pandang ditutupi tanaman hijau di kedua sisi jalan.Liana menoleh ke belakang dan berkata, "Bukan apa-apa."Hamdan mengemudikan mobilnya dengan santai, "Omong-omong, aku hampir lupa memberitahumu, kakakku juga
Dia hanya berpikir kalau dia tidak akan pernah berhubungan dengan Hamdan lagi dalam hidup ini.Siapa yang mengira Hamdan bisa menimbulkan masalah seperti itu hari ini? Dia bahkan tidak punya kesempatan untuk menjelaskan."Oke!" Nenek Nia berkata sambil tersenyum, "Aku menyukai Liana. Aku menyukainya sejak pertama kali kita bertemu. Awalnya aku berpikir membuat Liana jadi cucu menantuku. Sekarang keinginanku sebagai orang tua telah terpenuhi."Saat wanita tua itu mengatakan ini, dia tanpa sadar melirik ke arah Yohan. Orang tua itu masih merasa sedikit menyesal di dalam hatinya. Dia menyukai Liana dan berharap Liana bisa bersama cucu tertuanya.Namun, pernikahan itu hanya sebuah mimpi.Yohan sekarang sudah punya Helena, dan Liana serta Hamdan dianggap sebagai pasangan yang baik. Ini bisa dianggap sebagai hasil yang memuaskan.Helena tersenyum lagi dan berkata, "Nenek, ada lebih dari sekedar acara bahagia hari ini.""Oh? Ada acara bahagia lainnya?"Helena tersenyum dan memandang Liana.Te
Liana melambaikan tangannya, "Aku nggak mau minum, terima kasih ...."Sebelum dia selesai berbicara, dia merasa ingin muntah lagi.Dia hanya terpikir gambaran anak kecil yang meraih ulat besar yang bengkok dan memasukkan ke mulutnya ....Liana memejamkan mata dan berkata, "Anak siapa itu tadi?""Itu anak pelayan di sini, Bibi Melia." Hamdan berhenti, "Kenapa?"Liana menahan keinginan untuk muntah dan terus bertanya, "Dia terlihat baru berusia tujuh atau delapan tahun, kenapa dia ...""Bibi Melia meminum obat saat itu, yang mempengaruhi perkembangan anaknya. Dia sudah seperti ini sejak dia lahir. Dia mengalami keterbelakangan mental dan kondisi otaknya ... yang tidak normal.""Liana, ada apa denganmu?" Hamdan mengulurkan tangan untuk membantunya, "Kamu terlihat sangat pucat."Liana menggelengkan kepalanya dan mau tidak mau bertanya, "Bukankah Bibi Melia melakukan pemeriksaan saat itu? Apa karena nggak ditemukan kelainan?""Katanya sudah dilakukan pemeriksaan, tapi tidak ditemukan apa-ap
Liana juga mengambil kesempatan untuk mendorong Hamdan menjauh, tetapi Hamdan meraih tangannya dan memegangnya di telapak tangannya.Dia memegang tangan Liana dan berjalan menuju Yohan dan Candra, "Kakak, Pak Candra"Candra tersenyum dan berkata, "Kenapa kamu masih memanggilku Pak Candra? Setelah makan hari ini, kamu harus mengganti panggilan itu jadi kakak ipar.""Ya." Hamdan mengangguk dan dengan santai memanggil, "Kakak ipar.""Hei, hei." Candra tersenyum gemetar, sangat bersemangat.Bagaimana mungkin dia tidak bersemangat menjadi kerabat keluarga Lewis?Setelah kegembiraan selesai, Candra bereaksi, " Kakak? Hamdan, Pak Yohan adalah kakakmu? Oh ya, kalian berdua memiliki marga Lewis. Aku nggak menyangka ini kebetulan sekali. Jadi kalian keluarga? Saat Liana jadi istrimu, kami dan Pak Yohan juga akan jadi keluarga."Yohan menatapnya dengan tatapan dingin, "Siapa yang jadi keluargamu?"Candra, "Eh ...."Saat dia hendak berbicara, dia mendengar Hamdan berkata, "Tidak peduli apa, kamu a
Pintu masuk area vila.Winda bergegas mendekat, tetapi dihentikan di luar oleh penjaga keamanan."Aku sudah mengatakannya berkali-kali, aku adalah pacar Pak Hamdan!"Penjaga keamanan itu tampak menghina, "Maaf Bu, kami sudah menelepon kediaman Lewis. Mereka bilang pacar Pak Hamdan ada di kediaman keluarga Lewis sekarang!""Biarkan aku masuk!" Winda bergegas menerobos masuk.Penjaga keamanan langsung mendorongnya keluar. Karena kekuatannya terlalu berat, Winda terhuyung dan jatuh ke tanah."Kamu ...." Winda sangat marah.Penjaga keamanan berkata, "Maaf, kamu nggak bisa masuk tanpa izin keluarga Lewis."Saat itu, sebuah mobil melaju.Melihat hal tersebut, satpam langsung membuka tuas parkir.Namun, karena Winda sedang duduk di tengah jalan, mobil tidak dapat melewatinya dan harus berhenti di depannya.Jendela mobil diturunkan dan penjaga keamanan berjalan mendekat dan berkata, "Maaf, Pak Yohan, kami akan segera mengurusnya."Penjaga keamanan lain menghampiri Winda dan mengulurkan tangan
Winda segera diseret keluar ke pintu restoran, dia menarik kusen pintu dengan satu tangan dan berteriak keras, "Hamdan, aku hamil!"....Hamdan berhenti.Seluruh tempat itu sunyi senyap.Reaksi pertama Linda adalah melihat kembali ke arah Liana, dengan kekhawatiran di wajahnya.Namun, Liana hanya tersenyum padanya dan mengatakan itu tidak masalah baginya. Lagipula, dialah yang memanggil Winda ke sini.Wajah Hera penuh dengan keterkejutan, sementara Ferdi tiba-tiba berdiri, merasa wajahnya benar-benar tertampar.Winda melepaskan diri dari tangan Hamdan, hampir merangkak di depan orang tua keluarga Lewis, dan bersujud dengan kasar ke tanah, "Paman Ferdi, Bibi Hera, namaku Winda, dan aku pacar Hamdan. Liana dan Hamdan sudah lama putus, dan sekarang aku membawa darah daging keluarga Lewis di perutku!""Ini ...." Hera merasa sulit dipercaya, dan pandangan dunianya hampir runtuh.Ferdi bahkan tidak melihat ke arah Winda, tetapi menatap Hamdan dengan dingin, "Bagaimana kamu menjelaskannya?"S
" Liana, apa kamu sengaja mengatakan itu tadi?" Helena memandangnya dengan cemas, "Kamu melakukannya untuk Winda dan Hamdan, jadi kamu sengaja mengatakan kalau anak itu bukan dari Hamdan, 'kan?"Liana menggelengkan kepalanya, "Nggak. Apa yang aku katakan adalah kebenaran."Helena melirik perutnya, "Bagaimana dengan anakmu?""Itu nggak penting lagi."Helena memandangnya, "Apa maksudmu?""Nggak ada." Liana menggelengkan kepalanya dan berjalan ketika dia melihat Candra dan Linda keluar."Kak ...."Begitu Candra melihat Liana, dia berbalik dengan dingin dan menuduh, "Liana, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu mengatakan kalau anak itu bukan anak Hamdan? Tahukah kamu apa yang kamu lewatkan? Ini adalah keluarga Lewis! Keluarga Lewis! Kamu wanita muda yang pintar, aku benar-benar tidak tahu apa yang ada di kepalamu."Linda meraih tangan Liana dan bertanya, "Liana, apa yang sebenarnya terjadi?"Liana berkat, "Aku memang pernah pacaran dengan Hamdan, tapi kami sudah lama putus. Apa yang aku kata
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,