Beranda / Romansa / Ms. Sugar & Mr. Ice / Bab 8 - Nice To See You Again

Share

Bab 8 - Nice To See You Again

Penulis: Venomimous
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-04 18:59:29

Siang itu, Cherie berada di kantin kampus bersama Maya, teman satu kampusnya, yang juga merupakan barista di Sapphire Bliss, kafe tempatnya bekerja. Setelah selesai kelas, mereka bertemu untuk makan siang sebelum berangkat ke kafe bersama.

Cherie sedang menertawakan guyonan Maya tentang manajer mereka saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya, “Permisi, kak,”

Cherie langsung menoleh pada sumber suara. Dibelakangnya, seorang laki-laki berparas tampan, yang Cherie kenal sebagai cowok paling populer di kampusnya itu sedang menatapnya. “Ya?” Tanya Cherie bingung.

“Hmm.. Boleh kenalan?” Tanya anak laki-laki itu. Sementara Maya, yang sedang menyedot es tehnya, langsung nyembur. Cherie dengan wajah bingung sekaligus terkesima pada sosok cowok di hadapannya itu langsung menyodorkan tangan. “Cherie,”

Cowok itu tersenyum manis lalu menjabat tangannya. “Aiden.” Tentu saja, Cherie sudah tahu namanya. Adik kelasnya itu bahkan masih jadi trending topic di kalangan cewek-cewek seangkatannya. Bahkan, gadis di sebelahnya, Maya, adalah salah satu fans garis kerasnya.

Cowok yang bernama Aiden itu pun menoleh ke belakang, pada meja dimana kumpulan cowok-cowok sedang menontoni aksinya sambil tertawa. Beberapa bahkan ada yang tengah merekam interaksi mereka. “Boleh minta nomor wasapp?” Tanya lelaki itu lagi.

Cherie ikut menoleh pada arah yang sama, lalu menatap cowok itu sangsi. “Kamu lagi taruhan, ya?”

Aiden, cowok yang bertampang super manis itu menggaruk kepalanya sambil meringis, “Hmm, begitulah.. Jadi, boleh minta wassapp? Please?”

Cherie automatis merasa keki. Menyebalkan sekali. Baru saja dia mau ke GR-an karena diajak kenalan sama dedek brondong yang super tampan. Alih-alih tulus mengajaknya berkenalan, ternyata dia cuma jadi objek kalah taruhan.

Cherie langsung balik badan saat itu juga, “Nggak,”

“Tapi, kak-”

“Nggak! Hus, sana pergi!” Usir Cherie layaknya mengusir anakan kucing.

**

Sore itu, Cherie dan Maya langsung disambut oleh pemandangan Sapphire Bliss yang super padat. Tampaknya hari ini, private room — ruangan yang biasa disewa untuk mengadakan event — terisi penuh. Cherie dan Maya pun langsung bersiap-siap di staff room.

Setelah siap dengan apron dan seragam, Cherie langsung berkutat dengan segala menu pesanan yang terpampang di hadapan. Sementara, Maya langsung menggantikan shift di bagian kasir.

Cherie baru selesai membuat 5 Macchiato Latte saat Maya berteriak, “Cher, tolong antarkan pesanan ini ke room 3!”

Cherie pun langsung bergerak mengambil pesanan, lalu menuju ke ruangan tiga, yang hari ini di pesan untuk mengadakan rapat.

Namun, alangkah terkejutnya dia saat pintu ruangan dibuka. Hal pertama yang dilihatnya adalah seorang pria dengan punggung tegak, yang menatapnya balik dengan tatapan tajam.

Dia.. Mr. X??!

Yup. Cherie tidak mungkin salah lihat. Benar, itu Ax. Cowok yang telah dimasukkannya ke dalam daftar hitam dengan kategori bajingan.

“Fuck!” Umpat Cherie dengan jantung yang berdebar. Seketika itu juga, Cherie langsung bergidik saat ingatan membawanya pada saat pria itu berada diatas tubuhnya dengan wajah yang begitu dekat.

Dengan cepat, Cherie berusaha mengendalikan diri. Dia tersenyum sopan, “Permisi, kopi pesanannya,” dia pun mengitar mengelilingi meja untuk memberikan pesanan.

Namun, suasana menjadi semakin canggung saat Cherie akhirnya berdiri di depan Ax. "Silahkan, kopinya,” Yang sebenarnya Cherie ingin lakukan adalah mengguyur pria itu dengan latte panas.

Ax menoleh ke arahnya, matanya menyelidiki Cherie dengan seksama sebelum senyum penuh arti tercetak di bibirnya. "terima kasih," suaranya terdengar tenang. Sementara, Cherie membalas senyuman itu dengan senyum canggung sebelum meninggalkan ruangan.

Sesampainya di konter, Cherie mencoba mengatur napas dan menenangkan diri. Bertemu dengan cowok itu lagi adalah hal terakhir yang dia inginkan. Dari luasnya Ibukota, bagaimana bisa mereka bertemu lagi? Terlebih Sapphire Bliss, tempatnya bekerja sehari-hari.

“Cher, aku mau ke toilet. Bisa tolong ambil alih sebentar?” Tanya Maya sambil menunjuk meja kasirnya. Cherie mengangguk dan segera menggantikan Maya. Dia pun melayani pelanggan sambil mencoba mengalihkan perasaan tegang yang sejak tadi tidak kunjung reda.

Satu pelanggan, dua pelanggan, tiga pelanggan, lalu tiba-tiba,

“Selamat siang,” suara rendah yang terdengar familiar itu menyapanya.

“Selamat si..” SIAL! Lagi-lagi dia! Jantung Cherie seakan berhenti berdetak saat berhadapan dengan Ax. Yang lebih parahnya lagi, Ax sendirian. Tidak ada antrian lain dibelakangnya.

Matanya bertemu dengan sorot mata cokelat Ax yang menatapnya tajam. Meskipun terkejut, Cherie mencoba menyembunyikan ketegangannya di balik senyum profesional. “Selamat siang. Mau pesan apa?”

Ax menatapnya, lalu senyum miringnya terukir di bibir. "Jadi, namamu Cherie," ujarnya sambil melirik name tag yang terpasang di dada Cherie.

Perempuan itu menghela napas. Seketika ia menyesal memakai name tag. "Ya, nama saya Cherie,"

"Terdengar lebih masuk akal daripada Angelina, Cynthia atau Jasmine," kata Ax sambil menatap Cherie dengan nada mengejek.

Ah, cowok ini masih ingat dengan guyonannya ternyata! Namun, tetap saja Cherie merasa kesal. Cowok ini sebenarnya mau apa?!

"Apakah ada yang bisa saya bantu, tuan?" Tanyanya dengan penekanan pada kata “tuan”, mengingat saat pertama bertemu, Ax tidak suka dipanggil dengan sebutan itu.

"Apakah honormu sebagai sugarbaby itu kurang, sampai harus bekerja di tempat seperti ini?" Ah, lagi-lagi Ax memperlakukannya seperti tidak punya harga diri!

Cherie menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang meskipun ingin MURKA. Apapun yang terjadi, dia harus tetap profesional. Selama masih di lingkungan kerja, pembeli adalah raja, kan?

“Favorit disini ada hazelnut latte. Dan untuk non coffee ada red velvet dan chocolate blend,” jelas Cherie berusaha tetap tenang, meskipun dalam hati dia ingin menambahkan, "atau mungkin anda mau saya buatkan kopi sianida?!”

“Mana dari menu ini yang kau paling suka, Cherie?” Tanyanya sambil menyorot kata “Cherie” dengan nada penekanan yang mengejek.

“Hazelnut latte,” Jawab Cherie cepat, tanpa berpikir.

“Okay. Saya pesan satu untuk di take away.”

Cherie mencatat pesanan dengan cepat, mencoba mengesampingkan perasaan kesalnya kala Ax masih curi-curi pandang dengan apapun yang dia lakukan.

Setelah beberapa saat, kopi hazelnut latte pesanan Ax pun sudah siap. Cherie menyerahkan gelas kopi tersebut kepada Ax dengan senyum tipis yang dipaksakan.

“Terima kasih, Cherie,” ucap cowok itu dengan sumringah. Sementara Cherie semakin jengkel kala Ax terus-terusan menyebut namanya. NORAK! MENYEBALKAN!

“Anyway, it’s nice to see you again, Cherie,” Ucap cowok itu sebelum berlalu.

Setelah cowok itu menghilang dari pandangan, Cherie mengetuk-ngetukkan buku jarinya ke atas meja. “Amit-amit,” Semoga ini menjadi pertemuan terakhirnya dengan cowok psikopat itu.

Bab terkait

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 9 - Izinkan Aku Menyewa Jasamu Malam Ini.

    “Cherie!” Suara lelaki itu menggema di lorong kampus. Cherie yang terkejut, kontan berbalik badan. Dan ia menemukan cowok yang ditemuinya di kantin kemarin sedang berlari ke arahnya. Aiden. Cowok itu mau apa? “Apa, sih? Pakai teriak-teriak segala!” Protesnya saat cowok itu sudah berdiri di hadapannya. “Sorry,” Cowok itu menggaruk kepalanya dengan gaya yang sangat manis dalam perspektif Cherie. “Habis, tadi kamu jalannya cepat banget, sih.” “Kamu, kamu! Aku kakak kelasmu tahu!” Cherie merengut. “Ada apa, sih?” “Hmm, nggak apa-apa. Kamu mau kemana, Cherie?” Cherie mendelik saat cowok itu memanggil namanya tanpa menggunakan embel-embel ‘kakak’. Namun, juga tidak mempermaslahkan. “Kantin, kenapa?” “Sama. Makan bareng, yuk?” Cherie menyipitkan mata, “Apa, sih? Kamu kalah taruhan lagi? Cari objek lain sana. Saya nggak mau jadi mainanmu,” “Eh, anu..” Aiden langsung berjalan cepat mengimbangi langkah Cherie yang nyelonong pergi. “Maaf, kemarin aku memang kalah taruhan. Tapi s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 10 - Night With You

    Sepulang kerja, tepat pukul 9 malam, Cherie sudah berada di depan Sapphire Bliss. Dia sedang mencari jejak Ax saat sorotan lampu mobil tiba-tiba berkedip ke arahnya, dan dia bisa langsung mengenali itu adalah tanda dari Ax. Seperti maling kutang yang mengendap-endap, setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, Cherie melangkah cepat menuju BMW hitam Ax yang tampan. “S..selamat malam,” Sumpah demi apapun, Cherie tidak pernah membayangkan berdua dengan Ax di dalam mobil akan secanggung ini. “Kita mau kemana?” Ax hanya meliriknya sebentar sebelum menancapkan gas, “Tempat dimana kita bicara dengan tenang,” Saat itu, di bayangan Cherie, Ax akan membawanya ke coffee shop 24 jam. Ternyata, tempat yang tenang versi Ax itu sama sekali di luar nalarnya. Ax membawanya ke sebuah BAR! Ini judulnya mau bicara atau mabuk-mabukan?! “Pak, ini katanya-” “Since I officially will be your client tonight, tolong jangan panggil saya Pak.” Ucap cowok itu dengan nada yang tak mungkin bisa dideb

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 11 - Tunangan Bayaran

    “Aku mencintaimu, Naira. Aku benar-benar hampa tanpamu. Setiap nafasku adalah doa untukmu kembali.”Kata-kata itu menempel seperti daging yang melekat pada tulang di ingatannya. Suara paraunya yang terdengar penuh kerinduan itu seolah masih terdengar di telinganya. Begitupun dengan pelukan di pinggangnya, dan air mata yang menetes di lekukan lehernya. Semua itu masih begitu terasa nyata, bahkan nyaris masih bisa ia rasakan. Walaupun kata-kata itu jelas bukan ditujukkan untuknya, namun tetap saja, sepanjang hari ini kalimat-kalimat itu terus berputar seperti kaset rusak di dalam kepalanya. “Jasmine? Hey! Kau mendengarku?” Jentikan jari cowok itu sukses membuyarkan lamunan Cherie.Cherie yang baru tersadar, kontan memasang muka bego. “Ya? Sorry, gimana?” Rio, cowok yang menggunakan jasanya malam ini kontan melotot. “Kamu dengar nggak sih, apa yang kukatakan barusan?” Tanya cowok itu. Nadanya ngegas.“Pura-pura jadi tunanganmu, selalu memegang tanganmu kemanapun, panas-panasin mantanmu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 12 -  Truth Or Dare

    “Sayang,” Cherie menyerahkan gelas berisi sampanye itu pada Rio. Lalu, dengan SANGAT TERPAKSA, mengikuti permintaan cowok itu untuk duduk di atas pangkuannya. Sedetik kemudian, orang-orang di dalam ruangan itu ramai menyapa sepasang kekasih yang baru datang itu. “Sabrina!” “Jeffrey, my man!” “Hi, guys!” Sapa cewek itu sambil cipika-cipiki dengan teman-temannya, sebelum menyalami pasangan yang baru tunangan itu. “Congratulations, love birds!” Janis, si calon mempelai perempuan yang punya hajatan itu membalas, “Thanks, Sab. Tapi, bukan cuma kami yang love birds disini. Say congrats untuk Rio dan tunangannya, Jasmine!” ucap cewek itu sambil menunjuk Rio dan Cherie dengan suara sekeras toa masjid, seakan sengaja membuat tontonan menarik disini. Teman-temannya pun ikut teriak menyoraki. Sabrina, target operasi mereka malam ini, menatap ke arah Rio dan Cherie dengan tatapan sinis. Lalu, matanya berhenti berhenti untuk menguliti Cherie dari kepala sampai kaki. Sambil tersenyum miring

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 13 - What The Fuck

    “Nggak ada yang boleh keluar sampai dia mendapat giliran,” Jason menunjuk Cherie beranjak dari pangkuan Rio. “Sorry, tapi memang begitu aturannya. Right, guys?” Sahutnya lagi sambil mencari pembenaran pada teman-temannya. Tentu saja, para keparat itu mengangguk mengiyakan. Mau tidak mau, Cherie kembali duduk diatas pangkuan Rio lagi. “Setelah mendapat giliran, kita baru bisa keluar dari sini,” Bisik Rio pada Cherie.Cherie menggeram, menahan diri untuk tidak menjambak cowok itu. Sudah tahu teman-temannya itu sakit jiwa, kenapa juga masih ditemani? Dan permainan ini. Kalau sejak awal dia tahu permainan itu bisa jadi segila ini, kenapa dia nggak ngajak cabut dari tadi? Apalagi tadi Cherie juga sudah memberi kode untuk mundur teratur, tapi si sok jagoan itu malah mengabaikannya. Sekarang, kalau sampai benda laknat itu sampai mengarah pada salah satu atau kedua dari mereka, kan yang paling dirugikan adalah Cherie!Jason memutar spinner itu lagi. Dan kali ini, anak panah itu berhenti pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 14 - Chaos

    Cherie teringat pada Dewi, anak tetangganya yang pernah menggegerkan satu RT karena kegep enak-enak di mobil sama pacarnya. Gosipnya kemudian merebak kemana-mana, membuat panik para ibu-ibu yang punya anak perempuan, tidak terkecuali Ibunya Cherie, Cecilia Norai, yang setelah mendengar kabar itu jadi parno habis-habisan.Saat itu juga, Cecilia langsung membuat sesi khusus untuk mengkhotbahi kedua anak gadisnya,“Jangan pernah merendahkan harga diri dan kehormatan kalian sebagai perempuan. Jangan jadi cewek murahan yang dengan mudah bisa dimanfaatkan. Mama tahu ini kuno banget, tapi ketika suatu hari ada cowok yang minta ciuman atau pegang-pegang, langsung tinggalkan! Jangan mau diiming-imingi cinta. Yang kayak begitu itu namanya nafsu, bukan cinta. Justru, kalau mereka benar-benar cinta sama kalian, mereka nggak akan merendahkan atau memanfaatkan kalian. Kalau mereka beneran sayang, mereka seharusnya menjaga kehormatan kalian,”“Cherie, Celine, pada saatnya nanti mungkin kalian akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 15 - Lost

    Malam itu Cherie berjalan menyusuri gelap malam tanpa arah. Sudah tidak perlu ditanya lagi seberapa kacau keadaanya. Matanya sudah sembab. Makeup-nya yang semula paripurna kini luntur berantakan. Belum lagi hatinya yang hancur tak karuan. Lebih tepatnya, kini penampakannya seperti pelacur yang dibuang setelah dipakai asal-asalan. Sialnya, baju ganti yang dipakainya dari rumah tadi masih ada di mobil Rio. Ponsel dan tasnya pun juga tertinggal di rumah itu. Tapi, mana mungkin dia tiba-tiba kembali lagi setelah semua yang ia alami? Cherie lebih memilih mati daripada kembali ke rumah laknat itu. Beruntungnya, tas tangan yang ia bawa itu hanya berisi makeup, parfum, sisir, dan nggak ada yang penting seperti dompet atau yang lainnya. Namun tetap saja, ponsel dan bajunya kini yang menjadi masalah. Hidup tanpa ponsel tentu membuatnya hilang arah. Dia jadi tidak bisa menghubungi siapapun untuk meminta bantuan, memesan taksi online untuk pulang, atau bahkan membayar untuk apapun yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 16 - Kemarahan Ax

    Tidak ada ampun bagi Vena, resepsionis yang judes luar biasa itu. Setelah mendengar penjelasan dari ketiganya, Ax langsung menghubungi HR dan meminta Vena dipecat saat itu juga. Tidak terkecuali Pak Arman, yang ikut terkena sial akibat ulah Vena.Cherie shock berat. Selain pertemuannya dengan Ax yang tidak disangka-sangka, dia juga tidak menyangka Ax memiliki wewenang untuk memecat kedua karyawan itu. Memangnya dia siapa? Apakah dia semacam pekerja yang punya kedudukan tinggi disini? Atau… jangan-jangan Ax pemilik rumah sakit itu?“Ampun, Pak! Tolong jangan pecat saya. Nanti, anak-anak saya makan apa, Pak?” Kali ini Vena menangis dan memelas. Pak Arman ikut bersuara, “Saya sudah kerja disini 10 tahun, Pak. Saya sudah menganggap rumah sakit ini sebagai rumah kedua saya. Disini kami sudah seperti keluarga, Pak.” Cherie yang semula kesal, kini malah jadi iba. Dia menyesal masalah ini bisa jadi panjang dan merembet kemana-mana. Menurutnya, Ax itu berlebihan. Kenapa mereka harus dipecat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22

Bab terbaru

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 17 - Sisi Lain Ax

    “Aku antar kamu ke rumah,”Sebenarnya, tawaran Ax itu seperti oase di tengah kekeringan. Seolah Tuhan mengulurkan tangan melalui Ax untuk memberinya pertolongan, tepat seperti yang ia butuhkan.Namun, disaat yang sama, Cherie jadi bingung dan panik sendiri. Mana mungkin dia bisa pulang ke rumah dengan penampilan seperti ini?!Anggaplah, sekarang para penghuni rumah sudah tidur. Tapi, kan, untuk bisa sampai rumahnya, dia harus melewati portal yang dijaga satpam. Biar bapak-bapak begitu, yang namanya gosip kan, tetap jalan.Ingat insiden Dewi yang kegep enak-enak sama pacarnya? Ya, itulah salah satu ulah para satpam-satpam itu. Kalau kali ini dia kegep pulang tengah malam dengan settingan seperti ini, ia yakin besok gosipnya sudah VIRAL sampai ke penjuru RT.Jadi, pertanyaannya, dia harus kemana sekarang?“Ax, aku nggak bisa pulang ke rumah dengan kondisi seperti.. Ini,” Cherie menunjuk pakaiannya dengan nada putus asa. Dia berpikir sejenak sebelum menemukan secercah ide brilian di kepa

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 16 - Kemarahan Ax

    Tidak ada ampun bagi Vena, resepsionis yang judes luar biasa itu. Setelah mendengar penjelasan dari ketiganya, Ax langsung menghubungi HR dan meminta Vena dipecat saat itu juga. Tidak terkecuali Pak Arman, yang ikut terkena sial akibat ulah Vena.Cherie shock berat. Selain pertemuannya dengan Ax yang tidak disangka-sangka, dia juga tidak menyangka Ax memiliki wewenang untuk memecat kedua karyawan itu. Memangnya dia siapa? Apakah dia semacam pekerja yang punya kedudukan tinggi disini? Atau… jangan-jangan Ax pemilik rumah sakit itu?“Ampun, Pak! Tolong jangan pecat saya. Nanti, anak-anak saya makan apa, Pak?” Kali ini Vena menangis dan memelas. Pak Arman ikut bersuara, “Saya sudah kerja disini 10 tahun, Pak. Saya sudah menganggap rumah sakit ini sebagai rumah kedua saya. Disini kami sudah seperti keluarga, Pak.” Cherie yang semula kesal, kini malah jadi iba. Dia menyesal masalah ini bisa jadi panjang dan merembet kemana-mana. Menurutnya, Ax itu berlebihan. Kenapa mereka harus dipecat

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 15 - Lost

    Malam itu Cherie berjalan menyusuri gelap malam tanpa arah. Sudah tidak perlu ditanya lagi seberapa kacau keadaanya. Matanya sudah sembab. Makeup-nya yang semula paripurna kini luntur berantakan. Belum lagi hatinya yang hancur tak karuan. Lebih tepatnya, kini penampakannya seperti pelacur yang dibuang setelah dipakai asal-asalan. Sialnya, baju ganti yang dipakainya dari rumah tadi masih ada di mobil Rio. Ponsel dan tasnya pun juga tertinggal di rumah itu. Tapi, mana mungkin dia tiba-tiba kembali lagi setelah semua yang ia alami? Cherie lebih memilih mati daripada kembali ke rumah laknat itu. Beruntungnya, tas tangan yang ia bawa itu hanya berisi makeup, parfum, sisir, dan nggak ada yang penting seperti dompet atau yang lainnya. Namun tetap saja, ponsel dan bajunya kini yang menjadi masalah. Hidup tanpa ponsel tentu membuatnya hilang arah. Dia jadi tidak bisa menghubungi siapapun untuk meminta bantuan, memesan taksi online untuk pulang, atau bahkan membayar untuk apapun yang

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 14 - Chaos

    Cherie teringat pada Dewi, anak tetangganya yang pernah menggegerkan satu RT karena kegep enak-enak di mobil sama pacarnya. Gosipnya kemudian merebak kemana-mana, membuat panik para ibu-ibu yang punya anak perempuan, tidak terkecuali Ibunya Cherie, Cecilia Norai, yang setelah mendengar kabar itu jadi parno habis-habisan.Saat itu juga, Cecilia langsung membuat sesi khusus untuk mengkhotbahi kedua anak gadisnya,“Jangan pernah merendahkan harga diri dan kehormatan kalian sebagai perempuan. Jangan jadi cewek murahan yang dengan mudah bisa dimanfaatkan. Mama tahu ini kuno banget, tapi ketika suatu hari ada cowok yang minta ciuman atau pegang-pegang, langsung tinggalkan! Jangan mau diiming-imingi cinta. Yang kayak begitu itu namanya nafsu, bukan cinta. Justru, kalau mereka benar-benar cinta sama kalian, mereka nggak akan merendahkan atau memanfaatkan kalian. Kalau mereka beneran sayang, mereka seharusnya menjaga kehormatan kalian,”“Cherie, Celine, pada saatnya nanti mungkin kalian akan

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 13 - What The Fuck

    “Nggak ada yang boleh keluar sampai dia mendapat giliran,” Jason menunjuk Cherie beranjak dari pangkuan Rio. “Sorry, tapi memang begitu aturannya. Right, guys?” Sahutnya lagi sambil mencari pembenaran pada teman-temannya. Tentu saja, para keparat itu mengangguk mengiyakan. Mau tidak mau, Cherie kembali duduk diatas pangkuan Rio lagi. “Setelah mendapat giliran, kita baru bisa keluar dari sini,” Bisik Rio pada Cherie.Cherie menggeram, menahan diri untuk tidak menjambak cowok itu. Sudah tahu teman-temannya itu sakit jiwa, kenapa juga masih ditemani? Dan permainan ini. Kalau sejak awal dia tahu permainan itu bisa jadi segila ini, kenapa dia nggak ngajak cabut dari tadi? Apalagi tadi Cherie juga sudah memberi kode untuk mundur teratur, tapi si sok jagoan itu malah mengabaikannya. Sekarang, kalau sampai benda laknat itu sampai mengarah pada salah satu atau kedua dari mereka, kan yang paling dirugikan adalah Cherie!Jason memutar spinner itu lagi. Dan kali ini, anak panah itu berhenti pa

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 12 -  Truth Or Dare

    “Sayang,” Cherie menyerahkan gelas berisi sampanye itu pada Rio. Lalu, dengan SANGAT TERPAKSA, mengikuti permintaan cowok itu untuk duduk di atas pangkuannya. Sedetik kemudian, orang-orang di dalam ruangan itu ramai menyapa sepasang kekasih yang baru datang itu. “Sabrina!” “Jeffrey, my man!” “Hi, guys!” Sapa cewek itu sambil cipika-cipiki dengan teman-temannya, sebelum menyalami pasangan yang baru tunangan itu. “Congratulations, love birds!” Janis, si calon mempelai perempuan yang punya hajatan itu membalas, “Thanks, Sab. Tapi, bukan cuma kami yang love birds disini. Say congrats untuk Rio dan tunangannya, Jasmine!” ucap cewek itu sambil menunjuk Rio dan Cherie dengan suara sekeras toa masjid, seakan sengaja membuat tontonan menarik disini. Teman-temannya pun ikut teriak menyoraki. Sabrina, target operasi mereka malam ini, menatap ke arah Rio dan Cherie dengan tatapan sinis. Lalu, matanya berhenti berhenti untuk menguliti Cherie dari kepala sampai kaki. Sambil tersenyum miring

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 11 - Tunangan Bayaran

    “Aku mencintaimu, Naira. Aku benar-benar hampa tanpamu. Setiap nafasku adalah doa untukmu kembali.”Kata-kata itu menempel seperti daging yang melekat pada tulang di ingatannya. Suara paraunya yang terdengar penuh kerinduan itu seolah masih terdengar di telinganya. Begitupun dengan pelukan di pinggangnya, dan air mata yang menetes di lekukan lehernya. Semua itu masih begitu terasa nyata, bahkan nyaris masih bisa ia rasakan. Walaupun kata-kata itu jelas bukan ditujukkan untuknya, namun tetap saja, sepanjang hari ini kalimat-kalimat itu terus berputar seperti kaset rusak di dalam kepalanya. “Jasmine? Hey! Kau mendengarku?” Jentikan jari cowok itu sukses membuyarkan lamunan Cherie.Cherie yang baru tersadar, kontan memasang muka bego. “Ya? Sorry, gimana?” Rio, cowok yang menggunakan jasanya malam ini kontan melotot. “Kamu dengar nggak sih, apa yang kukatakan barusan?” Tanya cowok itu. Nadanya ngegas.“Pura-pura jadi tunanganmu, selalu memegang tanganmu kemanapun, panas-panasin mantanmu

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 10 - Night With You

    Sepulang kerja, tepat pukul 9 malam, Cherie sudah berada di depan Sapphire Bliss. Dia sedang mencari jejak Ax saat sorotan lampu mobil tiba-tiba berkedip ke arahnya, dan dia bisa langsung mengenali itu adalah tanda dari Ax. Seperti maling kutang yang mengendap-endap, setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, Cherie melangkah cepat menuju BMW hitam Ax yang tampan. “S..selamat malam,” Sumpah demi apapun, Cherie tidak pernah membayangkan berdua dengan Ax di dalam mobil akan secanggung ini. “Kita mau kemana?” Ax hanya meliriknya sebentar sebelum menancapkan gas, “Tempat dimana kita bicara dengan tenang,” Saat itu, di bayangan Cherie, Ax akan membawanya ke coffee shop 24 jam. Ternyata, tempat yang tenang versi Ax itu sama sekali di luar nalarnya. Ax membawanya ke sebuah BAR! Ini judulnya mau bicara atau mabuk-mabukan?! “Pak, ini katanya-” “Since I officially will be your client tonight, tolong jangan panggil saya Pak.” Ucap cowok itu dengan nada yang tak mungkin bisa dideb

  • Ms. Sugar & Mr. Ice   Bab 9 - Izinkan Aku Menyewa Jasamu Malam Ini.

    “Cherie!” Suara lelaki itu menggema di lorong kampus. Cherie yang terkejut, kontan berbalik badan. Dan ia menemukan cowok yang ditemuinya di kantin kemarin sedang berlari ke arahnya. Aiden. Cowok itu mau apa? “Apa, sih? Pakai teriak-teriak segala!” Protesnya saat cowok itu sudah berdiri di hadapannya. “Sorry,” Cowok itu menggaruk kepalanya dengan gaya yang sangat manis dalam perspektif Cherie. “Habis, tadi kamu jalannya cepat banget, sih.” “Kamu, kamu! Aku kakak kelasmu tahu!” Cherie merengut. “Ada apa, sih?” “Hmm, nggak apa-apa. Kamu mau kemana, Cherie?” Cherie mendelik saat cowok itu memanggil namanya tanpa menggunakan embel-embel ‘kakak’. Namun, juga tidak mempermaslahkan. “Kantin, kenapa?” “Sama. Makan bareng, yuk?” Cherie menyipitkan mata, “Apa, sih? Kamu kalah taruhan lagi? Cari objek lain sana. Saya nggak mau jadi mainanmu,” “Eh, anu..” Aiden langsung berjalan cepat mengimbangi langkah Cherie yang nyelonong pergi. “Maaf, kemarin aku memang kalah taruhan. Tapi s

DMCA.com Protection Status