Share

Survey Dimulai

Penulis: Ursa Mayor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Matahari pagi sudah sangat menyengat pagi itu, meski pun masih jam sepuluh Rosie dan beberapa staf dari departemen pemasaran langsung bekerja menebar survey. Mereka memilih tempat di dekat burger van milik Tirta. Bukan tanpa alasan Rosie memilih tempat itu. Selain tempatnya agak ramai, tempat itu adalah jalur pejalan kaki yang biasanya didominasi oleh wanita kantor untuk berjalan kaki menuju tempat kerja mereka masing-masing. Rosie pun ikut andil dalam menyebarkan survey, dia tidak berdiam diri atau mengawasi.

“Mohon bantuan untuk isi survey!” begitulah ucapan mereka kepada orang-orang yang lewat seraya menyodorkan selembar kertas yang berisi pertanyaan.

Ada yang menolak dan ada juga yang merelakan waktunya sebentar untuk mengisi survey. Entah hari ini beberapa departemen pemasaran terkesan membuang-buang waktu, tapi ini juga adalah hal penting alih-alih menghabiskan waktu kerja di depan layar laptop.

Kegiatan mereka mendapat perhatian dari Yunri dan Tirta saat mereka sedang r
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ms. Manager And Her Brother   Gara-Gara Ethan II

    Ethan bukannya membagikan kuesioner itu kepada orang-orang di jalanan, dia malah kembali ke apartemen kakaknya. Duduk di sofa yang telah ia jadikan tempat tidur sejak menetap di apartemen itu. Ethan mengeluarkan tablet dari dalam tas kecil. Sudah lama dia tidak menjamah gadget itu. Menyalakannya lalu gambar produsen pun muncul untuk beberapa detik, setelah itu barulah masuk ke layar. Ethan membuka goodle formulir, mengetik ulang semua pertanyaan di lembar kertas ke dalam lembar formulir digital. Dia baru saja mendapatkan inspirasi itu saat melihat sseseorang memainkan gadget sambil menikmati minuman di kedai Tirta tadi. Ethan nyaris lupa, kalau di era digital semua bisa dilakukan online tanpa harus mencetak dan membuang-buang kertas, lebih ramah lingkungan. Hampir sekitar dua puluh menit, Ethan selesai menyalin kuesioner dari kertas itu ke dalam format digital. Langkah terakhir yang harus dia lakukan adalah menyebar tautan kuesioner. Pertama-tama dia menyebar kan ke grup chat

  • Ms. Manager And Her Brother   Kesempatan Dalam Masalah

    Rosie tersadar dari lamunannya. Meskpipun dia merasa getaran di dada, tatapan Lee yang penuh arti itu tidak lantas membuat Rosie menceritakan tentang sengketa formula Youth Serum dengan perusahaan pesaing. Justru, Rosie malah menjadi waspada karena dia tidak mungkin membocorkan masalah perusahaannya kepada Lee, pria yang baru beberapa hari dia kenal. Karenanya Rosie mengalihkan pembicaraan. “Pak Lee, apa Pak Lee bekerja di sekitar di sini?” tanya Rosie. Lee tidak langsung menjawab, dia menyodorkan formulir kuesioner yang sudah terisi kepada Rosie. “Iya, mengurus konstruksi di Jakarta. Ke sini hanya main saja,” jawab Lee. “Oh, begitu. Kalau begitu, saya permisi, ya. Masih ada yang harus saya kerjakan!” Rosie pamit. “Baiklah!” Lee tersenyum lembut. Dalam kepala Lee, dia tidak ingin melanjutkan rencana Mario untuk menghancurkan Rosie. Namun, sahabatnya itu tetap saja ingin dia melancarkan rencana karena itulah satu-satunya jalan agar sahabatnya kembali mendapat kepercayaan da

  • Ms. Manager And Her Brother   Hasil Survey Online

    Rosie mengela napas kemudian mengembuskannya perlahan. Dadanya berdegup kencangs sampai-sampai dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Membuang keraguannya, Rosie perlahan menyentuh gagang pintu ruangan Pak Harwan. Begitu pintu terbuka, sosok Pak Harwan yang sedang duduk di kursi kerjanya menoleh ke arah Rosie dengan senyum ramah. Rosie menutup pintu, dia melangkah mendekat ke depan mea Pak Harwan. “Sore! Ada perlu apa Bapak memanggil saya?” tanya Rosie. “Duduklah dulu!” Pak Harwan mempersilakan. Rosie menurut, di menarik kursi hidrolik di depan Pak Harwan lalu duduk di sana. Berseberangan dengan Pak Harwan. Sebelum memulai pembicaraan, Pak Harwan melebarkan senyumnya kemudian menghela napas. “Kerjamu bagus hari ini. Saya berterima kasih untuk apa yang dilakukan departemen pemasaran.” Rosie mengernyitkan alis. “Kami belum melakukan apa-apa untuk kelanjutan masalah Youth Serum. Bapak tidak perlu memuji begitu,” sahut Rosie. “Jadi, sebenarnya tujuanmu membuat kues

  • Ms. Manager And Her Brother   Nasihat Yang Merubah Rosie

    Rosie tahu siapa di balik semua ini, tidak lain adalah Ethan, adiknya yang pengangguran itu. Jadi, saat jam pulang, Rosie yang pertama keluar ruangan, dia buru-buru pulang ke rumah. “Selamat pulang, Kak Ros!” sapa Ethan tanpa menoleh ke arah kakaknya dan asik bermain game pada smartphonenya. Rosie merebut ponsel dari tangan Ethan. “Kak, apaan sih?” Ethan kesal karena sedikit lagi dia hampir menang dalam game perang itu. “Balikin!” Ethan mencoba merebut ponsel dari tangan Rosie, tapi Rosie mengangkatnya tinggi-tinggi. “Kamu kan yang melakukannya?” tanya Rosie. “Apaan?” “Survey!” “Survey ap-,” Ethan melengos seraya mengembukan napas. “Ah, survey itu. Kenapa memangnya?” Ethan memiringkan kepala memandang wajah Rosie yang ditekuk seakan tidak senang. Namun, beberapa detik kemudian, bulan sabit terbentuk di bibir Rosie. “Kerja bagus!” Rosie mengembalikan smartphone Ethan seraya mengacak-acak rambut adiknya itu. “Bisa senyum juga?” ledek Ethan. Seketika, ekspresi Rosie k

  • Ms. Manager And Her Brother   Aura Ethan

    Setelah memuaskan dahaganya, Rosie melenggang ke kamar tanpa berkomentar apapun lagi. Dia tahu itu perbuatan adiknya, tidak ada yang perlu diapresiasi khusus untuk Ethan walaupun sudah membantu dirinya dalam survey yang sia-sia. Rosie melempar badan di atas king size yang empuk. Satu-satunya tempat ternyaman untuk melepas lelah. Sementara itu, Ethan datang ke kedai milik Tirta, sengaja ingin bertemu dengan Yunri. Entah kenapa, dokter pengangguran itu ingin sekali menggangu Yunri atau sekadar menggoda gadis itu. “Kamu kenapa datang lagi?” tanya Yunri sinis. “Memangnya gak boleh kalau main ke sini atau beli burger gitu?” tanya Ethan. “Cih!” Yunri membuang muka. Kali ini kedai van burger itu sepi. “Gara-gara kamu ke sini, jadi sepi tahu. Kamu bawa aura negatif kayaknya!” ucap Yunri lagi. “Loh, kok nyalahin aku? Kamu itu yang auranya sinis. Kalau pelayanannya saja kecut begini mana mungkin pelanggan mau beli, yang ada takut duluan!” Ethan meledek. Yunri menginjak kaki Ethan

  • Ms. Manager And Her Brother   Merendahkan Rosie

    Rosie datang lebih awal daripada karyawan lainnya, dia duduk di kursi hidrolik di ruang kerjanya. Sejak dia membuka laptop, dia tidak tahu harus mengerjakan apa. Hanya lembar kerja pengolah data yang dia buka seakan menonton dirinya yang sedang bingung dengan pekerjaan. Menggulir tombol ke atas dan ke bawah, hanya itu yang dia lakukan.Beberapa saat kemudian, Rosie membuka folder lainnya. Hasil survey mentah yang kemarin Viona kerjakan. Hasil survey yang ternyata di mata Pak Harwan adalah sia-sia. Rosie kemudian menggigit jarinya, mata indah itu masih memandang layar. Memikirkan cara agar tidak kalah dengan Nature Chemical juga agar Youth Serum bisa kembali ke pasar.Tok! Tok!Terdengar ketukan di pintu

  • Ms. Manager And Her Brother   Bocah di Taman

    Ethan duduk di bangku taman kota, tidak terlalu luas tapi taman itu adalah bagian ruang hijau lainnya di Kota G. Tepat di sebelah Ethan, seorang anak kecil duduk dengan buku tulis yang terbuka. Anak laki-laki kecil berusia sekitar delapan tahun itu hanya memandang buku itu. Iseng, Ethan mengintip sedikit isi buku tulis yang terbuka. Menyadari diperhatikan seperti itu, anak kecil berwajah bulat itu menutup bukunya kemudian memeluknya seperti sesuatu yang berharga. Ethan tersenyum seraya memutar topi warna hitamnya ke belakang. “Jangan dilihat, ini rahasia!” ucap anak kecil itu. “Sedang belajar ya?” tanya Ethan. Bocah itu membuang muka yang muram. Ethan menyandarkan punggungnya, meraup udah ke dalam paru-paru kemudian menghembuskannya perlahan. “Le, kamu di sini ternyata!” seorang wanita mendekat, napasnya tersengal. “Kenapa kamu tidak di kelas dan malah di sini?” tanya wanita itu. Ethan mendelik, memandang wajah wanita itu yang tak lain adalah Yunri. Sengaja tidak me

  • Ms. Manager And Her Brother   Strategi Mario

    Lampu remang warna warni menyentuh wajah siapa saja yang ada di bawahnya. Musik yang dimainkan DJ seakan berhasil membuat orang-orang di bar itu larut dalam alunannya, membuat mereka seakan melupakan masalah kehidupan untuk sejenak. Mario juga turut serta menikmati alunan musik yang mulai mengencang, ditemani Lee. Mario menenggak sloki minuman keras. “Aku akan mengurus semuanya termasuk membujuk ayah untuk menjual sahamnya pada perusahaan kosmetik milik ayahmu.” Mario memulai pembicaraan. Ayah Lee memiliki perusahaan kosmetik juga bernama UM Company yang berpusat di Korea Selatan. Beberapa produk kosmetik produksi UM Company asal Negeri Ginseng itu pun sudah terkenal di Indonesia. Lee dipercaya ayahnya untuk memegang perusahaan konstruksi milik ayahnya yang sedang melebarkan sayap di Indonesia. “Ayahku tidak mau tahu. Beliau bilang harus untung lebih banyak jika ayahmu mau menjualnya. Jika bisa terakuisisi malah bagus.” Lee menyahut. “Aku hanya mau mengincar perusahaan saja

Bab terbaru

  • Ms. Manager And Her Brother   Bagian Akhir

    Dua Bulan Kemudian. Setelah proses persidangan yang panjang, sidang putusan pun ditetapkan pagi itu. “Dengan ini, menyatakan terdakwa Saudara Mario Minoru telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan kejahatan penculikan terencana serta melakukan penganiayaan hingga menyebabkan korban, Saudara Ethan Darius mengalami luka tembak serta menyebabkan luka berat kepada korban Saudara Jonathan sebagaimana yang telah didakwa dalam dakwaan primen penuntut umum. Menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Mario Minoru dengan pidana hukuman empat tahun penjara.” Ethan dan Rosie bersamaan mengela napas lega. Hari itu merupakan hari kemenangan mereka atas ambisi Mario. Setelah putusan itu, para hadirin pun bernajak dari kursi masing-masing setelah para hakim meninggalkan meja. Mario pun digiring keluar oleh petugas kejaksaan. Akan tetapi, tepat saat Mario melewati Rosie, pria itu berkata. “Aku akan membalasnya,” ucapnya penuh dendam seraya digiring keluar melewati ruan

  • Ms. Manager And Her Brother   Jonathan Kembali

    Ethan tersenyum tipis, lantas Mario tancap gas melajukan kendaraannya. Ethan memandang mobil Mario yang semakin menjauh lantas tersenyum menyeringai. Seakan penuh kemenangan karena rencana yang dibuat berljalan lancar. Sambil berjalan mendekat ke gedun yayasan, Ethan mengeluarkan smartphone dan menghubungi Rosie/“Kakak, aku mendapatkannya. Tidak akan aman jika aku membawanya. Aku sekarang di yayasan,” Ethan mengabarkan. ”Bagus! Tunggulah beberapa lama lagi, aku akan datang sebentar lagi,” perintah Rosie. Rosie melipat tangannya ke dada berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang, jika dia langsung menemui Ethan kemungkinan Mario akan mencurigainya terlebih lagi ini adalah jam kerja. Mario langsung pulang ke apartemen selepas bekerja. Buru-buru pria itu memeriksa brankas di bawah temoat tidur. Menekan beberapa digit nomor sehingga brankas itu terbuka. Melihat dokumen itu masih aman, Mario lega dan kemudian meletakkannya kembali ke dalam brankas. Ketika Ethan meminta unt

  • Ms. Manager And Her Brother   Meretas Brankas

    Jonathan menceritakan semua tentang stempel Ethan. Semua kini terasa jelas di mata Rosie. Bahkan tidak hanya tentang perusahaan. Kurang lebih dua jam berada di ruang inap itu, Rosie pun paham meskipun ayahnya terkesan tidak peduli dan memperlakukan Ethan secara buruk hingga perselingkuhan ayahnya. Hati Rosie yang beku itu perlahan mencair. Semua tampak jelas. “Jadi, tugasku sekarang hanya menanyai Om Clayton tentang itu.” Rosie menarik kesimpulan.“Iya. Kalau kamu benar-benar ingin membantu anak wartawan itu mengungkap kebenarannya, lebih baik ajak saja dia. Supaya gak salah paham,” saran Jonathan.“Baiklah. Aku akan pergi menemui Ethan.” Rosie melirik jam melingkar di tangannya. Bangkit dari duduknya. Bersamaan dengan keluarnya Rosie, muncul seorang perawat dan dokter dari pintu ruang rawat ayahnya.“Pak, apa dia putri anda?” tanya Sang Dokter.“Benar. Dia berlian luar biasa.” Jonathan memandang ke arah berlalunya Rosie. Rosie duduk di dekat brankar Ethan.“Kamu udah pul

  • Ms. Manager And Her Brother   Stampel Ethan

    Seperti pembicaraan mereka lewat telepon tadi pagi, Dicky dan Rosie bertemu di kedai tempat mereka berjanji. Malam itu, Dicky pun tampak memasang raut serius.“Ada apa?” tanya Rosie.“Bu Rosie, begini.” Dicky menjeda kalimatnya. “Tidak ada bukti yang bisa saya temukan jika kematian ayah saya adalah akibat dari pemecahan perusahaan itu.”“Lalu?”“Sepertinya saya tidak punya alasan untuk membantu Bu Rosie untuk terlibat jauh dengan masalah ini. Tidak ada alasan lagi untuk saya berkhianat pada perusahaan tempat saya bekerja,” imbuh Dicky.“Hanya itu saja yang mau disampaikan?” Alis Rosie berkernyit. Jika hanya menyampaikan kabar begini, seharusnya disampaikan lewat telepon saja. Akan tetapi, sepertinya Dicky memiliki maksud lain.“Apa kamu yakin tidak ingin menyelidikinya?” tanya Rosie. Dicky menelan salivanya sendiri. Membetulkan posisi duduk yang mendadak berubah tidak nyaman.“Ibumu berteriak histeris saat saya datang kesana dengan name tag yang menggelayut di depan dada saya

  • Ms. Manager And Her Brother   Maaf Itu Gratis tapi, Bukan Murahan

    “Siapa yang tidak ingin melawan saat terdesak?” Pandangan Mario belum lepas dari pria yang duduk berseberangan dengannya. Pria itu pun melengos asal-asalan.“Yah, kalau Pak Mario tidak bicara, bagaimana saya bisa bantu?” Mario tersenyum mengintimidasi. “Aku sudah kalah. Jadi, tidak ada yang perlu kubicarakan. Aku akan membusuk di penjara.”“Itu namanya pasrah!”“Bukan pasrah tapi, mengakui kesalahan dan merenung apa yang sudah menjadi resikoku. Atas perbuatanku.” Keseriusan Mario terpancar pada matanya itu. “Ya sudah, jika memang tak bersedia untuk dibela, saya rasa ini hanya buang-buang waktu saja.” Pak Han bangkit dari duduknya. Sementara, Mario digiring oleh polisi yang bertugas pagi itu. Masuk ke dalam sel, Mario duduk di pojokan. Memeluk lutut. Kecamuk di hatinya akibat perbuatan yang sudah dia lakukan dan kesalahannya pada Rosie serasa ingin membuatnya berteriak. Akan tetapi, sel yang terasa semakin sempit dan lubang di hatinya akibat perbuatannya sendiri menahan di

  • Ms. Manager And Her Brother   Perasaan Tirta

    Ethan tersenyum masam melihatrona di wajah Yunri. Sesaat kemudian pemuda itu terkekeh.“Hahaha.”“Apaan sih!” Yunri malu-malu kesal.“Kamu suka sama aku, kan?” Mendadak Ethan jadi serius.“Dih, mana ada aku suka sama kamu!”“Terus tadi itu apa?” Desakkan Ethan membuat Yunri gelagapan. Gadis itu jadi salah tingkah. Tidak tahu bagaimana menyembunyikan getar di dadanya. Malu dan perbuatan yang nyaris saja membuatnya jatuh lebih dalam ke dalam perasaan lebih dalam.“Itu-”“Selamat malam!” Yunri terselamatkan oleh suara Tirta yang tiba-tiba masuk dengan sebuah parsel buah di tangannya. “Tirta!” sapa Yunri seraya berlari ke arah pemuda itu.“Ini.” Tirta menyodorkan benda di tangannya kepada Yunri. Dengan sigap, Yunri pun mengambil benda itu.“Kamu apa kabar?” tanya Tirta seraya mendekat ke brankar.“Apa kabar? Lihat, dadaku ini bolong, nyaris gak bisa menikmati burgermu lagi,” sahut Ethan seraya menunjuk dada kirinya yang terperban.“Jangan sensitif begitu dong, Tirta kan cuma nanya.”

  • Ms. Manager And Her Brother   First Kiss

    Cahaya matahari masuk melalui ventilasi yang terbuat dari besi. Ruang besuk itu hanya berukuran dua kali tiga metar. Ukuran yang cukup bagi orang yang ingin membesuk para kriminal demi sekadar bertanya kabar. Seperti yang dilakukan Giesta hari ini, wanita itu duduk berseberangan dengan Mario. “Paman tidak akan mengirimkan pengacara untukmu di pengadilan nanti, itulah yang kudengar,” ucap Giesta. Mario tidak berkata apapun, yang dia lakukan hanya tertunduk. Entah pemuda itu sedang menyesali perbuatannya atau kecewa karena ayahnya tidak akan membantu mengirimkan pengacara saat sidang nanti. “Mario, aku akan membantumu!” tawar Giesta. “Hahaha, membantuku? Kamu saja menjadi Manajer di Nature Chemical karena bantuan ayahku. Sekarang malah mau membantu bagaikan seorang pahlawan kesiangan.” Mario tersenyum menyeringai. “Jangan meremehkanku, Mario. Aku membantumu sebagai seorang saudara. Jabatanku sekarang gak ada hubungannya dengan niatanku membantumu jadi, jangan dikaitkan, ya!” uca

  • Ms. Manager And Her Brother   Wawancara Dengan Yunri

    Yunri sengaja memilih kedai kopi kecil yang nyaris tidak ada pembelinya. Gadis itu sengaja karena privasinya bisa terjaga saat wawancara dengan pengacara di depannya. Setelah memesan dua cup es coffe mocca, , mereka pun memilih tempat paling pojok. Pak Yana mengeluarkan tablet lengkap dengan pensil dan bersiap menulis setiap pengakuan Yunri. Sama seperti yang dilakukan saat mewawancari Ethan sebelumnya. “Nona Yunri, apa sudah benar-benar siap?” tanya Pak Yana. Yunri mengangguk pelan tanda dirinya sudah siap ditanyai apapun tentang masalah yang melibatkannya. “Saya disclaimer dulu sebelum kita mulai. Kalau ada pertanyaan yang membuat Nona Yunri tidak nyaman, Nona Yunri bisa bilang kalau itu tidak nyaman untuk Nona. Saya akan mengganti pertanyaannya. Nona juga tidak harus menjawab semua pertanyaan yang saya tanyakan karena itu hak Nona.” Pak Yana memperingatkan.“Iya.” Sebelum mereka memulainnya, pelayan pun datang menjeda seraya membawa pesanan mereka. Berlalu setelah mele

  • Ms. Manager And Her Brother   Seudzon

    Sore hari, Pak Yana pun datang ke ruang rawat Ethan hanya untuk menanyai pemuda itu demi keperluan sidang tentunya setelah berkonstultasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani Ethan. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah Sang Pengacara melakukan tugasnya. “Maaf mengganggu sore-sore begini, Mas Ethan.” Pak Yana memulai pembicaraan dengan basa-basi.“Apa Mas Ethan sudah siap dan yakin dengan wawancara ini?” tanya Pak Yana sebelum melangkah lebih jauh.“Pak Yana, saya hanya tertembak, bukan meninggal. Apa Pak Yana enggak lihat kalau saya sesehat ini?” Ethan menngangkat kedua lengannya, memperlihatkan otot bisep yang menonjol tapi, sesaat kemudian dia meringis. “Aduh!”“Gak usah sok kuat!” ketus Rosie.” Ethan lantas menurunkan kedua tangannya, mengela napas lantas berkata, “Kita mulai sekarang saja, Pak. Biar cepat.”“Baiklah. Pak Yana bersiap mengetik pada sebuah tablet di tangannya. “Bagaimana kejadian waktu Mas Ethan diculik?” Pak Yana mengawali wawancaranya dengan p

DMCA.com Protection Status