“Apa kamu sudah merasa lebih baik, sekarang?Aku akan keluar sebentar. Kamu jangan kemana-mana dulu!” ucap sang Direktur yang terdengar seperti sebuah perintah.
Rania menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.
“Aku akan mencari makanan untukmu. Kau istirahatlah dulu!” pamit Raka. Ia pun langsung keluar dari ruangan itu.
Sementara Rania masih terlarut dengan fikirannya. Ia penasaran dengan perubahan sang Direktur yang terkesan tiba-tiba.
“Apa yang salah dengannya?Mengapa ia begitu baik padaku hari ini?” Rania membatin.
Gadis ini pun belum menemukan jawabannya sejak tadi. Apapun itu, Rania sangat bersyukur dapat diperlakukan selayaknya oleh Tuan Raka.
Tak lama kemudian, Raka datang dan membawa bungkusan yang berisi makanan.
“Aku akan membantu menyuapimu. Kamu makan yang banyak dan minumlah obat!” ucap Raka yang terdengar seperti sebuah perintah.
Rania mengangguk sebagai tanda setuju.
“Apa Direktur sakit?Mengapa dia mau
Hari itu juga, Rania memutuskan untuk keluar dari rumah sakit. Dia tak ingin orang tuanya khawatir karena harus menginap di rumah sakit.“Kamu benar, sudah baikan?Mengapa tak menginap semalam saja disini?Nanti, aku akan minta izin kepada orang tuamu. Aku akan bertanggung jawab penuh atas dirimu!” Raka dengan nada serius.“What?Tanggung jawab?Memangnya, aku kenapa?Dasar pria aneh!” Batin Rania bingung.“Apa kamu dengar ucapanku barusan?” tanya Raka. Ia penasaran dengan tanggapan Rania nanti.“Aku tak bisa bermalam disini, Tuan!Ibuku pasti khawatir.” Tatapannya sulit di tebak.“Baiklah, kalau memang itu keputusanmu. Aku akan mengantarmu pulang sekarang,” ujar Raka“Terima kasih atas pengertianmu, Tuan.” Rania terlihat lega.“Tunggu sebentar!Aku akan membayar administrasi dulu,” ucap Raka.“Sekali lagi, terima kasih banyak. Tuan memang sangat dermawan!” Rania memuji.“Siapa bilang aku dermawan?Semua biaya administrasi
Suasana di dalam mobil terasa hening. Tak ada satupun dari mereka yang menyapa duluan. Sama-sama masih terlarut dalam dramanya.“Apa-apaan sih, mengapa gadis ini sangat jual mahal?Sudah tampilannya norak, pake belagu segala!” batin Raka kesal.Sepertinya, sang Direktur kesal karena sepanjang jalan tak ada pembicaraan ataupun pertengkaran yang terjadi di antara mereka.“Mengapa pria ini menatapku dingin?Apa dia sangat membenciku karena aku miskin?Benar-benar pria yang sangat sombong dan membosankan!Aku sangat heran pada gadis-gadis yang mengejarnya,mengapa mereka begitu bodoh karena menyukai pria yang tak punya hati ini?Tampangnya aja yang ganteng, tapi kelakuannya naudzubillah!” batin Rania mengutuk.Rupanya gadis ini memperhatikan ekspresi datar sang Direktur. Sepanjang jalan, mereka terlibat perang dingin. Saling mengutuk satu sama lain walaupun hanya dalam hati.Sepertinya,Rania tak kembali ke istana megahnya. Dia takut,
Raka berlalu meninggalkan tempat Rania dengan perasaan kesal. “Benar-benar gadis yang angkuh!Dia berani sekali mengusirku dari rumah jeleknya!Aku bisa membeli rumahnya sekaligus, biar nanti tinggal di jalanan!Lihat saja nanti!Aku akan memberinya pelajaran, agar dia tahu batasannya!” Raka terlihat geram. Mobilnya melaju dan meninggalkan tempat itu. Sementara Rania dan Bik Ratih masih menunggu supir untuk menjemput mereka. “Terima kasih, Bik. Semua berjalan lancar karena bantuan Bik Ratih. Kalau saja nggak ada bibik, Rania nggak tahu mau di apain sama Tuan Arogan itu!” Rania mendengus kesal. “Iya,Non. Bibik cuma mau ngingetin, jangan sampai Non Rania terlalu membencinya!Itu akan bahaya buat diri sendiri dan nggak baik juga!Bersikaplah dewasa dan memaafkan kesalahan orang lain!” ucap Bik Ratih. Seulas senyum terukir di wajahnya. “Hmmm,tapi Rania kesel!Dia tuh, kalo di kantor suka cari masalah!Suka ngerendahin kehidupan orang lain!Rania bener-bene
Pak Galih dan juga Rania masih asyik dengan percakapan mereka. Kedua anak muda ini terlihat sangat hangat dan akrab. Rania sangat santai jika bicara pada Galih,berbeda pada saat bicara dengan sang Direktur. Ia terlihat tegang dan perasaannya deg-degan. “Si Arogan benar-benar sangat berbeda dengan adiknya!Ia terlihat sangat..dingin dan juga kasar. Sementara Pak Galih,tutur katanya lembut dan juga sangat perhatian!” batin Rania membandingkan sifat dari kakak-beradik ini. Tentu saja, Rania lebih menyukai sikap Pak Galih dari pada sang Direktur Arogan itu. Tanpa sadar,ia tersenyum-senyum sendiri. Gadis ini seakan terhanyut dalam khayalan. Entah apa yang ada dalam fikiran gadis itu?Pak Galang sendiri pun tak tahu. Ia hanya memastikan apa yang sedang Rania fikirkan. “Hei. Kamu kenapa?Kok ngelamun?” tanya Galih dengan tawa ringannya. “Kenapa Pak?Aku kenapa?” tanya Rania dengan tatapan bingung. “Nggak kenapa-napa,kok. Aku hanya memperhatikan kam
Kini sang Direktur berencana untuk membuat kehidupan Rania di kantor menjadi lebih sulit. Entah ada hal apa sehingga Raka ingin sekali membuat hidup gadis itu menderita? Rania terlihat sangat lelah,rasanya ia mau pingsan saja. “Ya Tuhan,apa salah dan dosaku sehingga mendapat atasan yang Arogan seperti itu?Sungguh ia tak punya belas kasih!” ucapnya dengan wajah lesuh. Ia pun dengan perlahan menuruni anak tangga seperti semula. Betisnya terasa sakit karena sudah terlalu lama berjalan. “Ahh...rasanya aku ingin teriak pada pria sombong itu!Benar-benar aku akan jadi gila bila selalu diperlakukan seperti ini!” rintih gadis itu. Pada saat Rania pergi,Raka dengan wajah sumringah merasa puas dengan apa yang ia lakukan pada gadis yang tak berdosa itu. “Aku akan melihat sampai dimana kamu akan bertahan!Jika masih mampu menuruni anak tangga lagi,berarti tekadmu tak bisa dianggap sebelah mata!” Raka menyeringai.
Akhirnya Rania sampai juga di ruangan Bara sang Asisten Raka. Perangainya tak jauh beda dari sang Direktur,ia sangat dingin dan kaku. Bara juga bukanlah orang yang suka bicara banyak. Kehidupan asmaranya benar-benar tertutup seperti sang Bos. “Ya Tuhan,sepertinya aku diberikan cobaan yang begitu berat!Aku harus menghadapi dua pria dingin dan aneh dalam kantor ini!Yang pertama adalah Direktur dan yang kedua Asistennya. Ya ampun, aku benar-benar hampir gila dan ingin menyerah saja!” keluh gadis ini sambil berjalan ke arah pintu ruang kerja Bara. Walaupun berat,ia terpaksa harus melakukan dan menjalaninnya. Apalagi Rania sudah berkomitmen sejak awal. Ia tak akan mundur sekalipun karena sudah terlanjur melangkah jauh. Tok,tok,tok. Rania mengetuk pintu. “Bolehkan aku masuk!” seru Rania dari luar. “Siapa?” tanya Bara. “Aku Rania,” jawabnya. “Masuk saja!Pintunya tak di kunci,” ucap Bara seraya menyuruh Rania masuk.
Suasana di dalam mobil menjadi hening. Rania tak ingin memulai percakapan karena takut salah bicara. Apalagi sang Direktur rupanya selalu mencari kesalahan gadis itu. Mustahil baginya untuk bicara lebih dulu. “Ada apa dengan gadis ini?Mengapa wajahnya kaku ketika di dekatku?Apa aku ini terlihat seperti monster yang akan memakannya hidup-hidup?” batin Raka bertanya-tanya. Kedua anak muda ini terhanyut dalam pertanyaan mereka masing-masing. Ingin mengungkapkan langsung,namun merasa gengsi. Sudah tiga puluh menit mereka dalam perjalanan,namun tak satupun dari mereka yang mau bicara. “Apa dia gengsi mau bicara duluan?Mengapa aku tak lebih dulu bertanya padanya?Ah...tidak,aku tak akan melakukan hal itu!Aku seorang pria tampan dan juga kaya,mustahil bagiku untuk bicara lebih dulu!” batin Raka seakan menolak untuk menyapa Rania lebih dulu. Dengan ekor matanya,sang Direktur mencuri-curi pandang menatap Rania. Raka tak menyadari jika gadis itu menyadar
Rania mengelus dadanya dan menahan semua rasa sakit dan malu. Sang Direktur tak menampakan sedikit pun rasa penyesalan pada gadis itu. Hatinya keras bagaikan batu. Tak hanya sampai disitu,Tuan Arogan ini sepertinya masih melanjutkan ucapannya yang tajam bagaikan mata pisau. “Mengapa kamu hanya diam saja disitu?Apa aku harus perlu mengulangi setiap ucapanku!Kau benar-benar tak mempelajari bagaimana kesalahanmu!” bentak sang Direktur sambil berjalan keluar kafe. “Tunggu,Tuan Raka!Aku minta maaf.” Lagi-lagi Rania minta maaf dengan nada memohon. Raka menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Rania. “Harus berapa kali aku katakan padamu,hah!Aku tak ingin mendengar kata maaf yang keluar dari mulut gadis sepertimu!Kau benar-benar tak belajar dari kesalahanmu!Kata maaf itu tak akan menyelesaikan masalah!Apa kamu paham!Dasar gadis bandel!” bentak Raka lagi. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju mobil. Sementara Rania masih berdiri saja disitu. Ia sea
Si Pria Arogan ini langsung saja masuk ke dalam kantor dengan wajah penuh dengan amarah. Bagaimana mungkin Galih bisa membela gadis asing itu tepat di hadapannya?Itu sangat melukai harga diri Raka.“Galih sudah berani melawanku!Ini semua gara-gara gadis itu!Dia memang pembawa malapetaka bagi kami!Jangan berharap bisa keluar dari sini sesuka hati!Dia harus membayar semua yang terjadi hari ini!” Raka mengepalkan kedua tangan dengan penuh amarah.Sementara Rania masih berada di rumah sakit bersama galih.“Terima kasih karena sudah membawaku kesini!” Galih dengan tatapan tulus.“Pak Galih tak perlu minta maaf. Semua terjadi karena aku. Jadi,aku harus merawat Pak Galih hingga sembuh.” Sahut Rania terdengar tulus.“Aku sangat terharu mendengarnya!Kau benar-benar gadis yang dapat di andalkan.” Galih dengan nada pujian.“Pak Galih masih saja bercanda dalam keadaan seperti ini. Aku benar-ben
Rania sampai di kantor terlebih dahulu. Ia seakan menghindari untuk bertemu dengan sang Direktur. “Ini benar-benar menyebalkan!Mengapa dia harus ke rumahku?Apa pria itu ingin mengadukanku pada Mami?Ini tak bisa dibiarkan!” ketus Rania. Sementara Raka belum tahu jika Rania adalah putri tunggal dari Tuan Marcel dan Nyonya Aulia. “Ya Tuhan,apa yang harus kulakukan?Mengapa juga harus bertemu si Pria Arogan ini?Sangat menyebalkan!Bagaimana aku bisa menghindarinya?Dia selalu berkeliaran dimana-mana.” Ketus Rania lagi. Gadis ini pun berjalan dengan wajah yang penuh kecemasan. Rania tak sadar jika Galih memperhatikannya sejak tadi. Pria ini menyapa perlahan. “Hei. Mau kemana?” Galih menyapa ramah. Rania pun terlihat kaget. Bagaimana tidak?Gadis ini sedang menghayal. Tiba-tiba Galih muncul di hadapannya. “Tu—tuan!Apa yang kau lakukan disini?” tanya Rania dengan wajah panik. Galih pun tersenyum karena mendengar pertanyaan gadis i
Marcel dan Aulia merasa kaget akan kejujuran Raka. Namun,tak dipungkiri jika Aulia kagum tatkala mendengar keberanian Raka yang sangat jujur akan perasaannya. “Apa kau tak bercanda,Nak?” tanya Aulia. “Aku serius. Aku harap kalian jangan marah padaku setelah mendengar ini!” sahut Raka. “Hahaha....Anak muda yang sangat pemberani!Mengapa kami harus marah padamu?Hal itu biasa dirasakan oleh muda-mudi seperti kalian. Jadi,tak perlu merasa canggung. Jika kau menyukai Rania. Maka,kejarlah sampai kau mendapatkannya!Kami sudah memberi restu dan mendukungmu penuh!Apalagi kau adalah anak dari sahabat kami. Akan lebih bagus jika kau sendiri yang menginginkannya.” Tukas Marcel memberi restunya. “Iya. Om Marcel benar,Nak. Kami menginginkan agar kau sendiri yang mendapatkan hatinya!Tante hanya mengingatkan saja. Sebelumnya,Rania tak pernah pacaran atau memiliki kekasih. Jadi,dia masih agak sulit untuk menerima semua ini. Tante harap,kau bisa merubah semua sikap kera
Tak terasa mereka telah sampai di depan rumah Rania. “Apakah ini rumahmu?” tanya Raka. “Iya. Ini rumahku. Terima kasih telah mengantarku pulang.” Sahut Rania tersenyum ringan. “Apakah kau tak menyuruhku masuk terlebih dahulu?” Raka terdengar berharap. “Tak perlu. Ibumu pasti sudah cemas menunggumu di rumah. Kau seharusnya kembali lebih awal.” Rania mencari alasan. “Hahahaha. Ada apa denganmu,Nona Rania?Aku bukanlah anak kecil. Jadi,tak perlu mencemaskan hal itu. Ayo kita masuk ke dalam rumah!” sahut Raka nampak sumringah. “A—apa maksdumu?Mami pasti tak berada di rumah sekarang!Pergilah pulang!” Rania menatap cemas. “Kau nampak cemas?Apa yang terjadi denganmu?” tanya Raka penasaran. “Ti—tidak. Maksudku,tak terjadi apa-apa padaku. Kau tak perlu cemas. Aku bisa masuk sendiri. Ayo pergilah!” Rania semakin tak jelas. Raka semakin terlihat penasaran akan sikap gadis itu. “Mengapa dia menolakku masuk ke dalam r
Mereka berdua menikmati keindahan puncak hingga sore hari. Langit tampak cerah dan mulai menguning. Rania terlihat sangat senang menikmati keindahan puncak di sore hari. Gadis ini bahkan tak sadar akan tingkahnya yang terlihat kekanakkan. Rania lupa jika ada Raka di dekatnya. “Disini sangat nyaman!Aku menyukai tempat ini!Terima kasih sudah membawaku kesini!” Rania terdengar tulus. Raka hanya tersenyum dan memandangi kebahagiaan gadis yang sedang berputar-putar mengelilingi pohon yang berada di dekat situ. Tanpa sadar,pria arogan ini telah jatuh hati pada kepolosan Rania. “Apa anda sering kesini?” tanya Rania tersenyum ramah. “Iya. Di akhir pekan aku menghabiskan waktu mampir kesini. Aku suka akan tempat ini!Jiwaku tentram dan hatiku damai tanpa memikirkan aktivitasku yang menumpuk di kantor.” Jelas Raka apa adanya. “Oh,begitu. Aktivitas di kantor memang sangat membosankan!Kita perlu menyegarkan fikiran dengan mengunjungi tempat-tempat seperti
Rania terpaksa harus menunjukan wajah pada Raka. Semua orang telah mendesaknya. Tentu hal itu membuat Raka kaget. “Dia cantik sekali!Aku tak menyangka jika wajahnya seperti ini!” batin Raka memuji tanpa mengenali. Bagaimana tidak. Wajah Rania sangat berbeda jauh dari biasanya. Tentu saja Raka tak mengenalinya dengan baik. “Dia terlihat sangat berbeda jauh dari Rania si Gadis pembuat masalah itu!Jelas saja, Rania ini terlihat lebih cantik dan menggoda!” batin Raka tak hentinya memuji. Pria ini sampai lupa makan karena terpesona akan kecantikan Rania. Sementara Rania masih terlihat cemas dengan apa yang akan difikirkan oleh Raka. “Apa dia mengenaliku?Aku akan tamat hari ini!Ya Tuhan,tolong selamatkan aku!” keluhnya dalam hati. Melihat dua anak muda yang saling menatap membuat Denisa segera bertindak. Uhuk...,uhuk...,uhuk.... “Ayo dimakan!” tukas Denisa nampak sumringah. “Mengapa kalian termenung?Apa terjadi sesuat
Buk Aulia,Pak Marcel, dan juga keluarga Pak Hendra semakin merasa heran dengan sikap Rania. “Ada apa sayang?Kenapa wajahmu ditutupi seperti itu?” tukas Aulia bertambah heran. “Iya. Mami kamu benar. Nggak sopan kayak gitu,Nak. Ayo salaman!” ucap Marcel. Tanpa bicara,ia langsung saja menyalami pria yang ada di hadapannya dengan wajah yang masih tertutup. “Maafkan atas tingkah putri kami!Dia memang agak kekanakkan. Ini juga kali pertama aku mendandaninya.” Tukas Aulia dengan nada polosnya. “Aduh,Putrimu benar-benar sangat menggemaskan!Tak perlu minta maaf. Kadang kala,anak-anak selalu seperti itu. Kita sebagai orang tua harus lebih bijak lagi menghadapi mereka.” Jawab Denisa tersenyum ramah. “Iya,Pak Marcel. Tak perlu sungkan seperti itu. Wajar saja dia bertingkah seperti itu karena ini pertama kalinya dia merias diri.” Hendra menambahkan lagi. Ucapan Denisa dan Hendra membuat Aulia merasa lega. “Syukurlah kalau semuanya b
Hari ini Rania libur. Gadis ini bangun agak kesiangan. Dia masih saja berdiam diri di kamar. Sementara Ibu dan Ayahnya pun tak pergi ke kantor. Mereka baru selesai lari pagi.“Rania kita dimana,Pi?” tanya Aulia.“Rania masih di kamarnya,Mi. Biarkan saja dia istirahat di akhir pekan ini. Akhir-akhir ini dia jarang istirahat di rumah.” Jawab Marcel sembari mengambil segelas air putih.“Iya juga sih. Berikan Mami juga air putihnya. Tenggorokan Mami rasanya kering,” tukas Aulia meminta segelas air untuk melepas dahaga.Marcel pun segera memberikan air putih pada Aulia.“Ini,Mi. Mami minum banyak-banyak. Papi mau mandi dulu. Udah bau keringat.” Pungkas Marcel tersenyum ringan.“Ya udah,Pi. Jangan kelamaan mandinya,ya. Mami juga mau mandi. Rasanya gerah habis jogging!” seru Aulia.Aulia pun langsung ke kamar Rania sambil menunggu Marcel selesai mandi.Tok,tok,tok.&ld
Si Cowok Arogan tak ingin terlihat lemah di hadapan Rania.“Gadis itu benar-benar pandai bicara. Dia mempunyai semua jawaban atas setiap pertanyaanku. Bagaimana aku bisa membungkam gadis cerewet itu,ya?” tukas Raka sambil memikirkan cara.Tiba-tiba Galih datang dan menepuk pundak Raka.“Hei,Kak. Lagi ngapain sih?Aku selalu melihatmu menghayal akhir-akhir ini. Kakak kenapa sih?” tanya Galih menatap bingung.“Kamu ngagetin aja. Siapa bilang Kakak melamun. Kamu asal bicara aja. Lagian,kamu ngapain kesini?” pungkas Raka.“Kakak itu selalu nggak mau jujur. Tetap saja mengelak. Aku jadi heran!Aku kesini mau minta tanda tangan,Kak.” Jawab Galih menatap heran.“Sini berikan berkasnya. Kakak tanda tangan sekarang. Setelah itu, kau jangan muncul lagi ke ruangan Kakak. Mengerti!” Raka dengan nada peringatan.“Iya,Kak. Bawel deh. Galak amat sama adik sendiri,” jawab Galih ter