Rania mengelus dadanya dan menahan semua rasa sakit dan malu. Sang Direktur tak menampakan sedikit pun rasa penyesalan pada gadis itu. Hatinya keras bagaikan batu. Tak hanya sampai disitu,Tuan Arogan ini sepertinya masih melanjutkan ucapannya yang tajam bagaikan mata pisau.
“Mengapa kamu hanya diam saja disitu?Apa aku harus perlu mengulangi setiap ucapanku!Kau benar-benar tak mempelajari bagaimana kesalahanmu!” bentak sang Direktur sambil berjalan keluar kafe.
“Tunggu,Tuan Raka!Aku minta maaf.” Lagi-lagi Rania minta maaf dengan nada memohon.
Raka menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Rania.
“Harus berapa kali aku katakan padamu,hah!Aku tak ingin mendengar kata maaf yang keluar dari mulut gadis sepertimu!Kau benar-benar tak belajar dari kesalahanmu!Kata maaf itu tak akan menyelesaikan masalah!Apa kamu paham!Dasar gadis bandel!” bentak Raka lagi.
Ia pun melanjutkan langkahnya menuju mobil. Sementara Rania masih berdiri saja disitu. Ia sea
Rania masih terlarut dalam khayalannya. Ia merasa ingin lari dari kenyataan ini.“Bagaimana aku bisa bertindak bodoh seperti itu?Pria arogan itu dengan bangganya mengancam dan mempermainkanku!Rania...Rania...ayo berfikirlah!Temukan ide agar kau bisa merasa lega kembali!” Rania terlihat berfikir keras.Rupanya sang Direktur tak main-main dengan ucapannya. Ia terlihat sangat geram pada Rania. Gadis ini terlihat seperti mempunyai tekanan batin.“Atau...aku akan merayunya?Apa?Merayu?Itu terdengar sangat vulgar!Lebih tepatnya, aku akan membujuknya,” Rania bicara sendiri.Gadis ini mengumpulkan segenap keberanian untuk menemui sang Direktur.“Aku harus bisa membujuknya!Itu akan terasa lebih baik. Jika melawannya sekarang,itu tak akan mungkin!Pria itu kan pandai mengancam!” Rania meyakinkan diri.Gadis ini sepertinya terlihat khawatir dengan ancaman Raka. Ia bergegas menyusul Tuan Raka.Dengan langka
Kring,kring,kring.Suara alarm berbunyi.“Astaga,aku harus segera mandi dan langsung ke kantor!Aku kan punya janji dengan Tuan Arogan itu!” wajah Rania panik. Ia segera bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.Gadis ini terlihat sangat buru-buru. Ia sampai lupa mengambil handuk.Tubuhnya telah di guyur air. Setelah selesai mandi,Rania baru sadar jika ia tak membawa handuk.“Dasar ceroboh!Lalu bagaimana aku keluar tanpa handuk?Benar-benar penglupa!” keluh Rania sambil menyalahkan diri.Tanpa berfikir panjang,gadis ini terpaksa memakai baju tadi untuk menutupi tubuhnya.“Sepertinya,aku harus memakainya lagi.” Raut wajahnya kesal. Rania langsung saja memakai baju itu.Setelah itu,ia langsung mengganti pakaian seperti biasa dan apa adanya. Ia tahu,tak perlu memakai baju bagus ke kantor karena sang Direk
Rania mendapat banyak pekerjaan dari sang Direktur. Dia tak henti-hentinya di perintah oleh Raka.“Cepat buatkan aku segelas kopi!Ingat,jangan sampai salah!” Raka menatap tajam.Seketika tatapan Raka membuatnya tunduk. Tak berani membalas tatapan mematikan itu. Sungguh sangat mengerikan,'fikir Rania.'Gadis ini pun pergi ke dapur untuk membuatkan sang Direktur kopi.“Tatapan apa yang sedang dia tunjukan padaku?Aku seakan hilang kendali memikirkan pria aneh itu!” keluh Rania sambil mencari gula dan kopi.Dia terlihat sangat kesal karena tak henti-hentinya diberi pekerjaan oleh Raka.“Bagaimana dia bisa melakukan ini pada karyawan?Dia benar-benar tak punya hati!Jika saja tak menanda tangani perjanjian itu,aku pasti sudah bahagia diluar sana!Disini sangat membosankan!” Rania menyalahkan diri.Tanpa sadar,gadis ini memasukan garam di dalam kopi. Dia terlihat sangat kesal samp
Raka tak ingin mengatakan langsung apa yang dilihatnya kemarin malam. Dia berfikir jika Rania di jemput oleh pria hidung belang seperti sebelumnya. Sang Direktur tak tahu jika Rania memiliki supir pribadi. Ia hanya tahu,bahwa Rania adalah gadis kalangan bawah dan biasa-biasa saja. Penyamaran Rania benar-benar nyaris sempurna, dari busana dan gaya berpakaian yang terlihat sederhana bisa menipu orang lain yang melihatnya. Padahal gadis ini bukanlah orang sembarangan. Ia adalah Putri Tunggal pewaris group bisnis terbesar kedua se-Asia,PT.CNN IT yang berdiri dibidang Teknologi. “Mengapa masih berdiri disini?Cepat ambilkan laporan yang ada di ruangan Bara!” perintah Raka. “Tapi...anda belum menjawabku,Tuan Raka!” Rania dengan nada memohon. “Cepat keluar dari sini dan lakukan pekerjaanmu!Jangan membuatku mengulangi ucapanku!” Raka menolak untuk menjawab pertanyaan Rania. Dengan perasaan sedih, gadis ini berusaha untuk tetap kuat mengerjakan perintah sang At
Kedua mata saling menatap satu sama lain. Rania masih belum mendapat jawaban pasti atas pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Begitu pun Raka,ia tak tahu apa yang terjadi padanya. Semua terjadi diluar kendalinya. Pria ini terlihat sangat penuh belas kasih pada Rania. Raka merasa bersalah atas perbuatan kasarnya pada gadis ini. “Hei,mengapa menatapku seperti ini?” tanya Rania canggung. Sontak saja Raka kaget. Namun pria ini sama sekali tak marah atau punmembentak Rania. Raka sadar akan kesalahannya pada gadis ini. “Maafkan aku. Bagaimana dengan kepalamu?Apa masih terasa sakit?” tanya Raka perlahan. “Apa aku tak salah dengar?Si Arogan minta maaf padaku!Sepertinya aku sedang bermimpi sekarang!Mana mungkin pria angkuh sepertinya bisa mengatakan hal itu!Tidak...Rania, kamu pasti sedang bermimpi!” batin gadis ini seakan tak percaya. “Hei,mengapa melamun?” Raka menyapa. “Aku baik-baik saja,Tuan Raka.” Jawabnya singkat. “Bagusla
Setelah kejadian itu,sang Direktur selalu bersikap aneh. Ia tak berani menatap wajah Rania ketika bertemu.“Apa yang terjadi denganku?Mengapa aku terlihat sangat bodoh ketika bertemu wanita itu?Ah...ini benar-benar membuatku gila!Mata gadis itu,benar-benar menyihirku!Mungkin benar,dia memang penyihir para pria!” Raka semakin berfikir tak jelas.Tok,tok,tok.Ada seseorang yang mengetuk pintu.“Siapa itu?Jangan...jangan...gadis penyihir itu yang datang!” Raka seakan penuh curiga.Mengapa Raka selalu mengaitkan sesuatu hal yang terjadi berhubungan dengan Rania?Fikiran sang Direktur benar-benar kacau dan tak jelas.Walaupun dalam keadaan seperti itu. Namun,Raka tak ingin mudah terbaca gerak-geriknya oleh Rania.“Siapa?” tanya Raka.“Aku,Bara. Boleh aku masuk?” serunya yang masih ada di luar.“Masuk saja!” jawab Raka.Akhirnya,Bara langsung masuk ke ruan
Si Cowok Arogan tak ingin terlihat lemah di hadapan Rania.“Gadis itu benar-benar pandai bicara. Dia mempunyai semua jawaban atas setiap pertanyaanku. Bagaimana aku bisa membungkam gadis cerewet itu,ya?” tukas Raka sambil memikirkan cara.Tiba-tiba Galih datang dan menepuk pundak Raka.“Hei,Kak. Lagi ngapain sih?Aku selalu melihatmu menghayal akhir-akhir ini. Kakak kenapa sih?” tanya Galih menatap bingung.“Kamu ngagetin aja. Siapa bilang Kakak melamun. Kamu asal bicara aja. Lagian,kamu ngapain kesini?” pungkas Raka.“Kakak itu selalu nggak mau jujur. Tetap saja mengelak. Aku jadi heran!Aku kesini mau minta tanda tangan,Kak.” Jawab Galih menatap heran.“Sini berikan berkasnya. Kakak tanda tangan sekarang. Setelah itu, kau jangan muncul lagi ke ruangan Kakak. Mengerti!” Raka dengan nada peringatan.“Iya,Kak. Bawel deh. Galak amat sama adik sendiri,” jawab Galih ter
Hari ini Rania libur. Gadis ini bangun agak kesiangan. Dia masih saja berdiam diri di kamar. Sementara Ibu dan Ayahnya pun tak pergi ke kantor. Mereka baru selesai lari pagi.“Rania kita dimana,Pi?” tanya Aulia.“Rania masih di kamarnya,Mi. Biarkan saja dia istirahat di akhir pekan ini. Akhir-akhir ini dia jarang istirahat di rumah.” Jawab Marcel sembari mengambil segelas air putih.“Iya juga sih. Berikan Mami juga air putihnya. Tenggorokan Mami rasanya kering,” tukas Aulia meminta segelas air untuk melepas dahaga.Marcel pun segera memberikan air putih pada Aulia.“Ini,Mi. Mami minum banyak-banyak. Papi mau mandi dulu. Udah bau keringat.” Pungkas Marcel tersenyum ringan.“Ya udah,Pi. Jangan kelamaan mandinya,ya. Mami juga mau mandi. Rasanya gerah habis jogging!” seru Aulia.Aulia pun langsung ke kamar Rania sambil menunggu Marcel selesai mandi.Tok,tok,tok.&ld
Si Pria Arogan ini langsung saja masuk ke dalam kantor dengan wajah penuh dengan amarah. Bagaimana mungkin Galih bisa membela gadis asing itu tepat di hadapannya?Itu sangat melukai harga diri Raka.“Galih sudah berani melawanku!Ini semua gara-gara gadis itu!Dia memang pembawa malapetaka bagi kami!Jangan berharap bisa keluar dari sini sesuka hati!Dia harus membayar semua yang terjadi hari ini!” Raka mengepalkan kedua tangan dengan penuh amarah.Sementara Rania masih berada di rumah sakit bersama galih.“Terima kasih karena sudah membawaku kesini!” Galih dengan tatapan tulus.“Pak Galih tak perlu minta maaf. Semua terjadi karena aku. Jadi,aku harus merawat Pak Galih hingga sembuh.” Sahut Rania terdengar tulus.“Aku sangat terharu mendengarnya!Kau benar-benar gadis yang dapat di andalkan.” Galih dengan nada pujian.“Pak Galih masih saja bercanda dalam keadaan seperti ini. Aku benar-ben
Rania sampai di kantor terlebih dahulu. Ia seakan menghindari untuk bertemu dengan sang Direktur. “Ini benar-benar menyebalkan!Mengapa dia harus ke rumahku?Apa pria itu ingin mengadukanku pada Mami?Ini tak bisa dibiarkan!” ketus Rania. Sementara Raka belum tahu jika Rania adalah putri tunggal dari Tuan Marcel dan Nyonya Aulia. “Ya Tuhan,apa yang harus kulakukan?Mengapa juga harus bertemu si Pria Arogan ini?Sangat menyebalkan!Bagaimana aku bisa menghindarinya?Dia selalu berkeliaran dimana-mana.” Ketus Rania lagi. Gadis ini pun berjalan dengan wajah yang penuh kecemasan. Rania tak sadar jika Galih memperhatikannya sejak tadi. Pria ini menyapa perlahan. “Hei. Mau kemana?” Galih menyapa ramah. Rania pun terlihat kaget. Bagaimana tidak?Gadis ini sedang menghayal. Tiba-tiba Galih muncul di hadapannya. “Tu—tuan!Apa yang kau lakukan disini?” tanya Rania dengan wajah panik. Galih pun tersenyum karena mendengar pertanyaan gadis i
Marcel dan Aulia merasa kaget akan kejujuran Raka. Namun,tak dipungkiri jika Aulia kagum tatkala mendengar keberanian Raka yang sangat jujur akan perasaannya. “Apa kau tak bercanda,Nak?” tanya Aulia. “Aku serius. Aku harap kalian jangan marah padaku setelah mendengar ini!” sahut Raka. “Hahaha....Anak muda yang sangat pemberani!Mengapa kami harus marah padamu?Hal itu biasa dirasakan oleh muda-mudi seperti kalian. Jadi,tak perlu merasa canggung. Jika kau menyukai Rania. Maka,kejarlah sampai kau mendapatkannya!Kami sudah memberi restu dan mendukungmu penuh!Apalagi kau adalah anak dari sahabat kami. Akan lebih bagus jika kau sendiri yang menginginkannya.” Tukas Marcel memberi restunya. “Iya. Om Marcel benar,Nak. Kami menginginkan agar kau sendiri yang mendapatkan hatinya!Tante hanya mengingatkan saja. Sebelumnya,Rania tak pernah pacaran atau memiliki kekasih. Jadi,dia masih agak sulit untuk menerima semua ini. Tante harap,kau bisa merubah semua sikap kera
Tak terasa mereka telah sampai di depan rumah Rania. “Apakah ini rumahmu?” tanya Raka. “Iya. Ini rumahku. Terima kasih telah mengantarku pulang.” Sahut Rania tersenyum ringan. “Apakah kau tak menyuruhku masuk terlebih dahulu?” Raka terdengar berharap. “Tak perlu. Ibumu pasti sudah cemas menunggumu di rumah. Kau seharusnya kembali lebih awal.” Rania mencari alasan. “Hahahaha. Ada apa denganmu,Nona Rania?Aku bukanlah anak kecil. Jadi,tak perlu mencemaskan hal itu. Ayo kita masuk ke dalam rumah!” sahut Raka nampak sumringah. “A—apa maksdumu?Mami pasti tak berada di rumah sekarang!Pergilah pulang!” Rania menatap cemas. “Kau nampak cemas?Apa yang terjadi denganmu?” tanya Raka penasaran. “Ti—tidak. Maksudku,tak terjadi apa-apa padaku. Kau tak perlu cemas. Aku bisa masuk sendiri. Ayo pergilah!” Rania semakin tak jelas. Raka semakin terlihat penasaran akan sikap gadis itu. “Mengapa dia menolakku masuk ke dalam r
Mereka berdua menikmati keindahan puncak hingga sore hari. Langit tampak cerah dan mulai menguning. Rania terlihat sangat senang menikmati keindahan puncak di sore hari. Gadis ini bahkan tak sadar akan tingkahnya yang terlihat kekanakkan. Rania lupa jika ada Raka di dekatnya. “Disini sangat nyaman!Aku menyukai tempat ini!Terima kasih sudah membawaku kesini!” Rania terdengar tulus. Raka hanya tersenyum dan memandangi kebahagiaan gadis yang sedang berputar-putar mengelilingi pohon yang berada di dekat situ. Tanpa sadar,pria arogan ini telah jatuh hati pada kepolosan Rania. “Apa anda sering kesini?” tanya Rania tersenyum ramah. “Iya. Di akhir pekan aku menghabiskan waktu mampir kesini. Aku suka akan tempat ini!Jiwaku tentram dan hatiku damai tanpa memikirkan aktivitasku yang menumpuk di kantor.” Jelas Raka apa adanya. “Oh,begitu. Aktivitas di kantor memang sangat membosankan!Kita perlu menyegarkan fikiran dengan mengunjungi tempat-tempat seperti
Rania terpaksa harus menunjukan wajah pada Raka. Semua orang telah mendesaknya. Tentu hal itu membuat Raka kaget. “Dia cantik sekali!Aku tak menyangka jika wajahnya seperti ini!” batin Raka memuji tanpa mengenali. Bagaimana tidak. Wajah Rania sangat berbeda jauh dari biasanya. Tentu saja Raka tak mengenalinya dengan baik. “Dia terlihat sangat berbeda jauh dari Rania si Gadis pembuat masalah itu!Jelas saja, Rania ini terlihat lebih cantik dan menggoda!” batin Raka tak hentinya memuji. Pria ini sampai lupa makan karena terpesona akan kecantikan Rania. Sementara Rania masih terlihat cemas dengan apa yang akan difikirkan oleh Raka. “Apa dia mengenaliku?Aku akan tamat hari ini!Ya Tuhan,tolong selamatkan aku!” keluhnya dalam hati. Melihat dua anak muda yang saling menatap membuat Denisa segera bertindak. Uhuk...,uhuk...,uhuk.... “Ayo dimakan!” tukas Denisa nampak sumringah. “Mengapa kalian termenung?Apa terjadi sesuat
Buk Aulia,Pak Marcel, dan juga keluarga Pak Hendra semakin merasa heran dengan sikap Rania. “Ada apa sayang?Kenapa wajahmu ditutupi seperti itu?” tukas Aulia bertambah heran. “Iya. Mami kamu benar. Nggak sopan kayak gitu,Nak. Ayo salaman!” ucap Marcel. Tanpa bicara,ia langsung saja menyalami pria yang ada di hadapannya dengan wajah yang masih tertutup. “Maafkan atas tingkah putri kami!Dia memang agak kekanakkan. Ini juga kali pertama aku mendandaninya.” Tukas Aulia dengan nada polosnya. “Aduh,Putrimu benar-benar sangat menggemaskan!Tak perlu minta maaf. Kadang kala,anak-anak selalu seperti itu. Kita sebagai orang tua harus lebih bijak lagi menghadapi mereka.” Jawab Denisa tersenyum ramah. “Iya,Pak Marcel. Tak perlu sungkan seperti itu. Wajar saja dia bertingkah seperti itu karena ini pertama kalinya dia merias diri.” Hendra menambahkan lagi. Ucapan Denisa dan Hendra membuat Aulia merasa lega. “Syukurlah kalau semuanya b
Hari ini Rania libur. Gadis ini bangun agak kesiangan. Dia masih saja berdiam diri di kamar. Sementara Ibu dan Ayahnya pun tak pergi ke kantor. Mereka baru selesai lari pagi.“Rania kita dimana,Pi?” tanya Aulia.“Rania masih di kamarnya,Mi. Biarkan saja dia istirahat di akhir pekan ini. Akhir-akhir ini dia jarang istirahat di rumah.” Jawab Marcel sembari mengambil segelas air putih.“Iya juga sih. Berikan Mami juga air putihnya. Tenggorokan Mami rasanya kering,” tukas Aulia meminta segelas air untuk melepas dahaga.Marcel pun segera memberikan air putih pada Aulia.“Ini,Mi. Mami minum banyak-banyak. Papi mau mandi dulu. Udah bau keringat.” Pungkas Marcel tersenyum ringan.“Ya udah,Pi. Jangan kelamaan mandinya,ya. Mami juga mau mandi. Rasanya gerah habis jogging!” seru Aulia.Aulia pun langsung ke kamar Rania sambil menunggu Marcel selesai mandi.Tok,tok,tok.&ld
Si Cowok Arogan tak ingin terlihat lemah di hadapan Rania.“Gadis itu benar-benar pandai bicara. Dia mempunyai semua jawaban atas setiap pertanyaanku. Bagaimana aku bisa membungkam gadis cerewet itu,ya?” tukas Raka sambil memikirkan cara.Tiba-tiba Galih datang dan menepuk pundak Raka.“Hei,Kak. Lagi ngapain sih?Aku selalu melihatmu menghayal akhir-akhir ini. Kakak kenapa sih?” tanya Galih menatap bingung.“Kamu ngagetin aja. Siapa bilang Kakak melamun. Kamu asal bicara aja. Lagian,kamu ngapain kesini?” pungkas Raka.“Kakak itu selalu nggak mau jujur. Tetap saja mengelak. Aku jadi heran!Aku kesini mau minta tanda tangan,Kak.” Jawab Galih menatap heran.“Sini berikan berkasnya. Kakak tanda tangan sekarang. Setelah itu, kau jangan muncul lagi ke ruangan Kakak. Mengerti!” Raka dengan nada peringatan.“Iya,Kak. Bawel deh. Galak amat sama adik sendiri,” jawab Galih ter