Ivory berhasil menemukan keberadaan Max setelah terhubung dengannya. Air adalah sumber kekuatan Max yang merupakan keturunan serigala air yang rata-rata akan memiliki usia yang panjang. Jadi, kesalahan besar jika Linea memberikan siksaan tang berhubungan dengan air. Max tentu saja akan bisa mengatasinya, justru menjadi sumber energi baginya. Ivory yang akhirnya bisa berbicara dengan pria terkasihnya, seolah tengah berhadapan langsung dan tak kuasa menahan air mata yang tertumpah setelah perpisahan yang rasanya seolah sudah sekian lama. Ia ingin menghambur dan mendekap Max, tetapi ia sadari bahwa sosok di hadapannya hanyalah sosok maya yang tak akan bisa tersentuh olehnya. “Max, bagaimana keadaanmu? Bisakah kau katakan di mana keberadaanmu?” tanya Ivory tak ingin berlama karena ia harus segera menyelamatkan Max, juga pasukan yang dipimpin oleh Jeremiah. “Ivy ... aku merindukanmu. Bagaimana kabarmu dan bayi-bayi kita?” tanya Max yang bagaimana sulit kondisinya, tetap saja keadaan Ivo
Pertempuran besar tak terelakkan dan sudah berlangsung cukup lama. Namun, tak ada satu pun yang tampak memenangkannya. Kekuatan keduanya sama unggul. Sayangnya, tujuan Ivory jelas bertentangan dengan Mirielle. Dan menyadarkan wanita yang sedang mengamuk akibat kekasihnya dilukai, jauh lebih mengerikan dari apa yang Mirielle bayangkan. Mirielle bahkan berulang kali meminta Ivory untuk turun dan mencari Linea bersamanya, ketimbang meluapkan kemarahan secara serampangan yang justru membahayakan penduduk yang tidak bersalah. Namun, usahanya belum membawa hasil dan Mirielle tak akan pernah menyerah. “Ivy, tidakkah kau ingin bicara degan kepala dingin?” tawar Mirielle yang masih menghindar dari serangan Ivory yang kesal karena merasa Mirielle telah menghalangi jalannya. Ivory tidak memberi tanggapan atas pertanyaan Mirielle melainkan justru semakin menggila. Ia berulang kali menyerang Mirielle dengan terjangan air laut yang berhasil ia hindari dan membalas
Ivory membawa tubuh Max menyelam semakin dalam di lautan. Dan ketika tiba di markas yang pernah mereka tinggali sebelumnya, Ivory bergegas mengambil peralatan untuk pengobatan kekasihnya. Ia memasukkan Max ke dalam kerangkeng besi dan membiarkan Max bersentuhan dengan air laut untuk waktu yang dibutuhkan. Ivory akan memeriksanya secara berkala dan sesekali membawa kedua bayinya untuk bertemu dengan Max. Meski Max dalam kondisi tak sadar, Ivory memperkenalkan kedua bayinya begitu ketiganya bertemu. “Max, bangunlah. Buka matamu. Apakah kau tidak merindukanku?” tanya Ivory sembari membelai rahang Max, kemudian ia menoleh untuk mengambil bayi laki-lakinya yang tampak sudah terbiasa dengan habitat di sekitarnya. Ia mengambang tak jauh dari Ivory. “Lihatlah, dia mirip denganmu. Namanya Isaac, bola matanya seperti aku dan ini Mackenzie yang memiliki matamu.” Ivory tak henti menceritakan tentang bayinya, kecuali satu bayi yang merupakan benih dari Benjamin.
Max mendengarkan cerita Ivory dengan saksama demi agar tak terlewatkan sedikit pun mengenai ketiga bayi mereka. Namun, anggapan dan ketakutan Ivory akan penolakan Max justru tidak terjadi. Max yang pernah dibesarkan dan dirawat oleh seorang dari ras berbeda justru berpikir bahwa bayi itu tetaplah milik mereka. “Lalu di mana Lyra berada? Apakah ia baik-baik saja?” tanya Max dengan mata berkaca, tampak sekali kalau ia ingin bertemu ketiganya. Ia ingin mengingat bagaimana wajah polos ketiga bayi mereka. “Mengapa kau begitu takut aku akan menolak kalian, Ivy? Tidak mungkin aku melakukannya.” Ivory tak mampu menahan perasaan yang membuncah dalam batinnya, perasaan campur aduk akan kehilangan Max atau kehilangan Lyra. Ia harus memilih satu di antara keduanya. Padahal tak harus seperti itu—ketika Max sudah mengetahuinya, justru dialah yang paling ingin bertemu Lyra. “A–aku takut kau akan menolak kami, Max. Lyra mungkin bukan milikmu, melainkan Benjamin dan kau pernah begitu meragukan bayi
“Argh! Linea! Linea!” Suara jerit kesakitan itu tak henti bergema di kepala Linea. Ia telah berusaha, tetapi kesalahan yang ia lakukan membuatnya tak mungkin meminta pertolongan Max atau siapa pun yang tahu mengenai penawar racun yang masih bercokol di tubuh Seth. Hanya keluarga Reynz-Alsen yang tahu apa yang harus dilakukan untuk meredakan sakit yang Seth rasakan. Ia bahkan telah meminta pertolongan Eleanor, tetapi belum juga wanita itu membantunya, Linea justru mengkhianati wanita itu dengan menculik Max. Kini Linea tak tahu harus berharap kepada siap. Ia juga sudah mencoba mantra yang ia bisa, ramuan-ramuan yang telah ia pelajari, semuanya sia-sia. “Linea!” “Ya, aku datang.” Linea bergegas menemui Seth yang tampaknya mulai tak tahan dengan sakit yang ia rasakan. Morfin yang Linea berikan untuknya sepertinya sudah tak mampu mengatasi rasa nyeri yang menyerang Seth. Linea tak tahu lagi obat seperti apa yang bisa. “Sabarlah dulu, Seth. Aku sedang mencoba untuk mencari ramuan yang
Kehidupan mereka tampak baik-baik saja terlebih setelah Max membaik. Linea tak pernah menunjukkan diri di mana pun, dan Ivory masih terus mencarinya. Kali ini ia mencari Linea dengan hati-hati dan diam-diam. Ia tak ingin wanita itru tahu pergerakannya hingga bisa melarikan diri lagi. Ia akan pastikan wanita itu menerima balasan yang sesuai untuk segala yang ia lakukan terhadap Max, kekasihnya. Dan Seth, tentu saja juga harus menerima pembalasan darinya. Ivory tak akan lagi hanya diam menerima perlakuan dari orang yang telah berbuat kejam terhadapnya dan orang-orang yang ia cintai. Itulah mengapa Ivory kini keluar dari markas dan melakukan penyamaran dengan bantuan ramuan dari Mirielle, beberapa butir kapsul yang ia bawa jika ia membutuhkannya sewaktu-waktu. Ivory menutup kepala dengan tudung yang ia kenakan, kemudian mulai mengintai. Ia memutuskan untuk mencari keberadaan Linea di sekitar hutan. Di mana lagi rogue akan bertahan hidup jika bukan di hu
Max menghentikan laju kendaraannya secara tiba-tiba. Ia tak mungkin membiarkan wanita itu bertarung seorang diri. Max turun dari mobil dan berubah menjadi wujud serigala lalu menerjang gerombolan liar yang mengeroyok satu atau mungkin dua orang yang ada di sana. Max rasanya tak mengenal wanita-wanita itu, tetapi juga tak merasa asing. Ia menepis sesaat pikiran-pikiran itu dan menghalau serigala-serigala yang kekuatannya bahkan tak ada separuh dari kekuatan Max. Mereka yang berjumlah kurang lebih sepuluh ekor akhirnya lari tunggang langgang saat mengetahui bahwa Max bukanlah lawan yang seimbang bagi mereka. Hal yang sama dilakukan oleh dua wanita yang semula tampak kerepotan bertarung dengan makhluk buas itu. Namun dengan cepat Max bisa menghalangi langkah mereka. Max dengan sengaja menyerang dan mereka pun tak gentar membalas serangan Max. Hingga ketika salah satu dari mereka tumbang, lainnya menyeru namanya. “Elle!” Wanita yang ternyata adalah Ivory
Pertumbuhan ketiga bayi Ivory sangat pesat. Wajar saja karena mereka bukan bayi biasa dan bukan berasal dari manusia murni. Sama seperti Max yang dulu juga langsung mendapatkan usia tujuh belas tahunnya saat dirinya berusia tiga tahun, dan hal itu terjadi secara ajaib. Lalu beberapa tahun kemudian ia mulai menjalani kehidupan sebagai pria muda yang digandrungi banyak gadis. Namun, hanya Linea yang berhasil menarik perhatiannya. Sayangnya, Linea bukanlah gadis yang setia. Ditambah lagi ketidak tahuan Max mengenai jati dirinya, membuatnya berpikir bahwa dirinya terkena kutukan lycan. Wajar saja jika Max merasa demikian. Selama ini Drake-lah yjang mengasuhnya dan ia baru mengetahui kenyataan bahwa dirinya adalah putra William, tepat ketika ia telah menjalani pengukuhan di usianya yang menginjak delapan belas tahun. “Apakah kau ingin menjenguk Drake?” tanya Ivory tiba-tiba, seolah bisa membaca pikiran Max. Namun, pria itu tidak bertanya lebih lanjut apakah memang benar Ivory bisa melak
Beberapa tahun kemudian ... “Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima. Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?” “Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max. “Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mere
Seth tersungkur tanpa daya di atas tanah, pandangan mata sayunya pandangi langit malam di mana bulan purnama tengah benderang menyinari dunia. Seth bisa mendengar lolongan serigala yang memuja Amethyst. Sebagai tanda syukur kemenangan mereka. Hawa panas menggelegak. Keheningan mencekam ini, Seth mati rasa, tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. ‘Dad. Katakan padaku. Kalau aku adalah seorang putra dan keturunanmu yang baik.’ Wajah sang ayah yang tersenyum manis berkelebatan di benak Seth saat mendiang menyerunya penuh kasih sayang. Seth masih ingat kenangan itu dengan jelas. Linea berlarian menerjang kubangan-kubangan api yang meratakan tanah, sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terasa sangat mengejang, demi apa pun. Melihat Seth menghadapi kematian, membuatnya Linea terseok-seok. Dia menyambar tubuh Seth yang tidak berdaya; merenggang nyawa. “Seth, astaga. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan anak-anakku. Dia membutuhkanmu. Jangan pergi, Seth. Kau harus melihat
TAANG!!! Anak panahnya meleset ke arah lain ketika Seth mematahkannya dengan sambaran petir. Terlepas dari tepat sasaran atau tidaknya, Ronan tak peduli. “Lihat aku di sini, Rogue tolol!” ejek Ronan tersenyum miring, dia sengaja benar memancing emosi Seth yang mudah sekali tersulut. “Dasar bodoh! Siapa pun tidak ada yang dapat mengalahkan aku!” amuk Seth terus luncurkan semua serangannya secara brutal. “Kau, Omega tidak berguna! Jangan halangi aku!” DUARR!!! Ronan berlari menghindar ketika serangkaian ledakan api meletus hebat di belakangnya. Melompat dengan langkah kaki panjang, bergerak gesit, cekatan serta lincah. Bermanuver—tak sulit menghindari serangan Seth yang lambat-laun mulai melambat. “Ada apa denganmu? Mengapa kau lamban sekali? Kau bahkan tidak bisa menggoresku sedikit saja!” Ronan terpingkal geli. Sekali lagi, dia melesatkan dua pasang anak panah. “DIAM KAU! Percuma! Serangan panahmu ini tidak akan bisa melumpuhkan aku!” DUARR!!! Ronan melompat tinggi di atas ud
Markus tanpa pikir panjang kembali, menyelamatkan karibnya. Dia menerobos semua ledakan-ledakan petir yang meletus di kanan-kirinya, berlari cepat demi menyelamatkan Alegria yang kepayahan akibat pendarahan. Markus bergegas menyambar Alegria yang terkapar, melompat cepat—menghindari sambaran petir lainnya yang tiada hentinya berdatangan.“Mengapa kau kembali? Bagaimana dengan pasukanmu?” tanya Alegria lemah dan merasa bersalah. Dia diserang oleh gelombang batuk darah.“Masih tanya juga! Tentu saja menyelamatkanmu! Mustahil, meninggalkanmu mati di sana! Pasukanku yang tersisa mereka berhasil ke tempat aman. Rogue itu memang keparat! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan sihir mengerikan seperti ini!?”Markus, Alegria, Marion, William dan semua pasukan yang tersisa berhasil mencapai zona perimeter aman yang sebelumnya telah disiapkan oleh mereka. Menjauhi medan pertempuran yang mustahil mereka hadapi. Mereka mengubah diri ke wujud manusia.
“Menyerahlah saja kau, Seth! Tidak ada jalan keluar atau lari! Sebelum kami semua benar-benar membunuhmu!” kecam Mirielle bersungguh-sungguh dengan ucapannya. “Kau sudah terkepung! Kau harus membayar seluruh kejahatanmu di hadapan Dewi Amethyst!”BZZT!“Kau pikir siapa dirimu?! Karena kau Elder pilihan yang menjembatani Dewi Bulan, kau pikir bisa berbuat segalanya?”Mirielle mencibir setengah meradang. “Tidakkah kau pikirkan semua korban yang telah kau hancurkan hidupnya? Pack yang tidak bersalah atau berdosa! Tidakkah kau memikirkan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka? Aku tak paham mengapa kau memilih jalan beracun seperti ini?!”CLASSH!BLARR!“Tidak usah sok memahamiku, Mirielle! Aku tak peduli apa pun! Selama tujuanku tercapai, dendam kematian leluhurku terbalaskan, dan semua kelompok Pack yang kalian agung-agungkan itu hancur selamanya! Justru aku senang menghancurkan kalian semua hingga tidak ada yang ter
Mirielle merintih putus asa. “Max! Jawab aku! Mom! Dad! Ronan, please! Anybody hear me?!”“Elle?! Kau di mana?! Kau baik-baik saja?! Bertahanlah, Elle! Aku bersama pasukan The Cardinal, anggota Pack dan keluarga! Sebentar lagi, sampai! Kau tidak terluka ‘kan? Kami semua cemas sebab tak mendengar kabar apa pun darimu.” Max menjawab dari mind-link. “Katakan kalau kau bersama Lyra sekarang?”Helaan napas lega terdengar dari hidung bangir Mirielle. “Aku tidak bersama Lyra, Max. Aku gagal mendapatkannya. Ini semua karena kekuatan sihirku yang belum pulih sepenuhnya! Seth dan Linea memiliki mantra dinding sihir kuat. Padahal, aku nyaris berhasil. Aku mengacau! Aku baik-baik saja! Max, ada situasi genting! Sebelum kau menyaksikannya secara langsung. Aku ingin kau dengarkan ucapanku dulu.”“Tunggu sebentar, Elle! Aku mengendus bau Ivy dekat sini?! Apa itu jeritan istriku?! SEDANG APA DIA? MENGAPA IVY BISA BERSAMA DENGAN SETH?!!”Sensasi berdenyut
“Sekarang apa maumu?” tanya Linea mengeraskan nada suaranya. Dia menjerit penuh amarah. “Aku telah mengikuti semua perintahmu! Kau bilang ingin dapatkan darah Ivy demi memperkuat kekuatan kita?! Mengapa sekarang kau malah menawannya?! Kau bilang membangun Mansion khusus untuk wanita ini?! Apa kau sudah gila?! Kau mengingkari janjimu, Seth!”Seth tertawa bengis. Tetap mencengkeram tubuh Ivory dalam belitan tangannya. Mereka perlahan-lahan berjalan mundur. “Kau kira siapa dirimu, Linea?! Mengatur atau mengendalikan diriku?! Sudah kubilang berkali-kali jangan konyol! Kita melakukan segalanya sesuai kesepakatan, ingat?! Inilah tujuanku! Mendapatkan Ivy kembali.”Ivory mendesis jijik ketika Seth menjilati ceruk lehernya. Rasanya dia ingin sekali menghajar Seth sekarang juga, tetapi apa dayanya. Kekuatan Seth terlalu kuat untuk dilawan. Semakin Ivory memberontak—semakin Seth mencekiknya. Linea menggeleng. Mulai banjir air mata, mengentakkan kaki menahan b
“Oh! Akhirnya, Benjamin mampu memenuhi kesepakatannya! Senang sekali, kau mengerti maksudku. Maaf, kuharap Watcher yang aku utus, tidak memperlakukanmu dengan buruk, ya? Mendengar kau datang bersama Ivory.” Suara Seth menggema di sela-sela tawa maniaknya. “Woah, ini pencapaian terbesarku, bukan? Aku meminta Benjamin menukar darah Ivory tapi dia malah membawanya kemari. Well done, Ben. Aku tahu kau memang tak akan mengecewakan aku.”Benjamin mendesis sinis. “Cukup basa-basinya, keparat! Aku telah memberikan apa yang kau mau. Lantas, di mana Lyra sekarang?! Berikan kepadaku sekarang juga!”Ivory meraung marah. “Lyra milikku! Seth, jangan berani kau melukai satu helai rambut pun putriku. Bila kau menyakitinya aku bersumpah akan membunuhmu!”Seth terbahak geli. Matanya meneliti Ivory penuh obsesi. “Oh, ayolah. Lyra aman di tangan kami. Jadi, jangan cemas. Selama kalian menuruti semua perintahku, nyawanya terjaga, sayang.”Ivory membuang pandangannya, tidak sudi mendengar kata-kata Seth se
“Ini kesempatanku,” ucap Ivory setengah berbisik. “Tidak ada waktu lagi. Aku harus menemui Benjamin segera.”Ivory menimang bayinya sampai mereka tertidur. Menggendong, membaringkan Mackenzie dan Isaac di dalam ranjang bayi mereka. Helaan napas Ivory terdengar penuh beban berat. Dia telah mempertimbangkannya, memikirkan ucapan Benjamin sebelumnya dengan keputusan panjang. Hingga membawa Ivory pada jalan akhir, menyetujui kesepakatannya bersama Benjamin. Ivory tahu keputusannya ini memang gila. Memicu kemarahan terbesar Max, namun apa dayanya. Ivory tidak punya pilihan lain demi menyelamatkan nyawa Lyra, keluarga kecilnya dan menyudahi peperangan melelahkan ini. “Maafkan aku, nak. Aku hanya lelah dengan semua pertumpahan darah, pertempuran, dan pertikaian tiada berujung ini. Mungkin melalui pengorbananku, perang ini bisa dihentikan. Yang Seth inginkan hanya aku, bukan Lyra. Jika menyerahkan diri bisa menyelamatkan semuanya. Maka keputusanku ini sepadan.” Gumam Ivory mengusap puncak k