“Gagal! Selalu gagal!” Mirielle menggeram jengkel, dan agak putus asa. Tangannya meninju dinding geram. Napasnya memburu, menguras seluruh energi untuk mengeluarkan serangannya. “Kekuatan sihirku belum kembali sepenuhnya. Sebenarnya, aku masih berada dalam pemulihan. Aku mencobanya puluhan kali tetap saja tidak bisa menembus dinding sihir sialan ini!”
Mirielle bingung, dia mondar-mandir kebingungan sembari memijit pangkal hidung. Berusaha merumuskan rencana dan memikirkan sesuatu.Mirielle pandangi wajah cantik Lyra yang tertidur lelap sambil berdiri putus asa di ambang pintu. Mirielle menghela napas panjang. Dinding sihir ini terlampau kokoh dan Mirielle tidak paham mengapa begitu sulit untuk menghancurkannya?“Sangat menyebalkan! Kenapa harus di saat-saat genting begini? Tidak bisakah aku melakukannya dengan benar?!”Bulu mata Lyra yang lebat itu merunduk. Wajah mungilnya terlihat damai dalam tidurnya. Mirielle bisa mendengar helaan napas Ly“Kita harus membuat rencana untuk menyelamatkan Elder dan nona Lyra, Alpha.” kata Ronan meyakinkan Max. “Elder tidak bisa mengatasinya sendirian. Kita harus segera membantunya. Semakin cepat itu lebih baik, Alpha.” Ivory menghapus air matanya, dia berjanji untuk tegar dan kuat. Max mendekapnya erat. Tidak ada yang lebih menyedihkan dan memedihkan untuk Max melihat Ivory hancur seperti ini. “Ronan benar. Kita harus segera ke sana, Max. Aku mohon. Kita harus menyelamatkan mereka segera. Aku tidak bisa membayangkan Seth bersamanya.” Ivory merintih lagi. Max memeluknya erat. “Kau harus bersabar sedikit, masalahnya yang kita hadapi adalah Seth dan Linea. Kita tidak bisa bertindak gegabah. Mereka sangat licik. Salah langkah, justru Lyra tidak akan terselamatkan, Ivy,” ucap Max dengan suara menenangkan. Ivory berdecak lagi. Tidak sanggup membayangkan Lyra berada di sekitar orang mengerikan seperti Seth. Dia pernah merasakannya, Seth itu seperti ap
“Tuan, semua anggota klan sudah tiba di ruang pertemuan. Mereka sangat mengharapkan kedatangan anda segera.” Pintu kediamannya terbuka lebar, kepala pelayan membungkuk hormat kepadanya. Menunggu perintah Benjamin selanjutnya. Badai hujan di luar mereda. Pertemuan ini nyatanya ditunda hampir empat jam sebab menunggu kedatangan anggota klan lainnya yang hadir terlambat. Benjamin tidak tahu mereka sengaja atau tidak. Setiap dia ingin mengadakan pertemuan genting begini; tak sedikit di antara mereka yang berkilah. Cuaca buruk sempat menutup seluruh jalur arteri menuju mansion utama milik Benjamin. Sebagian dari mereka sangat membenci hujan hingga malas berkeliaran di hutan bertelanjang kaki atau menggunakan kekuatan lari mereka yang mampu melompat ke tempat lain dengan cepat. Mereka lebih memilih naik sedan mewah mereka, dan bertingkah angkuh. Benjamin menghela napas jengkel. Dia mengusap rambutnya ke belakang, turun dari pembaringan dengan hel
“Kau benar-benar mengejutkan kami, Ben. Setelah kami mempercayakan kursi kepemimpinan untukmu. Beginikah balasanmu? Kau keterlaluan. Kami benar-benar kecewa mendengar pengaduan serta keluhan dari anggota klan lainnya soal niatanmu. Jangan bertindak gegabah, dan nekat! Kau membahayakan semuanya!” “Aku tidak berniat mengkhianati kepercayaan kalian dan seluruh anggota klan. Apa aku salah meminta bantuan pada kalian? Bukankah kita memiliki prinsip? Satu rasa, sama rata? Tak ada yang dibedakan sesama anggota klan. Kau tahu alasanku bertindak seperti ini. Aku harus menjemput putriku. Nyawanya terancam. Selama dia bersama Seth dan Linea, kematian mengintai nyawa Lyra!” jawab Benjamin dengan nada mengeras. “Lantas aku harus bagaimana? Bertindak sendirian menyerang mereka? Aku tahu ini misi bunuh diri, dan bisa membunuh kita semua. Apa aku punya pilihan?”Suara kecaman Benjamin menggema di ruang pertemuan dewan. Membuat petinggi klan dan kedua wakilnya berdeham tak habis pikir. Mata mereka b
“Sialan!” Mirielle mengutuk kepayahannya. Tiada hentinya dia mengamuk di dalam batinnya. Penyelamatan ini benar-benar membuatnya putus asa tidak terkira. “Astaga, demi Amethyst. Kumohon aku sangat membutuhkan kekuatanku! Kasihanilah aku! Kembalikan kekuatanku, Dewi! Aku ingin menyelamatkan nyawa anak kecil tidak berdosa! Ini urusan genting. Tidak bisakah kau mendengar rintihanku, Amethyst?!”Ini ke sekian kalinya Mirielle mengajukan protes pada Amethyst. tetapi, tak ada satu pun rintihan atau doanya yang didengar oleh sang dewi. Jelas berbeda daripada situasinya yang dulu. Amethyst selalu ada ketika Mirielle membutuhkan apa pun. “Semarah itukah kau padaku? Aku ini tidak sempurna. Bisa melakukan kesalahan. Kau bahkan telah melenyapkan sebagian kekuatanku sebagai hukumannya. Bagaimana dengan pengampunanmu? Bukankah cintamu itu luas? Aku tahu kau bisa mendengarku. Semestinya kau memberikan aku kesempatan. Aku tahu kesalahanku memang sulit untuk kau toleransi. Sekali ini saja. Kau bisa me
Tirai putihnya tersibak oleh angin dingin yang bertiup kencang. Mirielle bisa menembus dinding sihir berwarna biru itu, dan segera menyelamatkan Lyra. Keterlambatannya ini adalah kesalahan terbesar baginya. Bila sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Lyra, tamatlah riwayatnya. Mirielle akan membuat semua orang kecewa termasuk Amethyst. Kalau perlu menyerang kepala belakang Linea untuk membuatnya pingsan. Selagi Seth jauh berada di pekarangan taman itu, jika Mirielle melumpuhkan Linea diam-diam, Seth tak akan menyadarinya. Mengalahkan Linea bukan perkara sulit bagi Mirielle.Akan tetapi, apa yang terjadi begitu mengejutkan dan memukul akal sehat Mirielle. Dia sampai terhenti dengan napas memburu. Linea membuang bantal itu dari tangannya ke lantai. Menggelengkan kepala, kemudian menangkup wajahnya yang banjir oleh air mata. “Apa yang sedang aku lakukan? Aku tak pernah bisa menyakiti Lyra. Sudah jadi apa aku ini?!”Mirielle terdiam di ambang jendela. Tubuhnya benar-benar terpatri tida
“Jauh lebih baik?” tanya Max menggenggam erat jemari Ivory. Max menatapi wajah cantik Ivory lekat-lekat. Belakangan ini dia terlihat sering kali pucat bagai kapas. Ivory kurang tidur di malam hari, diperburuk oleh nafsu makannya yang berkurang, bobot tubuhnya sampai turun drastis. Ini membuat Max sangat mencemaskannya. “Setidaknya, setelah mendengar Amethyst. Jauh lebih ringan.” Ivory mengangguk, tersenyum samar, dan menghela napas penuh beban. “Soal Elle bukankah sebaiknya kita segera bergerak? Entah kenapa perasaanku tidak enak, Max. Aku punya firasat buruk. Sedari tadi batinku tiada hentinya memikirkan Elle dan Lyra sedemikian rupa. Aku sangat takut sesuatu terjadi pada mereka. Elle pun belum menghubungkan kembali mind-linknya kepadaku. Dia pasti kesulitan di sana, bagaimana kalau Seth dan Linea berhasil menangkapnya?”“Itu tidak akan terjadi, Ivy. Jangan meragukan Elle, dia sangat tangguh. Mustahil Seth dan Linea menangkapnya.” Max merengkuh Ivory. “Aku telah menjelaskan segala
“Aku harus keluar dari sini?!” Benjamin meradang, membanting gelas di tangannya ke lantai. Berulang kali teriakannya tidak digubris. Dia benci hukuman kurungan ini, pintu kamarnya dijaga ketat oleh para penjaga terkait hukuman dewan yang sama sekali tidak memahami kesulitannya. “Mereka bahkan tak mencoba untuk membantuku! Klan macam apa kalian?!”Benjamin tidak bisa terus-terusan dikurung begini, nyawa Lyra dalam bahaya. Terlebih mendengar ancaman Watcher sialan utusan Seth yang mengintai dan mengirimkan pesannya. Selama ini Benjamin tidak tahu jika diintai, Seth jelas krisis kepercayaan terhadapnya sehingga dia menyewa jasa Watcher untuk mengawasi tiap gerak-geriknya. Benjamin mengancam Watcher tersebut, mengatakan padanya bahwa dia akan keluar dari kurungan ini dan mendapatkan darah Ivory. Benjamin mengancam Seth bila dia berani menyentuh atau melukai putrinya – dia tak akan segan-segan membunuh Seth dan Linea dengan kematian terburuk. “Seth memang keparat!” kutuk Benjamin menguru
“Dugaanku salah. Ternyata penjagaan Eastonville lebih ketat daripada yang kukira.” Benjamin terduduk di puncak pohon pinus, mengintai situasi Alsenic Pack yang ternyata penjagaannya malah diperketat. Ada yang berbeda, sepertinya Max mendapat bala bantuan dari anggota Pack lain. Melihat simbol tato di lengan mereka—Benjamin mengenal simbol tato itu. Mereka kawanan legendaris yang berasal dari Pack Northernhill, Southernshore, dan Westmont. Benjamin kebingungan. “Sedang apa mereka di sini?” Mata pemburu Benjamin menjelajah, hanya ada keberadaan kalangan bawah anggota biasa seperti Omega, Gamma dan Schout Alsenic pack. Dari embusan angin dingin, Benjamin mencium aroma darah Ivory yang semanis vanila tidak jauh dari sini, tetapi Ben tidak merasakan aroma darah Max di seluruh penjuru Eastonville.“Apa Max tidak ada di Eastonville? Aku juga tidak merasakan apa pun. Kalau pasukan legendaris itu ada di sini seharusnya Alpha mereka pasti datang kemari. Ke mana mereka semua?”Tapi ini kesempa
Beberapa tahun kemudian ... “Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima. Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?” “Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max. “Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mere
Seth tersungkur tanpa daya di atas tanah, pandangan mata sayunya pandangi langit malam di mana bulan purnama tengah benderang menyinari dunia. Seth bisa mendengar lolongan serigala yang memuja Amethyst. Sebagai tanda syukur kemenangan mereka. Hawa panas menggelegak. Keheningan mencekam ini, Seth mati rasa, tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. ‘Dad. Katakan padaku. Kalau aku adalah seorang putra dan keturunanmu yang baik.’ Wajah sang ayah yang tersenyum manis berkelebatan di benak Seth saat mendiang menyerunya penuh kasih sayang. Seth masih ingat kenangan itu dengan jelas. Linea berlarian menerjang kubangan-kubangan api yang meratakan tanah, sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terasa sangat mengejang, demi apa pun. Melihat Seth menghadapi kematian, membuatnya Linea terseok-seok. Dia menyambar tubuh Seth yang tidak berdaya; merenggang nyawa. “Seth, astaga. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan anak-anakku. Dia membutuhkanmu. Jangan pergi, Seth. Kau harus melihat
TAANG!!! Anak panahnya meleset ke arah lain ketika Seth mematahkannya dengan sambaran petir. Terlepas dari tepat sasaran atau tidaknya, Ronan tak peduli. “Lihat aku di sini, Rogue tolol!” ejek Ronan tersenyum miring, dia sengaja benar memancing emosi Seth yang mudah sekali tersulut. “Dasar bodoh! Siapa pun tidak ada yang dapat mengalahkan aku!” amuk Seth terus luncurkan semua serangannya secara brutal. “Kau, Omega tidak berguna! Jangan halangi aku!” DUARR!!! Ronan berlari menghindar ketika serangkaian ledakan api meletus hebat di belakangnya. Melompat dengan langkah kaki panjang, bergerak gesit, cekatan serta lincah. Bermanuver—tak sulit menghindari serangan Seth yang lambat-laun mulai melambat. “Ada apa denganmu? Mengapa kau lamban sekali? Kau bahkan tidak bisa menggoresku sedikit saja!” Ronan terpingkal geli. Sekali lagi, dia melesatkan dua pasang anak panah. “DIAM KAU! Percuma! Serangan panahmu ini tidak akan bisa melumpuhkan aku!” DUARR!!! Ronan melompat tinggi di atas ud
Markus tanpa pikir panjang kembali, menyelamatkan karibnya. Dia menerobos semua ledakan-ledakan petir yang meletus di kanan-kirinya, berlari cepat demi menyelamatkan Alegria yang kepayahan akibat pendarahan. Markus bergegas menyambar Alegria yang terkapar, melompat cepat—menghindari sambaran petir lainnya yang tiada hentinya berdatangan.“Mengapa kau kembali? Bagaimana dengan pasukanmu?” tanya Alegria lemah dan merasa bersalah. Dia diserang oleh gelombang batuk darah.“Masih tanya juga! Tentu saja menyelamatkanmu! Mustahil, meninggalkanmu mati di sana! Pasukanku yang tersisa mereka berhasil ke tempat aman. Rogue itu memang keparat! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan sihir mengerikan seperti ini!?”Markus, Alegria, Marion, William dan semua pasukan yang tersisa berhasil mencapai zona perimeter aman yang sebelumnya telah disiapkan oleh mereka. Menjauhi medan pertempuran yang mustahil mereka hadapi. Mereka mengubah diri ke wujud manusia.
“Menyerahlah saja kau, Seth! Tidak ada jalan keluar atau lari! Sebelum kami semua benar-benar membunuhmu!” kecam Mirielle bersungguh-sungguh dengan ucapannya. “Kau sudah terkepung! Kau harus membayar seluruh kejahatanmu di hadapan Dewi Amethyst!”BZZT!“Kau pikir siapa dirimu?! Karena kau Elder pilihan yang menjembatani Dewi Bulan, kau pikir bisa berbuat segalanya?”Mirielle mencibir setengah meradang. “Tidakkah kau pikirkan semua korban yang telah kau hancurkan hidupnya? Pack yang tidak bersalah atau berdosa! Tidakkah kau memikirkan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka? Aku tak paham mengapa kau memilih jalan beracun seperti ini?!”CLASSH!BLARR!“Tidak usah sok memahamiku, Mirielle! Aku tak peduli apa pun! Selama tujuanku tercapai, dendam kematian leluhurku terbalaskan, dan semua kelompok Pack yang kalian agung-agungkan itu hancur selamanya! Justru aku senang menghancurkan kalian semua hingga tidak ada yang ter
Mirielle merintih putus asa. “Max! Jawab aku! Mom! Dad! Ronan, please! Anybody hear me?!”“Elle?! Kau di mana?! Kau baik-baik saja?! Bertahanlah, Elle! Aku bersama pasukan The Cardinal, anggota Pack dan keluarga! Sebentar lagi, sampai! Kau tidak terluka ‘kan? Kami semua cemas sebab tak mendengar kabar apa pun darimu.” Max menjawab dari mind-link. “Katakan kalau kau bersama Lyra sekarang?”Helaan napas lega terdengar dari hidung bangir Mirielle. “Aku tidak bersama Lyra, Max. Aku gagal mendapatkannya. Ini semua karena kekuatan sihirku yang belum pulih sepenuhnya! Seth dan Linea memiliki mantra dinding sihir kuat. Padahal, aku nyaris berhasil. Aku mengacau! Aku baik-baik saja! Max, ada situasi genting! Sebelum kau menyaksikannya secara langsung. Aku ingin kau dengarkan ucapanku dulu.”“Tunggu sebentar, Elle! Aku mengendus bau Ivy dekat sini?! Apa itu jeritan istriku?! SEDANG APA DIA? MENGAPA IVY BISA BERSAMA DENGAN SETH?!!”Sensasi berdenyut
“Sekarang apa maumu?” tanya Linea mengeraskan nada suaranya. Dia menjerit penuh amarah. “Aku telah mengikuti semua perintahmu! Kau bilang ingin dapatkan darah Ivy demi memperkuat kekuatan kita?! Mengapa sekarang kau malah menawannya?! Kau bilang membangun Mansion khusus untuk wanita ini?! Apa kau sudah gila?! Kau mengingkari janjimu, Seth!”Seth tertawa bengis. Tetap mencengkeram tubuh Ivory dalam belitan tangannya. Mereka perlahan-lahan berjalan mundur. “Kau kira siapa dirimu, Linea?! Mengatur atau mengendalikan diriku?! Sudah kubilang berkali-kali jangan konyol! Kita melakukan segalanya sesuai kesepakatan, ingat?! Inilah tujuanku! Mendapatkan Ivy kembali.”Ivory mendesis jijik ketika Seth menjilati ceruk lehernya. Rasanya dia ingin sekali menghajar Seth sekarang juga, tetapi apa dayanya. Kekuatan Seth terlalu kuat untuk dilawan. Semakin Ivory memberontak—semakin Seth mencekiknya. Linea menggeleng. Mulai banjir air mata, mengentakkan kaki menahan b
“Oh! Akhirnya, Benjamin mampu memenuhi kesepakatannya! Senang sekali, kau mengerti maksudku. Maaf, kuharap Watcher yang aku utus, tidak memperlakukanmu dengan buruk, ya? Mendengar kau datang bersama Ivory.” Suara Seth menggema di sela-sela tawa maniaknya. “Woah, ini pencapaian terbesarku, bukan? Aku meminta Benjamin menukar darah Ivory tapi dia malah membawanya kemari. Well done, Ben. Aku tahu kau memang tak akan mengecewakan aku.”Benjamin mendesis sinis. “Cukup basa-basinya, keparat! Aku telah memberikan apa yang kau mau. Lantas, di mana Lyra sekarang?! Berikan kepadaku sekarang juga!”Ivory meraung marah. “Lyra milikku! Seth, jangan berani kau melukai satu helai rambut pun putriku. Bila kau menyakitinya aku bersumpah akan membunuhmu!”Seth terbahak geli. Matanya meneliti Ivory penuh obsesi. “Oh, ayolah. Lyra aman di tangan kami. Jadi, jangan cemas. Selama kalian menuruti semua perintahku, nyawanya terjaga, sayang.”Ivory membuang pandangannya, tidak sudi mendengar kata-kata Seth se
“Ini kesempatanku,” ucap Ivory setengah berbisik. “Tidak ada waktu lagi. Aku harus menemui Benjamin segera.”Ivory menimang bayinya sampai mereka tertidur. Menggendong, membaringkan Mackenzie dan Isaac di dalam ranjang bayi mereka. Helaan napas Ivory terdengar penuh beban berat. Dia telah mempertimbangkannya, memikirkan ucapan Benjamin sebelumnya dengan keputusan panjang. Hingga membawa Ivory pada jalan akhir, menyetujui kesepakatannya bersama Benjamin. Ivory tahu keputusannya ini memang gila. Memicu kemarahan terbesar Max, namun apa dayanya. Ivory tidak punya pilihan lain demi menyelamatkan nyawa Lyra, keluarga kecilnya dan menyudahi peperangan melelahkan ini. “Maafkan aku, nak. Aku hanya lelah dengan semua pertumpahan darah, pertempuran, dan pertikaian tiada berujung ini. Mungkin melalui pengorbananku, perang ini bisa dihentikan. Yang Seth inginkan hanya aku, bukan Lyra. Jika menyerahkan diri bisa menyelamatkan semuanya. Maka keputusanku ini sepadan.” Gumam Ivory mengusap puncak k