"Dia itu ...."Tinggg! Pintu lift tersebut terbuka."Dia apa?" tanya Eve yang penasaran karena kalimat Keanu yang terpotong tadi."Sudah nanti saja," ucap Keanu sembari melangkah keluar dari lift tersebut yang kemudian diikuti oleh Eve di belakangnya.Sesaat setelah keluar dari lift."Ayo bilang," ujar Eve sembari menarik pakaian Keanu.Keanu pun langsung menghentikan langkahnya dan menoleh. "Bukannya tenggorokanmu sakit, kenapa masih berisik sekali.""Volume suaraku kan sudah sangat minim jadi nggak mungkin seberisik itu," sahut Eve.Keanu pun menghela napas panjang lalu kembali melanjutkan langkahnya sembari berkata, "Apa Leon tidak mengatakan kalau kamu harus menghemat suaramu, Jika tidak pita suaramu itu bisa saja rusak dan tidak bisa digunakan lagi."Mata Eve pun membulat mendengar perkataan laki-laki di sampingnya itu. "Kamu menipuku kan," ujarnya sambil memegangi lehernya dengan ke dua tangannya.'Dasar wanita konyol, ternyata dia bisa percaya dengan tipuan seperti ini,' batin
Suasana santai di dalam restoran yang didominasi oleh warna bumi tersebut sungguh mendukung suasana hati mereka berdua. Eve dan Keanu saat ini memang sedang membutuhkan ketenangan karena harus membicarakan rencana mereka selanjutnya.Eve yang sadar kalau suaranya memang menjadi lebih baik dari kemarin pun mulai menyarankan, bagaimana kalau mereka mengadakan konferensi pers agar mereka tidak dituduh ingin menghancurkan kehormatan keluarga itu. Bagaimanapun juga posisi mereka tidak sekuat Tuan Stanley, walaupun pada kenyataannya Keanu adalah cucu sah satu-satunya keluarga Howgins."Aku yakin besok suaraku sudah pulih, kita bisa melakukannya besok," ujar Eve sambil menatap serius ke arah laki-laki yang berhadapan dengannya itu"Walaupun kamu terlambat tapi aku sudah senang karena kamu menyarankan hal itu." Keanu menoleh ke arah pelayan yang baru saja sampai membawakan pesanan mereka, setelah itu ia pun kembali menoleh ke arah Eve. "Itu tandanya IQ kamu tidak terlalu rendah untuk menjadi
Setelah dua puluh menit mereka berdua pun selesai sarapan pagi. Dan tanpa diduga, Alexa dan kekasihnya pun sama-sama sudah menyelesaikan sarapan pagi mereka."Hai, kalian sudah selesai juga?" sapa Alexa yang berjalan di belakang Keanu dan Eve saat keluar dari restoran tersebut.Eve yang sudah tahu sejak tadi kalau Alexa dan kekasihnya berjalan di belakang mereka pun pura-pura terkejut dengan sapaan wanita yang dikatakan mirip adik angkat suaminya itu."Ah iya, kalian juga sudah selesai? Cepat sekali," sahutnya sembari memberikan senyuman hangat di wajahnya.'Apa mereka sengaja mengikuti kami,' pikir Eve yang cukup heran dengan hal itu. Namun Eve langsung menepis perasangka buruknya karena mungkin saja mereka memang sering makan ke restoran itu, sebab dia dan Keanu juga baru kali ini sarapan di restoran itu."Iya, kami memang harus cepat-cepat, soalnya Been harus segera ke kantor," terang Alexa dengan ramahnya."Oh ...," sahut Eve sembari manggut-manggut seolah peduli pada apa yang dik
'Mampus nggak, rasain kagetkan? Teryata orang yang pertama kali jenguk dan bebasin kamu adalah aku, bukan suamimu.' Tawa Eve di dalam hatinya."Kenapa kamu?" tanya Nyonya Silvia lalu mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu. "Di mana mereka?" tanyanya lagi."Siapa yang Anda cari, Nyonya?" tanya Polisi yang sedari tadi bersama Eve dan Keanu.Nyonya Silvia pun dengan cepat menatap Polisi berkumis tebal itu, lalu menjawab, "Suamiku, di mana dia?""Tuan Stenly tidak kemari. Mereka berdua yang datang kemari untuk membebaskan Anda," terang Polisi tersebut dengan tenang.Sesaat kemudian Nyonya Silvia langsung mengalihkan pandangannya pada Eve dan Keanu yang juga sedang menatap dirinya. "Tidak mungkin, tidak mungkin mereka yang membebaskan aku, aku—""Aku tidak bermaksud membuat Tante sedih. Setelah keluar dari rumah sakit dan kondisiku lebih baik aku langsung ke sini. Tapi jika ini tidak bisa Tante terima, mungkin lebih baik Tante ...." Eve tak melanjutkan kalimatnya dan langsung m
"Kenapa?" tanya Keanu yang langsung menundukkan kepalanya untuk melihat apa yang saat ini sedang diraba oleh sahabatnya itu."Ini darah?" Leon memperlihatkan ujung jarinya yang berbalur cairan berwarna merah.Keanu kemudian membuka kancing kemejanya. "Itu lukaku," ujarnya setelah memeriksa balutan di bagian perutnya.Kalimat yang diucapkan dengan santai tersebut langsung saja membuat Leon menggeleng pelan. "Apa kamu ini terkena CIPA setelah jatuh cinta?""CIPA, apa itu?" tanya Keanu yang tak begitu paham dalam istilah-istilah kedokteran."CIPA, Congenital insensitivity to pain with Anhydrosis. Penyakit bawaan yang tidak bisa merasakan sakit dan rangsangan," terang Leon. "Sudahlah Kamu tidak akan mengerti. Ayo kita obati luka kamu itu," ajaknya sembari berdiri dari kursi yang sejak tadi didudukinya bersama Keamu.**Dua jam kemudian Eve pun sadar. Ketika ia membuka matanya terlihat langit-langit ruangan yang hampir serupa dengan ruangan yang ditempatinya ketika dia dirawat dua hari yan
"Bagaimana?" tanya orang yang baru saja membuka pintu ruangan tersebut.Langsung saja Eve dan Yualit menoleh ke arah orang tersebut. Dan sebuah senyum hangat pun tercetak di wajah Yualit. "Baru saja aku ingin menghubungi kamu," jawabnya.Dan laki-laki yang baru saja masuk tersebut segera mengalihkan pandangannya dari Yualit ke arah Eve. "Bagaimana, apa ada yang terasa sakit Ve?" tanyanya ramah khas seorang dokter.Eve pun langsung menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan dari dokternya tersebut."Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Kalau begitu aku akan segera memberitahu Keanu," ujar Leon sambil mengambil ponsel yang ada di dalam kantong celananya."Tidak perlu," tolak Eve sambil menggerak-gerakan tangannya dengan wajah yang meringis karena merasakan tenggorokannya yang sakit ketika mengeluarkan suara.Leon dan Yualit pun langsung saling menatap setelah melihat penolakan dari wanita di dekat mereka itu."Kenapa tidak perlu?" tanya Leon penasaran."Itu ...." ucap Eve yang ragu-ragu
"Bagaimana?" tanya laki-laki yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut.Sontak saja Eve, Leon dan juga Yualit menatap ke arah laki-laki tersebut.Laki-laki tersebut berjalan dengan cepat ke ranjang Eve, hingga Leon pun menyingkir sembari membawa kursi yang didudukinya."Kamu tidak apa-apa?" tanya Keanu dengan ekspresi panik yang tercetak jelas di wajahnya. Ia kemudian menatap Eve dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Katakan mana yang sakit?" tanyanya lagi sembari menggenggam tangan istrinya itu.Sedangkan Eve hanya bengong melihat ekspresi wajah laki-laki yang selalu membuatnya kesal itu. Ia tentu saja tidak menyangka jika suami yang selalu jahil dan sering bertengkar dengannya kini benar-benar khawatir pada dirinya."Kenapa, kamu bilang saja mana yang sakit?" tanya Keanu sekali lagi yang semakin bingung karena melihat ekspresi wajah Eve.Dan karena tak mendapat jawaban, akhirnya ia pun berganti menoleh ke arah Leon yang saat ini masih ada di sampingnya. "Bagaimana hasilnya? Apa
Setelah itu ia pun kembali ke ruangan dan duduk di kursi kerjanya. Kemudian ia pun menatap sejumlah berkas yang kini ada di atas mejanya.Semua terasa biasa saja, hingga ia membuka berkas yang paling atas."Akhh!" Ia menggaruk-garuk kepalanya ketika tiba-tiba wajah Eve melintas di pikirannya.Akhirnya ia pun menutup berkas itu kembali dan memilih untuk menyenderkan tubuhnya di kursi yang diduduki saat ini.Ia menatap ke langit-langit ruangan itu dan kemudian menghela napas panjang. "Ah kenapa aku konyol sekali tadi," gumam Keanu kemudian mengusap-nguasa wajahnya.Ia mengingat bagaimana kejadian saat di rumah sakit tadi. "Pasti dia sedang menawarkanku saat ini," ujarnya lagi sembari membayangkan wajah Eve yang sedang menatawai dirinya.Cukup lama Keanu mendongakkan kepalanya sembari melamun dengan mata yang terus menatap ke arah ukiran di langit-langit ruangan itu, hingga tiba-tiba sebuah ketukan muncul dari arah pintu masuk ruangan itu, mengejutkannya.Keanu pun langsung mengubah sika