Esoknya aku memutuskan untuk memikirkan tindakan apa yang harus ku buat terkait penasehat keuangan untuk urusan internal keluarga Ophelium yang ditunjuk langsung oleh putra mahkota itu. Karena akses untuk mendapat daftar nama pekerja dikuasai olehnya, aku menjadi sedikit kesulitan, aku juga tidak mungkin meminta langsung padanya karena sekali pun hubungan diantara kami adalah "tuan dan majikan", fakta bahwa hal ini tidak berada di bawah yuridiksi ku membuat ku tak bisa mengusik tuan penasehat tersebut.
Terlebih aku menemukan ada hal yang tidak beres dengan pengaturan aset pribadi ku. Jumlah harta yang ku miliki hingga saat ini tidak jauh berbeda dengan jumlah harta ku di tahun-tahun sebelumnya. Sangat mencurigakan bukan?
Apalagi dengan kenyataan bahwa bisnis milik keluarga Ophelium yang kian berkembang dengan pesat. Jumlah ini jelas tak sejalan dengan kenyataan itu. Sebagai penerus keluarga yang sah sudah sewajarnya kalau aku yang akan
Sebulan kemudian, atau tepatnya saat perayaan tahun baru di istana, aku mendapat begitu banyak pujian dari para bangsawan atas tindakan ku. Mereka memuji ku sebagai orang yang bijak karena penyelesaian daerah sengketa sebelumnya. Ada juga yang memuji ku karena dalam jangka waktu yang singkat aku dapat menyingkirkan pekerja ku yang korup. Walau aku senang dengan pujian tersebut, aku merasa terbebani dengan sindiran yang mereka tujukan pada tuan duke yang mereka cap gagal melaksanakan tugasnya. Bahkan ada yang berkata:"itulah sebabnya rakyat jelata yang menerima gelar bangsawan tidak akan pernah bisa melakukan pekerjaan bangsawan asli dengan baik walau mereka telah berusaha sekeras mungkin. Darah kita denganmereka jelas berbeda" Pernyataan itu jelas kelewatan dan telah mencoreng nama baik tuan duke, terlebih saat mengatakannya mereka berpura-pura tak melihat Alejandro yang berdiri tepat di sebelah ku. Alejandro hanya d
Esoknya aku menulis surat untuk mengucapkan selamat tahun baru dan harapan ku yang terbaik untuk Nyonya Sereva. Aku juga tak lupa untuk menyertakan hadiah kecil, berupa teh Chamomile yang sengaja ku pilih karena sebelumnya saat bertemu Nyonya serevia sempat bercerita kalau belakangan ia sulit tidur. Aku harap dengan meminum teh ini beliau dapat memiliki tidur yang baik. Belum sempat surat yang tengah ku tulis selesai, tiba-tiba Gilliard mengetok pintu. Tapi kali ini ia tidak sendirian, ia membawa seorang pria bersamanya. Pria itu mengenakan jubah lengkap dengan tudung yang membuat wajahnya sulit untuk dilihat. Siapa sebenarnya pria ini dan kenapa Gilliard membawanya ke ruangan ku?"tuan muda, maaf karena saya datang tampa memberi kabar", ujar Gilliard sambil menundukkan kepalanya."Tak apa Gilliard, tapi ada apa ini? dan siapa pria dengan jubah tertutup ini?", tanya ku balik. Bukannya menjawab pertanyaan ku, Gilliard
Seminggu kemudian, Nyonya Serevia berkunjung ke mansion Ophelium, ini merupakan kunjungan pertamanya sejak aku menyelesaikan pendidikan tata krama ku tahun lalu. Nyonya Serevia berkunjung dengan membawakan ku beberapa hidangan dan buah segar yang ia tanam langsung di kebun mansionnya."Anda tidak perlu repot-repot membawa semua ini", ujar ku ketika kami masuk ke ruangan ku."Kita harus hati-hati, tak ada yang bisa menjamin kalau semua orang yang ada di sini bukanlah orang suruhan putra mahkota", ujar Nyonya Serevia tenang."tapi tampaknya putra mahkota tak akan melakukan hal mencolok seperti itu", ucap ku untuk membuat Nyonya Serevia lebih tenang."dengan segala popularitas yang anda miliki saat ini? tampaknya itu menjadi sulit. Putra mahkota sekarang tak akan memandang anda sebagai sepupu, melainkan saingan untuk mendapatkan tahta", Nyonya Serevia berbicara sambil menatap mata ku langsung."Anda berlebihan, memang belakangan popularit
Pagi ini aku menemui tuan duke di ruang kerjanya untuk mendapatkan informasi apa pun yang diketahuinya tentang putra mahkota. Tuan duke lalu mulai bercerita, sepanjang pengetahuannya ketika raja yang sekarang naik tahta, ia segera mengusahakan agar perjanjian antara kerajaan Graftan dengan kekaisaran Xing yang dibuat oleh ayahnya dapat di akhiri. Raja telah melakukan banyak upaya melalui cara negosiasi dan akhirnya usahanya tercapai ketika perang yang telah berlangsung lama di benua Xiu selesai beberapa tahun yang lalu. Sejak itu perjanjian antara kerajaan Graftan dengan kekaisaran Xing dianggap selesai. Namun, kerajaan Graftan tetap memegang hak monopoli sebagai rekan kerja sama pemasaran produk kekaisaran Xing. Tapi setelah perang antar wilayah utara dan selatan pecah lagi, tampaknya kekaisaran Xing memaksa agara kerajaan Graftan membantu mereka. Saat itulah putra mahkota menawarkan diri untuk menjadi penanggung jawab kesepakata
Rapat dadakan itu segera di mulai ketika putra mahkota memasuki ruangan, Selain putra mahkota dan pengawalnya ada tujuh orang lainnya di ruangan itu. Aku, Alejandro, tuan duke Ophelium, perdana menteri, mentri perang dan dua orang kepala keluarga yang menjabat sebagai mentri urusan dalam istana dan mentri urusan luar kerajaan. Bisa dibilang peserta rapat itu adalah orang-orang yang memegang kendali penting kerajaan."tampaknya kita semua yang berkumpul hari ini telah mengetahui agenda pembahasan kita. Karena itu untuk menghemat waktu, jika tak ada yang hendak ditanyakan saya akan segera memulai penghitungan suara", putra mahkota membuka rapat itu dengan tergesa-gesa."putra mahkota, mohon maaf atas kelancangan saja. Kami memang telah mengetahui kalau yang mulia raja telah melakukan kontak dengan fraksi bangsawan yang menghubungkannya dengan Kerajaan Xavier. Tapi bukan kah itu adalah hal yang baik? lagi pula kerajaan Xavier tengah berkembang pesat saat ini.
Hari yang ku tunggu akhirnya tiba, putra mahkota meminta ku untuk menemuinya di istananya sendiri. Saat memasuki ruangan itu aku bisa melihat kalau putra mahkota menunjukkan minat yang cukup besar untuk menemui ku. Bukan kah ini cukup aneh? saat bertemu sebelumnya dengan paman ia bahkan tak memedulikan ku."Saya memberi salam pada-", Salam yang ku ucapkan belum selesai tapi putra mahkota segera menghentikannya dan meminta ku untuk langsung duduk saja."Jadi kenapa kakak ingin bertemu dengan ku? apa ini ada hubungannya dengan pertemuan sebelumnya?", tanya nya antusias pada ku.Kakak? rasanya sangat canggung tiba-tiba dipanggil dengan "kakak" padahal hubungan kami berdua sangat canggung."itu benar yang mulia, maksud saya..", aku tak bisa melanjutkan kata-kata ku ketika menyadari muka putra mahkota berubah masam."apakah ada yang salah yang mulia?", tanya ku kepadanya."padahal dulu saat hanya bertemu berdua kakak selalu
Ada begitu banyak hal terjadi di luar ekspektasi ku, putra mahkota yang ternyata adalah sumbermasalah di tempat ini, paman yang memutuskan untuk berperang dengan anaknya sendiri hingga Arrahad, adik ku sendiri yang memutuskan untuk tak berkomunikasi dengan ku lagi. Semua bermula karena aku hendak memberikan "wasiat" padanya, tapi sepertinya adik ku itu belum siap untuk menerima semua kenyataan yang selama ini terpendam. Bagaimana pun aku berusaha untuk mendekatinya, ia terus menjauh. Waktu terus berjalan seakan tak peduli dengan kesiapan ku, hingga kini tinggal lima hari sebelum festival berburu diadakan dan tiga hari hingga pembukaan festival berlangsung. Aku tak bisa memastikan keselamatan ku di sana tapi Arrahad tetap menolak untuk berbicara dengan ku. Aku pun tak punya kekuatan untuk menghentikan paman atau pun putra mahkota. Tak ada yang bisa memprediksi apa yang akan dihasilkan dari festival itu, namun sa
Esoknya, dengan di dampingi oleh ku dan tuan duke, paman selaku raja kerajaan ini menyambut para tamu kehormatan yang di utus dari negara tetangga. Aku mengenali beberapa wajah di antara mereka. Wajah orang-orang yang membantu putra mahkota untuk mengembangkan usahanya hingga kini. Kami menyambut mereka dengan hangat walau tau kalau mereka akan balik menyerang kami besok. Sesuai jadwal setelah semua utusan tiba di istana, kami akan melakukan acara minum teh bersama. Total orang yang hadir di acara itu adalah lima belas orang. Putra mahkota tak ikut di dalamnya, karena berdasarkan tradisi kerajaan, putra mahkota bertugas menemani para tamu yang tiba ke istana sehari sebelumnya. Walau pemimpin mereka tak ada di sini, tampaknya mereka dengan berani akan mencoba memojokkan paman."Yang mulia saya senang melihat anda sehat di usia anda sekarang. Saya harap anda akan berumur panjang", puji salah satu utusan yang merupakan penduku
Sebulan telah berlalu sejak aku pertama kali bangun di sini, kami secara teratur melakukan kontak lewat surat dengan Alejandro. Yang mengganggu ku adalah fakta bahwa putra mahkota hingga saat ini belum naik tahta, ia membiarkan kursi raja kosong hingga hampir dua bulan. Menurut Alejandro para petinggi kerajaan yang cemas akan kekosongan itu terus menerus mendesak putra mahkota agar dengan segera ia memegang gelar raja. Putra mahkota menolak gagasan itu dengan alasan akan membiarkan kursi raja untuk kosong selama seratus hari sebagai bentuk berkabung untuk ayahnya. Walau pun ayahnya adalah "penghianat" tapi jasa nya selama ini tak bisa diabaikan. Alasan putra mahkota bagaikan obat penenang sementara. Sedangkan pihak ratu belakangan ini terlihat tak memiliki pergerakan. Saudara ratu, paman dari putra mahkota yang baru diangkat menjadi kepala pasukan keamanan istana yang baru mengeluarkan kebijakan untuk menambah senjata prajurit. Ta
Aku lalu melihat bagaimana cara putra mahkota dibesarkan, anak sekecil itu terlihat begitu tragis dengan tekanan dan beban yang harus dipikulnya. Setiap hari ia menghabiskan waktunya dengan belajar dan berlatih taktik perang. Ia jarang bertemu dengan orang lain selain pelatih dan gurunya. Ibunya, sang ratu sesekali menemuinya untuk melampiaskan amarahnya, setiap kali pangeran kedua mendapat pujian maka putra mahkota kecil akan mendapat tamparan dari ibunya. putra mahkota kecil juga dipaksa untuk berlatih pedang dengan pamannya, saudara laki-laki ibunya. Perbedaan usia dan pengalaman antara mereka tentunya jelas terasa dan disaat putra mahkota kecil terjatuh, pamannya lalu memukulnya habis-habisan. Tak sampai di situ, ratu datang untuk menamparnya karena menganggap dirinya tak berguna. Saat ulang tahun ke delapannya, raja menyelenggaran pesta ulang tahun putra mahkota. Bahkan di pesta ulang tahunnya sekali pun ,
"apa maksud anda, Alejandro berusaha agar saya tidak menjadi target putra mahkota?", tanya ku lagi pada Tuan Ignatius. Tuan Ignatius tak menjawa, tapi ia menganggukkan kepalanya. Alejandro, sejak awal aku merasa curiga tentang segala tindakannya dan ternyata kecurigaan ku benar. TApi ternyata ia memiliki rasa kemanusiaan tak seperti putra mahkota. Demi menyelamatkan ku, ia bahkan sampai membunuh ayah kandungnya sendiri. AKu jadi merasa sangat bersalah padanya, seharusnya dia memberitahu ku sebelumnya, kenapa ia harus menanggung semua beban ini sendirian?.."Tolong beritahu ibu dan Arrahad kalau besok saat festival dimulai, kita akan melarikan diri ke kerajaan Xavier", ujar ku."Kita tak boleh melakukan itu kak, putra mahkota tak akan tinggal diam", teriak Alejandro."Kita tak punya pilihan lain, bahkan raja rela mengorbankan dirinya sendiri", elak ku."Bagaimana kalau di perjalanan kita tak bisa selamat? a
Prak tring brakhiks sadarlahbuka mata mu! Suara barang-barang yang bergesekan yang bercampur dengan isak tangis itu mengusik ku, belum lahi rasa nyeri di lengan ku. Seperti seseorang tengah menyiram luka ku dengan sesuatu. Apa yang kau lakukan? jangan sentuh luka ku! kau membuat ku kesakitan! aku terus berteriak di dalam hati ku. Ntah apa yang salah dengan tenggorokan ku, aku tak bisa mengeluarkan suara.... Aku membuka ke dua mata ku di suatu tempat yang aneh, tempat itu memantulkan cahaya biru. Tempat ini terasa tidak asing, apakah aku telah bangun di tubuh orang lain lagi? aku harap kali ini pemilik tubuh ini tidak bernasib malamg seperti dua tubuh sebelumnya.Bukalah mata mu wahai anak ku Tiba-tiba aku mendengar suara, aku melihat ke sekeliling ku untuk mencari sumber suaranya. Namun aku tak bisa melihat siapa pun di temp
Keadaan paman dan tuan duke yang begitu mengenaskan itu membuat ku murka pada putra mahkota. Apa yang telah dilakukannya pada ayahnya sendiri? "Putra mahkota, bukan kah anda sebaiknya memperlakukan se0orang raja dari kerajaan ini lebih baik lagi?!", aku berteriak pada putra mahkota. "apa kakak tidak tau apa saja yang sudah dilakukan oleh pria tua ini?", putra mahkota bertanya balik pada ku. "Apa pun itu, tidak tidak sebanding dengan perbuatan mu sendiri", sindir ku. "Lepas kan penutup mata dan mulutnya", putra mahkota memerintahkan seorang anggota pasukan khususnya. Setelah penutup itu dilepas, aku dapat melihat sorot kecewa di mata paman, apa yang membuat mu begitu kecewa? apakah karena aku yang gagal melarikan diri atau karena putra mahkota melakukan ini semua tanpa keraguan sedikit pun? "paman maafkan aku", ujar ku spontan "kenapa kakak yang minta maaf? orang inilah yang seharusnya meminta maaf atas
Tuan muda!Tuan muda sadarlah!Tuan saya mohon bukalah mata anda! Suara itu terus tergiang di kepala ku, suara siapa itu? tempat ini begitu gelap. Aku tidak bisa melihat apa pun, sejauh mata ku memandang aku hanya bisa melihat kegelapan yang tak berujung. Suara itu terasa semakin dekat."Hah", aku berteriak. Aku memperhatikan sekitar ku, tubuh ku dipenuhi dengan peluh keringat. Jantung ku berdebar tak karuan seperti habis berlari jauh, apa tadi itu hanya mimpi? Gilliard memandangi ku dengan tatapan aneh."Apa anda bermimpi buruk? dari tadi anda terus berteriak. Tapi tak peduli bagaimana saya memanggil anda, anda tak kunjung bangun", keluh Gilliard. Itu berarti aku benar-benar bermimpi, tapi kalau diingat-ingat sepertinya itu bukan lah mimpi biasa. Itu adalah ingatan seseorang, seperti ingatan ketika aku melihat ayah dan ibu ku dibunuh dulu. Tapi siapa pemilik ingatan
Esoknya, sesuai dengan rencana seluruh utusan dan tamu undangan beserta para peserta festival berburu berkumpul di halaman belakang istana. Di sana dilakukan semacam perpisahan untuk para peserta berburu yang akan bertolak ke hutan. Setiap peserta diijinkan membentuk sebuah tim yang berisikan satu orang peserta dan dua orang pengawal. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari hal berbahaya mengingat kalau peserta berburu ini berasal dari kalangan bangsawan menengah dan atas. Kemanan mereka selama festival berlangsung harus dapat dipastikan. Ini pertama kalinya dalam sepuluh tahun paman ikut serta dalam festival berburu, paman dikawal oleh Tuan Duke Ophelium dan ketua pasukan kesatria kerajaan. Sedangkan aku di kawal oleh Gilliard dan Tuan Ignatius yang nantinya akan menunjukkan arah pelarian. Sebelum berangkat ke hutan, aku menemui ibu yang tengah berada di antara kerumunan nyonya bangsawan lainnya. AKu mencium
Esoknya, dengan di dampingi oleh ku dan tuan duke, paman selaku raja kerajaan ini menyambut para tamu kehormatan yang di utus dari negara tetangga. Aku mengenali beberapa wajah di antara mereka. Wajah orang-orang yang membantu putra mahkota untuk mengembangkan usahanya hingga kini. Kami menyambut mereka dengan hangat walau tau kalau mereka akan balik menyerang kami besok. Sesuai jadwal setelah semua utusan tiba di istana, kami akan melakukan acara minum teh bersama. Total orang yang hadir di acara itu adalah lima belas orang. Putra mahkota tak ikut di dalamnya, karena berdasarkan tradisi kerajaan, putra mahkota bertugas menemani para tamu yang tiba ke istana sehari sebelumnya. Walau pemimpin mereka tak ada di sini, tampaknya mereka dengan berani akan mencoba memojokkan paman."Yang mulia saya senang melihat anda sehat di usia anda sekarang. Saya harap anda akan berumur panjang", puji salah satu utusan yang merupakan penduku
Ada begitu banyak hal terjadi di luar ekspektasi ku, putra mahkota yang ternyata adalah sumbermasalah di tempat ini, paman yang memutuskan untuk berperang dengan anaknya sendiri hingga Arrahad, adik ku sendiri yang memutuskan untuk tak berkomunikasi dengan ku lagi. Semua bermula karena aku hendak memberikan "wasiat" padanya, tapi sepertinya adik ku itu belum siap untuk menerima semua kenyataan yang selama ini terpendam. Bagaimana pun aku berusaha untuk mendekatinya, ia terus menjauh. Waktu terus berjalan seakan tak peduli dengan kesiapan ku, hingga kini tinggal lima hari sebelum festival berburu diadakan dan tiga hari hingga pembukaan festival berlangsung. Aku tak bisa memastikan keselamatan ku di sana tapi Arrahad tetap menolak untuk berbicara dengan ku. Aku pun tak punya kekuatan untuk menghentikan paman atau pun putra mahkota. Tak ada yang bisa memprediksi apa yang akan dihasilkan dari festival itu, namun sa