Cerita ini, dimulai sepuluh tahun yang lalu. Bagaimana seorang Rael bisa bertemu dengan Tuan Dogam.
Cerita lama yang cukup panjang. Membuat sejarah berbeda dari kekuasaan menjadi keserakahan.
Kala itu, Rael yang masih berusia sepuluh tahun, datang ke tengah-tengah kelompok generasi terdahulu. Kelompok yang sempat ricuh dan belum didisiplinkan dengan sempurna oleh Delice karena Delice mengundurkan diri dari penguasa New York.
Rael datang dengan membawa tongkat yang menuntunnya ke arah pusat keributan. Tanpa basa basi, Rael membelah kelompok yang sedang beradu menjadi dua.
"Bertengkar seperti ini sangat-sangat tidak keren," ucap Rael.
Semuanya mencaci dan memakinya. Tidak terima kalau kesenangannya diusik. Apalagi, posisi mereka sedang dalam emosi yang begitu tinggi.
"Kalian boleh bicara apapun kalau i
Rael akhirnya mengantongi nama-nama dari orang yang ia inginkan. Meski ia tahu kalau lima orang yang menjadi incarannya adalah orang yang cukup berbahaya jika melihat dari usianya. Anak-anak yang hidup keras di jalanan untuk menyambung hidup. Rael melewati lorong sebuah club. Ia menyelinap saat pergantian penjaga. Orang pertama yang ingin ia temui adalah orang yang sudah menguasai SMP dan SMA di New York. Bahkan menurut informasi yang beredar, dia sudah mendirikan Aliansi.Brak! Rael menendang pintu. Ia menunjukkan dirinya dengan cara kasar. Berbagai jenis alkohol tersaji di atas meja. Anak di bawah umur yang masih berusia tiga belas tahun menenggaknya tanpa ragu. Asap rokok menge
Hari, setelah Jordan bertemu dengan Rael membuatnya mengurung diri beberapa hari sembari menatap uang yang Rael tinggalkan. Jordan bahkan tidak berani menyentuh uang tersebut. Jordan membentuk Aliansi yang dibagi menjadi dua Crew. Kelompoknya melakukan beberapa kejahatan seperti merampas uang dari orang-orang kaya, memeras pejabat karena memegang data korupsi yang mereka lakukan, dan masih banyak tugas lainnya yang ia terima.Semua pekerjaan, dari yang termudah sampai yang tersulit sudah Jordan lakukan. Semua itu bukan demi kemewahan hidupnya, tapi demi kekuasaan yang ingin ia genggam. Usia tiga belas tahun tidak membuat Jordan jera, kesulitan dan yang lainnya karena ia brutal dalam segala aspek.“Mau bagaimana lagi? Aku harus bertemu bocah itu sekarang,” gumam Jordan.Jordan menempatkan dirinya pada posisi yang tidak terlalu menonjol. Ia bergegas cepat untuk mendatangi Rael setelah tujuh hari lamanya memikirkan jawaban apa yang akan ia ambil.
Jordan cukup terkejut dengan penampilan Rael yang berbeda pada saat mereka bertemu kembali. Jordan bisa melihat mata Rael yang terbuka. Dari caranya mendisiplinkan karyawan yang bekerja di bawah perusahaan milik Hamid Gul, di sanalah Rael menggunakan identitasnya sebagai Tuan muda. Rael tidak ingin diremehkan hanya karena ia tidak sempurna. Hanya karena ia tidak dapat melihat. Itu sebabnya, Rael menunjukkan dirinya yang lain."Pakaianmu jadi berdarah," ucap Rael."Bukan masalah," jawab Jordan. Jordan berhasil mengalahkan Tuan Eki. Ia dibantu oleh rekannya yang baru saja bergabung dalam waktu yang lumayan singkat."Jadi, kalian siap bekerjasama denganku?" tanya Rael."Kami siap!" jawab mereka serempak. Hari itu, pergabungan yang mengerikan dari pendiri HG Group dengan nama baru dan tentu saj
Cerita masa lalu telah usai meski ada beberapa bagian yang masih menjadi misteri. Mungkin memang disimpan untuk tetap menjadi rahasia. Cukup melegakan bagi Renza mendengar titik awal hingga akhir dengan carita yang disingkat. Dari mana mereka saling berhubungan, dari mana awalnya Tuan muda menemui Delice, transaksi seperti apa yang terjadi, setidaknya terjawab meski tidak semuanya.“Aku percayakan tugas ini padamu,” ujar Tuan Dogam. Renza mengangguk. Ia akhirnya resmi menginjakkan kakinya di tanah HG Group yang tersembunyi. SMA yang seharusnya menjadi masa-masa terindah, tapi ternyata menjadi masa sangat mene
Brum … Brum … Brum … Suara motor begitu nyaring. Siapa yang menggunakannya? Yeah. Siapa lagi kalau bukan Kiana. Ia memakai helm tanpa pelindung lainnya. Bersiap untuk menaklukkan jalanan. Motor itu akhirnya melaju sangat kencang. Kiana bersama Orva sedang menikmati kebebasan."Ah, Nona. Mereka hampir berhasil mengejar kita," ucap Orva. Suaranya terdengar sedikit gugup."Percayakan saja padaku. Kau hanya perlu berpegangan dengan erat," kata Kiana. Jalanan cukup ramai karena sudah menjelang pagi. Ada beberapa motor dan mobil yang mengejar Kiana. Kiana tidak peduli berapa banyak yang mengejar. Bahkan, suara teriakan terus saja berdengung di telinga."Orva, kalau kau tidak lompat sekarang juga, kau bisa mati!" teriak Kiana. Kecepatan motor sangat tinggi. Kiana tidak bisa menggunakan
Bruagh! Renza terlempar setelah orang yang sengaja menjulurkan kakinya, menarik kerah kemeja dan mendorong Renza. Tidak hanya itu, Renza yang terjatuh di atas meja membuat murid lain terkejut. Akan tetapi, tidak ada satupun murid yang berniat memisahkan mereka berdua."Aku kira kau sedikit kuat. Ternyata kau selemah ini," ejeknya. Renza geram. Namun, ia teringat tentang janjinya. Seorang kaki-laki tidak akan mengingkari janji yang sudah terucap dari mulutnya. Renza hanya diam meski ia diperlakukan tidak adil. Ia menahan semua gejolak emosi yang terbangkit hanya karena ditatap menyedihkan oleh orang yang bahkan bisa ia bunuh dalam sekejap."Kau lemah seperti ini, tidak seru juga kalau beradu otot denganmu. Bagaimana kalau kau menjadi babuku?" ucapnya."Ma--maaf," kata Renza. Ia hanya menunduk untuk menghindari tatapan mat
“Ah! Sial! Otakku tidak bisa lagi berpikir,” teriak Eren. Ia menutup wajahnya menggunakan buku tebal yang baru saja selesai ia baca dan memahami isinya. Oscar tersenyum. Ia mendekat sembari membawa setumpuk buku lagi. Sedangkan di sana ada Eren dan Zavier yang sedang kelelahan setelah membaca dan belajar satu bulan penuh tanpa ada waktu untuk istirahat.“Nona, masih ada enam buku lagi yang haru Nona hafalkan sebelum jam makan siang selesai,” ucap Oscar.“Sayang!” Eren memeluk Zavier yang memiliki kondisi sama dengannya. Zavier bahkan seperti patung yang tidak memiliki kehidupan. “Ayo kita kabur kencan,” bisik Eren.“Aku rasa, sebentar lagi aku mati,” gumam Zavier. “Aku tidak sanggup bernapas
"Kak!" Zaila yang sedang menatap buku-buku di rak akhirnya menoleh. "Rai! Ada apa?" tanya Zaila."Apa kau baik-baik saja menunggunya selama ini?" tanya Rai. Saat ini, SMA HG yang dulu semakin tentram dan normal. Semakin normal, Rai semakin waspada. Apalagi, ia harus terus berada di SMA tersebut sampai mendapatkan perintah resmi dari keluarganya."Memangnya, kenapa aku harus tidak baik-baik saja?" tanya Zaila. Senyumnya menyimpan sejuta rindu yang tidak bisa ia ungkapkan hanya dengan ukiran kata. Zaila masih tetap pada posisinya sebagai penjaga perpustakaan. Selama ini, mereka berdua juga berlatih keras di malam hari dan pada siang hari, beraktifitas seperti biasa supaya pergerakannya tidak diketahui oleh orang lain. Kejahatan tentang pembunuhan Meysha, hanya setengah peristiwa yang terkuak. Sedangkan sel