"Ken, sebaiknya kita cepat masuk kesana, aku penasaran dengan kartu yang dimiliki para pecundang itu."Ken yang mendengar perkataan Tommy barusan membuatnya tersentak dari lamunannya.Hal yang sama juga dialami oleh Nancy dan juga Morgan, saat itu keduanya juga melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana perlakuan yang didapatkan oleh ketiganya.Saat itu juga mereka berempat langsung berjalan mendekati penjaga itu untuk menunjukkan apa yang merek miliki.Namun begitu, para penjaga tersebut hanya menyapa mereka berempat, bahkan sapaan itu terlihat hanya sekedar formalitas belaka."Sial, sepertinya rasa tertarikku pada gadis itu sudah menghilang karena hal tadi," ucap Tommy."F*ck, Tommy. Kau juga menyukai Diana?"Ken yang tak terima jika temannya itu juga menyukai gadis yang dia sukai, merasa tak terima. Akan tetapi, melihat bagaimana gadis itu selalu menolak ajakannya, juga membuat Ken merasa tak terima."Tapi, kau benar Tommy. Sepertinya aku juga mulai muak dengan gadis itu.
Sesampainya di tempat yang dimaksud oleh Natalie, Devan sedikit heran dibuatnya.Tidak seperti dugaannya, tempat yang dikatakan Natalie bahwa hiburan yang sesungguhnya ini ternyata terlihat sangat sepi. Dimana tak ada orang lain selain para penjaga yang berdiri di antara pintu masuk gedung itu.Setelah Devan keluar dari mobil dan mengikuti Natalie berjalan masuk kedalam gedung itu, para penjaga itu serentak membungkukkan badan lalu menyambutnya."Selamat datang, Bos...." Ucap mereka serentak.Apa yang dilakukan para penjaga itu membuat Devan tersenyum, "Natalie, apa kau yang mengatur ini semua?"Mendengar itu, Natalie kemudian tersenyum namun menggelengkan kepalanya."Bukan aku, tapi Frankie yang mengatur ini untukmu, sekali lagi selamat datang, Bos...."Setelah itu Natalie mengangkat salah satu tangannya mempersilakan Devan untuk masuk."Terima kasih, kalian memanglah yang terbaik," ucap Devan tersenyum.Keduanya berjalan melewati para penjaga tersebut masuk kedalam gedung termegah d
"Devan, bagaimana kau bisa berada di sini? Oh, tidak. Tentu saja kau bisa, tapi...."Saat itu Alvin yang merasa penasaran langsung berbisik pada Devan, padahal saat itu Natalie juga berjalan bersama mereka.Namun begitu, saking terkejutnya dengan kejadian barusan, membuat Alvin tak bisa menyusun kata-katanya."Aku hanya menyusul kalian, tentu saja Diana yang mengajak kalian bukan?"Mata Alvin bahkan Chris yang juga mendengarnya ikut melebar, tapi otak mereka bekerja lebih keras dari biasanya, karena bukan itulah jawaban yang mereka inginkan.Sedangkan Diana sendiri juga tak menyangka jika Devan bisa bersama dengan Natalie saat itu.Yang gadis itu ketahui saat ini hanyalah Natalie dan kakaknya itu memang memiliki hubungan yang baik.Bahkan gadis itu juga melihat kedekatan keduanya saat pertama kalinya terjadi masalah di bar milik Natalie.Saat ini baik Alvin, Chris, maupun Diana hanya diam mengikuti kemana Natalie mengajak mereka.Bukan karena tak ingin berbicara, melainkan ketiganya s
Saat itu Devan sengaja meminta Natalie untuk membawanya juga ke rumah milik Natalie.Pemuda itu berniat untuk mengabari sahabat dan adiknya itu keesokan harinya, saat semua sudah sedikit lebih tenang.Selama perjalanan pulang ke rumah Natalie, keduanya hanya terdiam. Bahkan sesampainya di sana Natalie tak mengucapkan sepatah katapun.Devan sendiri juga tak tahu apa yang harus pemuda itu katakan pada Natalie.Devan hanya menelfon Darwin Parker untuk mengurus sisa kekacauan yang ada di Grand Plaza, lalu meminta Brock Harvey untuk berjaga demi memastikan keselamatan sahabat dan adiknya.Bisa dipastikan saat mereka keluar Harold sudah tak bernyawa, dan keduanya berharap dua orang yang menjadi pengawal Harold juga tak lagi bernyawa di tangan para penjaga Grand Plaza.Saat ini Devan sadar bahwa dia sudah melakukan pembunuhan pertamanya, namun dia sama sekali tak merasa takut ataupun menyesal.Entah kenapa saat melakukan pembunuhan itu, Devan malah merasa lebih lega."Devan!...."Saat itu, N
Akhir pekan saat menjelang siang hari, ketika Alvin dan Chris berbicara dengan Damien di ruangannya, Diana menunggu keduanya di luar dengan sedikit cemas.Meski mereka tak memiliki satupun masalah dengan pria yang kini menjadi salah satu dari orang kepercayaan Natalie di DB Investment, namun bagi mereka apa yang dilakukan tadi malam, mungkin menyinggung pria itu.Sesaat setelahnya, Diana tersadar dari lamunannya saat pintu ruangan Damien itu terbuka, dan terlihatlah Alvin dan Chris yang baru saja keluar dari sana.Sehingga membuat Diana melompat dan berdiri lalu menghampiri mereka, namun gadis itu merasa sedikit ada yang aneh dengan keduanya.Kali ini benar-benar tak ada raut wajah kesedihan atau penyesalan diantara mereka.Bahkan Diana melihat sendiri bagaimana Alvin dan Chris yang saat ini malah tersenyum padanya."Diana, kami diterima kerja di DB Investment.""Ya, bahkan kami bukan hanya magang, melainkan mulai hari senin besok kami harus mulai bekerja."Saat itu Diana yang baru sa
"Prang!....""F*ck, mereka pikir, mereka siapa hah?"Saat mendengar kabar kematian orang-orangnya, Warren Phillips langsung menghempaskan gelas kaca yang berisi anggur yang ada di tangannya karena murka.Harold yang merupakan orang kepercayaan Phillips, tiba-tiba saja tadi pagi jasadnya sudah terbaring di halaman rumahnya bersama dengan kedua jasad bawahan Harold.Saat ini rumahnya, di ruang kerja miliknya, Warren Phillips benar-benar murka.Bagi pria tua itu, jika ada orang yang berani mengusik Harold, itu sama saja orang tersebut tidak memandangnya sama sekali, apalagi sampai membunuhnya.Akan tetapi, meski terlihat sangat murka, Warren Phillips harus tetap bisa berpikir jernih dan tenang."Panggil Brent Owen dan Peter Brock ke sini!" Perintah Warren pada beberapa orang di sana."Natalie.... Kau yang memulai, kau juga yang akan menanggungnya," gumam Warren.Sementara itu di sore hari masih di rumah milik Natalie, Devan masih belum berniat untuk pulang ke apartemennya.Setelah sediki
Saat itu terjadi, semua orang yang ada di bar itu, perhatiannya tertuju pada keributan yang sebenarnya semua orang di sana tak tahu apa penyebabnya.Namun yang pasti, meski mereka semua adalah orang elit dan memang hanya orang tertentu yang bisa masuk ke The Sunshine Bar, tak ada yang berani ikut campur.Ketika itu semua orang hanya bisa melihat kejadian itu tanpa berniat memisahkan mereka saat melihat anak pertama dari Brent Owen di sana.Mereka sadar betul, ketika beberapa hari yang lalu kepala keluarga Owen itu memutuskan bergabung dengan DB Investment yang di pimpin oleh Natalie, bisnis milik Brent Owen berkembang sangat pesat.Itulah kenapa mereka tak ingin ikut campur dengan anggota keluarga Brent Owen, karena sejatinya keluarga itu masih satu atau bahkan dua tingkat di atas semua orang yang ada disana.Meski ada beberapa orang yang kedudukannya di atas Brent Owen, tak ingin mengambil resiko karena mereka merasa masih di bawah naungan perusahaan yang sama.Ditambah lagi tak ada
Pagi hari Devan terbangun di kamar apartemennya, dimana pada malam sebelumnya Devan mendengar beberapa dentingan di kepalanya.Saat itu Devan yang akan tidur mengurungkan niatnya untuk membuka panel sistemnya.Devan memutuskan untuk membuka kembali panel sistemnya itu pada esok paginya."Sistem...."Setelah Devan menggumamkan kata itu, muncullah panel sistemnya yang mengalami beberapa perubahan di bar poinnya.[Nama Pengguna : Devan Blackwell ][Jumlah Poin : 100 ][Status : Jomblo Akut ][Mentalitas : 25 ][Pengalaman : 80 ][Berbicara : 40 ][Kemampuan Berpikir : 50 ][Serangan Kritis : 25 ][Pertahanan : 40 ][Daya Tahan : 40 ][Kemampuan Super : 2 ][Saldo : ∞ Dollar ][Jenis Sistem : Penguasa ][Misi Harian : ! ][Toko : ! ]Satu bulan yang Devan berikan pada Natalie dan yang lainnya, benar-benar bisa diatasi dengan baik oleh mereka.Sehingga untuk malam tadi, Devan kembali mendapatkan tambahan seratus poin di sana.Sebenarnya Devan sudah menghabiskan sisa dua ratus poin sistemny
Olivia sendiri memang mengetahui sesuatu yang tak banyak diketahui kebanyakan orang.Awalnya gadis itu hanya menganggap rumor, ketika Diana yang menggantikan Natalie sebagai manajer The Sunshine Bar.Namun saat Olivia ingin membuktikan sendiri, ternyata memang begitulah sebenarnya, meski itu hanya segelintir orang yang mengetahui.Belum sampai di situ, ketika Olivia menyadari ternyata Diana juga mengenal baik dengan Natalie, membuat gadis itu lebih terkejut lagi.Melihat anaknya yang tidak menanggapi pertanyaannya, Julie kembali memperingatkan Olivia, sehingga membuat gadis itu sedikit tersentak."Oliv, kau dengar apa yang ibu tanyakan?"Seketika Olivia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya gadis itu berbicara."Ibu, percayalah kau akan terkejut saat aku menceritakan kebenarannya.""Apa maksudmu? Kau tentu tahu siapa Nona Natalie, kebenaran apa yang kau maksud?"Olivia tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena menurut Olivia saat ini buk
Devan yang menyadari seakan pembawa acara itu memanggil dirinya dan Diana, seketika bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, memastikan.Sementara itu Olivia yang baru saja naik dan kini berada di belakang panggung, juga menyadari bahwa ada masalah di depan sana.Sebenarnya begitu acaranya dimulai, beberapa saat lagi gadis itu akan di panggil untuk maju ke atas panggung, begitu saatnya tiba.Namun, ketiga Olivia hendak berdiri untuk melihat keadaan di depan sana, ibunya Julie Hamilton menahannya."Oliv, biarkan saja.... Pihak keamanan akan membereskannya, setelah ini aku akan memanggil Regina. Sepertinya dia tidak melakukan tigasnya dengan baik," ucap Julie, "Apa dia tidak tahu, jika ada Nona Natalie dari DB Investment ada di sini?.... Ah.... Ini membuatku kesal," lanjutnya memperingatkan.Melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan ibunya, Olivia terpaksa menahan dirinya untuk tidak keluar, dan melihat apa sebenarnya yang terjadi.Tapi, entah kenapa saat ini Olivia merasa jiga
"Hey, kau pikir kau siapa haha?.... Terisi?.... Apa ada yang melihat seseorang duduk di sini?" Alvin tidak menyangka jika pemuda yang akan duduk di bangku yang di tempati Devan, akan berbicara dengan meninggikan suaranya.Alih-alih menanggapi ucapan pemuda yang duduk di bangku milik Devan, Alvin berkata pada Tommy."Tommy, bukankah kau tahu kalau...."Apa yang dikatakan Alvin menguap begitu saja, karena saat itu juga Tommy sudah mengangkat salah satu tangannya, memintanya berhenti.Chris yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Tommy, yakin bahwa dia sengaja menyuruh mereka duduk di sana.Hingga saat Devan dan Diana kembali, tak ada lagi tempat duduk untuk keduanya di sana."Tommy, kami tahu kau tak begitu mengenal Devan, tapi kau tentu mengenali Diana, jadi setidaknya—"Chris tak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena saat itu juga Tommy yang sejak tadi sudah duduk, kembali berdiri dan langsung memotongnya."Tentu aku mengenali Diana, dan aku akui aku juga menyukainya.... Sekara
Devan sempat melirik sebentar ke arah dimana Natalie saat ini berdiri, sebelum akhirnya kembali berbalik duduk.Lagipula, di luar pekerjaan dia tidak memiliki kepentingan dengan gadis yang sedang menyita perhatian itu."Devan, bukankah seharusnya kita juga ikut menyapa?"Mendengar Alvin yang bertanya, Devan hanya mengangkat sedikit bahu sebelum akhirnya berkata."Tidak perlu, biarkan Olivia sendiri yang menyapa."Merasa kedua sahabatnya bahkan Diana tak puas dengan jawaban yang dia berikan, Devan kembali berbicara."Lagipula, ini adalah pesta milik Olivia, biarkan dia sendiri yang menyapa."Mendengar penjelasan Devan barusan, akhirnya ketiganya saling bertatapan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala mengerti.Setidaknya dengan begini mereka tidak perlu memikirkan adanya masalah lagi di tempat ini.Lain halnya dengan Alvin, Chris, maupun Diana yang merasa lega. Saat ini Ken dan Tommy masih terkejut dengan kejadian barusan.Meski tak tahu pasti siapa sebenarnya kakak Diana itu, membuat
Mendengar suara seorang gadis yang berkata seperti itu, membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.Saat itu Olivia Hamilton sudah berdiri di sebelah Nancy memotong pembicaraan gadis itu.Meski saat ini Olivia sendiri terlihat tersenyum, namun sangat jelas yang terjadi malam ini membuat gadis yang seharusnya menjadi bintang di acara ini, terlihat tidak senang."Olivia, kau terlihat sangat cantik.... Tapi lihatlah pecundang-pecundang ini, mereka berusaha menyelinap ke acara ulang tahunmu.""Ya, Olivia.... Aku yakin mereka sengaja memalsukan kartu itu dan berusaha menyelinap ke sini," ucap Nancy menyetujui apa yang dikatakan Tommy barusan."Aku tahu, aku yang mengundang mereka...."Nancy menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dikatakan temannya itu."Itu maksudku, tidak mungkin kau mengundang mereka, jadi cepat usir pecundang-pecundang....""Nancy!...."Apa yang dikatakan Nancy barusan menguap begitu saja di udara, karena Olivia langsung memotong perkataannya."Aku y
Mendengar ucapan Regina barusan, Ken benar-benar dibuat terdiam di tempatnya berdiri saat ini.Regina bisa saja bersikap lebih dari ini, karena bagaimanapun dia mengenal banyak orang-orang hebat di Luxburg.Tentu saja Regina juga tahu siaap Brent Owen ayah dari pemuda yang mengaku bernama Ken Owen ini.Namun karena dia tahu siapa Brent Owen itu, justru membuat Regina berani berkata seperti ini.Menurut Regina pemuda yang mengenakan pakaian sederhana dengan hoodie sebagai atasannya itu, memiliki seduatu yang bisa memastikan pemuda itu berada jauh di atas keluarga Owen.Manajer hotel itu sendiri sangat siap jika harus berhadapan dengan keluarga Owen. Akan tetapi, dia sama sekali tidak siap jika harus berhadapan dengan pemuda yang lebih memilih menyembunyikan identitasnya, dari pada orang yang memamerkan kekayaan keluarganya seperti Ken ini.Bagi Regina, pemuda seperti Devan sangatlah langka dan pasti sangat berbahaya. Membelanya tanpa mengungkapkan identitasnya adalah cara Regina menun
Saat itu Regina sudah menunggu keempatnya di depan sebuah lift yang baru saja terbuka.Regina sengaja membiarkan mereka masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti di belakang dan berbalik begitu dia masuk.Entah kenapa saat itu Alvin dan Chris baru menyadari betapa indahnya lekuk tubuh wanita yang baru saja masuk itu.Sehingga membuat mata keduanya sedikit terbelalak saat melihat Regina dari belakang.Setelah menekan tombol di sebelah pintu lift yang akan membawa mereka ke lantai dimana acara sesungguhnya itu diadakan, Regina kembali bersuara."Tuan Blackwell.... Sekali lagi aku meminta maaf atas ketidaknyamanan ini."Devan sendiri tahu bagaimana seorang profesional bekerja, lagipula dia juga tahu siapa yang memulai semuanya."Nona Layton, tidak perlu.... Aku tahu kau seorang profesional dan aku menghargai itu," ucap Devan menanggapi.Meski saat itu Regina tidak menghadap ke arah Devan, sempat gadis itu melebarkan matanya.Cepat Regina menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Teri
Alvin, Chris, dan juga Diana ikut membelalakkan matanya karena terkejut dengan apa yang di lakukan Regina Clayton.Terlebih Nancy dan Calvin yang lebih terkejut, saat melihat bagaimana manajer hotel itu memperlakukan Devan, benar-benar membuat mereka membeku.Melihat kejadian itu, suasana lobi hotel yang seharusnya ada banyak orang di sana tiba-tiba saja menjadi hening.Selain itu beberapa tamu yang baru saja datang juga ikut menyaksikan kejadian itu, membuat Devan merasa tak nyaman.Regina yang masih dalam keadaan membungkuk dengan kedua tangan memegang kartu, manajer hotel itu berniat menyerahkan kembali kartu tersebut.Meski merasa canggung namun sudah terjadi, Devan langsung mengambil kartu itu hingga akhirnya berucap."Oh, terima kasih.... Aku hanya ingin mengajak teman-temanku menghadiri pesta ulang tahun Nona Olivia, tapi aku melupakan kartu undanganku....""Tidak perlu.... Bahkan kartu emas untuk dijadikan undangan itu hanya mengambil ide dari kartu milik anda. Tentu saja kart
Mengabaikan pertanyaan Diana, kali ini Devan memandang kearah Nancy yang memperlakukan dirinya.Devan mulai meragukan perasaan yang tulus dari seorang wanita. Melihat sikap Nancy yang sudah keterlaluan itu, semakin menunjukkan padanya.Bahwa wanita benar-benar mengerikan dari yang dia pikirkan. Namun menurut Devan, masih ada wanita yang tulus, dan itu tergambar jelas dalam diri Diana."Berikan padaku!...."Nancy langsung menyerahkan kartu berwarna hitam yang ada di tangannya, sesaat setelah Calvin meminta pada gadis itu.Calvin langsung tersenyum miring dan mengambil kartu itu dengan ujung ibu jari dan ujung telunjuknya. Seakan memegang kartu itu saja sudah membuatnya jijik."Imperium Luminary Black Card? Heh, apa kau bercanda?.... Kartu bodoh apa yang ingin kau tunjukkan pada orang-orang itu hah?" Calvin mengejek Devan sambil menenteng kartu itu tinggi, seakan kartu itu mengandung sebuah virus berbahaya."Maaf, Tuan....""Calvin.... Aku Calvin Wall...." Jawab Calvin saat mendengar s