"Prang!....""F*ck, mereka pikir, mereka siapa hah?"Saat mendengar kabar kematian orang-orangnya, Warren Phillips langsung menghempaskan gelas kaca yang berisi anggur yang ada di tangannya karena murka.Harold yang merupakan orang kepercayaan Phillips, tiba-tiba saja tadi pagi jasadnya sudah terbaring di halaman rumahnya bersama dengan kedua jasad bawahan Harold.Saat ini rumahnya, di ruang kerja miliknya, Warren Phillips benar-benar murka.Bagi pria tua itu, jika ada orang yang berani mengusik Harold, itu sama saja orang tersebut tidak memandangnya sama sekali, apalagi sampai membunuhnya.Akan tetapi, meski terlihat sangat murka, Warren Phillips harus tetap bisa berpikir jernih dan tenang."Panggil Brent Owen dan Peter Brock ke sini!" Perintah Warren pada beberapa orang di sana."Natalie.... Kau yang memulai, kau juga yang akan menanggungnya," gumam Warren.Sementara itu di sore hari masih di rumah milik Natalie, Devan masih belum berniat untuk pulang ke apartemennya.Setelah sediki
Saat itu terjadi, semua orang yang ada di bar itu, perhatiannya tertuju pada keributan yang sebenarnya semua orang di sana tak tahu apa penyebabnya.Namun yang pasti, meski mereka semua adalah orang elit dan memang hanya orang tertentu yang bisa masuk ke The Sunshine Bar, tak ada yang berani ikut campur.Ketika itu semua orang hanya bisa melihat kejadian itu tanpa berniat memisahkan mereka saat melihat anak pertama dari Brent Owen di sana.Mereka sadar betul, ketika beberapa hari yang lalu kepala keluarga Owen itu memutuskan bergabung dengan DB Investment yang di pimpin oleh Natalie, bisnis milik Brent Owen berkembang sangat pesat.Itulah kenapa mereka tak ingin ikut campur dengan anggota keluarga Brent Owen, karena sejatinya keluarga itu masih satu atau bahkan dua tingkat di atas semua orang yang ada disana.Meski ada beberapa orang yang kedudukannya di atas Brent Owen, tak ingin mengambil resiko karena mereka merasa masih di bawah naungan perusahaan yang sama.Ditambah lagi tak ada
Pagi hari Devan terbangun di kamar apartemennya, dimana pada malam sebelumnya Devan mendengar beberapa dentingan di kepalanya.Saat itu Devan yang akan tidur mengurungkan niatnya untuk membuka panel sistemnya.Devan memutuskan untuk membuka kembali panel sistemnya itu pada esok paginya."Sistem...."Setelah Devan menggumamkan kata itu, muncullah panel sistemnya yang mengalami beberapa perubahan di bar poinnya.[Nama Pengguna : Devan Blackwell ][Jumlah Poin : 100 ][Status : Jomblo Akut ][Mentalitas : 25 ][Pengalaman : 80 ][Berbicara : 40 ][Kemampuan Berpikir : 50 ][Serangan Kritis : 25 ][Pertahanan : 40 ][Daya Tahan : 40 ][Kemampuan Super : 2 ][Saldo : ∞ Dollar ][Jenis Sistem : Penguasa ][Misi Harian : ! ][Toko : ! ]Satu bulan yang Devan berikan pada Natalie dan yang lainnya, benar-benar bisa diatasi dengan baik oleh mereka.Sehingga untuk malam tadi, Devan kembali mendapatkan tambahan seratus poin di sana.Sebenarnya Devan sudah menghabiskan sisa dua ratus poin sistemny
"Apa kalian sudah mendapatkan tempat untuk kita berinvestasi?"Suasana yang sebelumnya terlihat cukup tenang itu, tiba-tiba membuat para eksekutif DB Investment merasa gugup.Hal itu terjadi karena Damien saat itu bertanya dengan sedikit berseru. Bukan sebuah rahasia jika suatu perusahaan yang memiliki masalah keuangan akan mengalami kesulitan bagi perusahaan itu sendiri.Masalah itu juga berdampak pada perusahaan yang mereka ikuti saat ini. Saat itu semua orang yang berada di ruangan itu berpikir bahwa DB Investment juga memiliki masalah keuangan.Namun masalah keuangan yang terjadi saat ini bukanlah seperti masalah keuangan pada umumnya.Sebuah perusahaan yang memiliki dana melimpah dan tak terbatas, juga bisa menimbulkan masalah lainnya.Apalagi beberapa waktu yang lalu bos mereka mengguyurkan dana sebesar tiga ratus milyar rupiah dan harus diinvestasikan dalam waktu tiga bulan saja.Dan menyebabkan suatu masalah dimana para eksekutif perusahaan harus berpikir lebih keras bagaiman
Semua orang yang ada di ruangan itu sedikit terkejut karena mendengar jika bosnya itu akan membangun perusahaan media mereka sendiri."Sebuah jaringan akan lebih di kenal jika memiliki perusahaan media sendiri, itulah kenapa aku memutuskan untuk membangun perusahaan media kita sendiri."Tentu seperti yang dipikirkan semua orang, memiliki perusahaan media akan membuat DB Investment akan memiliki eksistensi untuk lebih dikenal publik.Mereka semua langsung mengangguk semangat, tentu saja mereka mengerti maksud dari bos besar mereka.Jelas sekali bahwa saat ini melalui perusahaan media yang akan di bangun, Devan sedang memperkuat jaringan bisnisnya sendiri.Dan itu juga berdampak langsung bagi semua orang yang berada di bawah pimpinannya.Dimana saat itu mereka sangat yakin dengan masa depan cerah yang akan mereka dapatkan nantinya."Baiklah, aku rasa pertemuan ini cukup sampai di sini, silahkan bekerja"Setelah mengatakan itu Devan langsung berjalan meninggalkan mereka begitu saja.Dam
"Ah.... Tempat ini membuatku nyaman."Saat ini Devan sedang bersama Brock di apartemennya, Brock sendiri yang saat itu berbicara, tidak bisa menyembunyikan perasaannya.Akhirnya pria itu bisa merasakan bagaimana nyamannya apartemen Blue Field ini. Seperti apa yang dikatakan hampir seluruh penduduk kota, Brock saat ini merasakan sendiri bagaimana fasilitas yang ada di apartemen ini."Lalu, apa adikmu masih kuliah?" Tanya Brock sambil menyeruput segelas kopi yang baru saja dihidangkan oleh Devan."Ya, kau tak akan menyangka. Sebelum aku memiliki semua ini, gadis itu sangat giat bahkan sampai saat ini."Alis Brock bertaut, ketika mendengar ucapan Devan barusan. Namun tak lama kemudian, pemuda itu langsung menanyakan tujuannya mengajak pria itu ke tempat ini."Brock, sepertinya aku melihatmu sedikit ragu, katakan padaku."Saat itu raut wajah Brock menjadi serius, hal itu juga membuat Devan sedikit memundurkan kepalanya.Devan berpikir mungkin dia salah dala menyampaikan maksudnya, namun a
"Kenapa kau kesini? Maksudku, kenapa kalian bisa datang bersamaan?"Devan langsung menanyakan kebingungannya, karena saat itu Diana pulang bersama dengan Laura."Kenapa? Aku hanya mengajaknya main kesini, lagipula kak Laura juga orang yang baik."Diana sendiri menjawab pertanyaan Devan dengan sedikit sewot, namun begitu gadis itu sangat menyayangi kakaknya itu.Sementara itu, Laura yang juga tak menyangka jika di sana juga ada Brock, gadis itu lebih memilih pria yang dia ketahui memang memiliki posisi yang cukup tinggi di perusahaan yang menaungi tempatnya bekerja."Ma-maaf, Tuan Harvey. Aku tak menyangka jika kau juga ada di sini.""Tidak apa-apa, aku hanya mampir sebentar."Sesaat kemudian, pria itu berdiri dan hendak meninggalkan ketiganya, "Devan, aku pergi dulu.""Ya, terima kasih Tuan Harvey, lain kali kau bisa datang semaumu."Jelas apa yang diucapkan keduanya saat itu hanyalah sekedar basa basi, karena tak ingin kedua gadis yang baru saja datang itu mengetahui segala sesuatuny
"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja gadis itu memanggilku dan mengantarku kesini, lalu dia memberikan ini.""Holly Sh*t, Olivia memberimu benda ini?"Setelah menjelaskan situasinya dan menunjukkan apa yang ada di tangannya, Devan pikir keduanya akan langsung memberi tahunya kartu apa itu.Namun sangat jauh dari dugaannya, bahkan melihat kartu itu saja, membuat Alvin yang biasanya tenang, terlihat histeris hanya karena melihat kartu itu saja."F*ck, Alvin. Pelankan suaramu itu, kau bisa menarik semua perhatian penghuni asrama ini."Saat Chris mengatakan itu, mereka melihat beberapa penghuni asrama sekitar yang mulai memandang ke arah mereka curiga.Sesaat setelahnya, Chris langsung menarik kedua temannya itu untuk masuk kedalam kamar asramanya.Chris dan Alvin memang tinggal di asrama dan keduanya saat ini tinggal di kamar yang sama juga.Setelah masuk dan menutup pintu kamar rapat, Chris langsung mendekati Devan lalu bertanya."Devan, kau punya hubungan dekat dengan Olivia?""Hey, bodoh.
Olivia sendiri memang mengetahui sesuatu yang tak banyak diketahui kebanyakan orang.Awalnya gadis itu hanya menganggap rumor, ketika Diana yang menggantikan Natalie sebagai manajer The Sunshine Bar.Namun saat Olivia ingin membuktikan sendiri, ternyata memang begitulah sebenarnya, meski itu hanya segelintir orang yang mengetahui.Belum sampai di situ, ketika Olivia menyadari ternyata Diana juga mengenal baik dengan Natalie, membuat gadis itu lebih terkejut lagi.Melihat anaknya yang tidak menanggapi pertanyaannya, Julie kembali memperingatkan Olivia, sehingga membuat gadis itu sedikit tersentak."Oliv, kau dengar apa yang ibu tanyakan?"Seketika Olivia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya gadis itu berbicara."Ibu, percayalah kau akan terkejut saat aku menceritakan kebenarannya.""Apa maksudmu? Kau tentu tahu siapa Nona Natalie, kebenaran apa yang kau maksud?"Olivia tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena menurut Olivia saat ini buk
Devan yang menyadari seakan pembawa acara itu memanggil dirinya dan Diana, seketika bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, memastikan.Sementara itu Olivia yang baru saja naik dan kini berada di belakang panggung, juga menyadari bahwa ada masalah di depan sana.Sebenarnya begitu acaranya dimulai, beberapa saat lagi gadis itu akan di panggil untuk maju ke atas panggung, begitu saatnya tiba.Namun, ketiga Olivia hendak berdiri untuk melihat keadaan di depan sana, ibunya Julie Hamilton menahannya."Oliv, biarkan saja.... Pihak keamanan akan membereskannya, setelah ini aku akan memanggil Regina. Sepertinya dia tidak melakukan tigasnya dengan baik," ucap Julie, "Apa dia tidak tahu, jika ada Nona Natalie dari DB Investment ada di sini?.... Ah.... Ini membuatku kesal," lanjutnya memperingatkan.Melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan ibunya, Olivia terpaksa menahan dirinya untuk tidak keluar, dan melihat apa sebenarnya yang terjadi.Tapi, entah kenapa saat ini Olivia merasa jiga
"Hey, kau pikir kau siapa haha?.... Terisi?.... Apa ada yang melihat seseorang duduk di sini?" Alvin tidak menyangka jika pemuda yang akan duduk di bangku yang di tempati Devan, akan berbicara dengan meninggikan suaranya.Alih-alih menanggapi ucapan pemuda yang duduk di bangku milik Devan, Alvin berkata pada Tommy."Tommy, bukankah kau tahu kalau...."Apa yang dikatakan Alvin menguap begitu saja, karena saat itu juga Tommy sudah mengangkat salah satu tangannya, memintanya berhenti.Chris yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Tommy, yakin bahwa dia sengaja menyuruh mereka duduk di sana.Hingga saat Devan dan Diana kembali, tak ada lagi tempat duduk untuk keduanya di sana."Tommy, kami tahu kau tak begitu mengenal Devan, tapi kau tentu mengenali Diana, jadi setidaknya—"Chris tak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena saat itu juga Tommy yang sejak tadi sudah duduk, kembali berdiri dan langsung memotongnya."Tentu aku mengenali Diana, dan aku akui aku juga menyukainya.... Sekara
Devan sempat melirik sebentar ke arah dimana Natalie saat ini berdiri, sebelum akhirnya kembali berbalik duduk.Lagipula, di luar pekerjaan dia tidak memiliki kepentingan dengan gadis yang sedang menyita perhatian itu."Devan, bukankah seharusnya kita juga ikut menyapa?"Mendengar Alvin yang bertanya, Devan hanya mengangkat sedikit bahu sebelum akhirnya berkata."Tidak perlu, biarkan Olivia sendiri yang menyapa."Merasa kedua sahabatnya bahkan Diana tak puas dengan jawaban yang dia berikan, Devan kembali berbicara."Lagipula, ini adalah pesta milik Olivia, biarkan dia sendiri yang menyapa."Mendengar penjelasan Devan barusan, akhirnya ketiganya saling bertatapan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala mengerti.Setidaknya dengan begini mereka tidak perlu memikirkan adanya masalah lagi di tempat ini.Lain halnya dengan Alvin, Chris, maupun Diana yang merasa lega. Saat ini Ken dan Tommy masih terkejut dengan kejadian barusan.Meski tak tahu pasti siapa sebenarnya kakak Diana itu, membuat
Mendengar suara seorang gadis yang berkata seperti itu, membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.Saat itu Olivia Hamilton sudah berdiri di sebelah Nancy memotong pembicaraan gadis itu.Meski saat ini Olivia sendiri terlihat tersenyum, namun sangat jelas yang terjadi malam ini membuat gadis yang seharusnya menjadi bintang di acara ini, terlihat tidak senang."Olivia, kau terlihat sangat cantik.... Tapi lihatlah pecundang-pecundang ini, mereka berusaha menyelinap ke acara ulang tahunmu.""Ya, Olivia.... Aku yakin mereka sengaja memalsukan kartu itu dan berusaha menyelinap ke sini," ucap Nancy menyetujui apa yang dikatakan Tommy barusan."Aku tahu, aku yang mengundang mereka...."Nancy menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dikatakan temannya itu."Itu maksudku, tidak mungkin kau mengundang mereka, jadi cepat usir pecundang-pecundang....""Nancy!...."Apa yang dikatakan Nancy barusan menguap begitu saja di udara, karena Olivia langsung memotong perkataannya."Aku y
Mendengar ucapan Regina barusan, Ken benar-benar dibuat terdiam di tempatnya berdiri saat ini.Regina bisa saja bersikap lebih dari ini, karena bagaimanapun dia mengenal banyak orang-orang hebat di Luxburg.Tentu saja Regina juga tahu siaap Brent Owen ayah dari pemuda yang mengaku bernama Ken Owen ini.Namun karena dia tahu siapa Brent Owen itu, justru membuat Regina berani berkata seperti ini.Menurut Regina pemuda yang mengenakan pakaian sederhana dengan hoodie sebagai atasannya itu, memiliki seduatu yang bisa memastikan pemuda itu berada jauh di atas keluarga Owen.Manajer hotel itu sendiri sangat siap jika harus berhadapan dengan keluarga Owen. Akan tetapi, dia sama sekali tidak siap jika harus berhadapan dengan pemuda yang lebih memilih menyembunyikan identitasnya, dari pada orang yang memamerkan kekayaan keluarganya seperti Ken ini.Bagi Regina, pemuda seperti Devan sangatlah langka dan pasti sangat berbahaya. Membelanya tanpa mengungkapkan identitasnya adalah cara Regina menun
Saat itu Regina sudah menunggu keempatnya di depan sebuah lift yang baru saja terbuka.Regina sengaja membiarkan mereka masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti di belakang dan berbalik begitu dia masuk.Entah kenapa saat itu Alvin dan Chris baru menyadari betapa indahnya lekuk tubuh wanita yang baru saja masuk itu.Sehingga membuat mata keduanya sedikit terbelalak saat melihat Regina dari belakang.Setelah menekan tombol di sebelah pintu lift yang akan membawa mereka ke lantai dimana acara sesungguhnya itu diadakan, Regina kembali bersuara."Tuan Blackwell.... Sekali lagi aku meminta maaf atas ketidaknyamanan ini."Devan sendiri tahu bagaimana seorang profesional bekerja, lagipula dia juga tahu siapa yang memulai semuanya."Nona Layton, tidak perlu.... Aku tahu kau seorang profesional dan aku menghargai itu," ucap Devan menanggapi.Meski saat itu Regina tidak menghadap ke arah Devan, sempat gadis itu melebarkan matanya.Cepat Regina menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Teri
Alvin, Chris, dan juga Diana ikut membelalakkan matanya karena terkejut dengan apa yang di lakukan Regina Clayton.Terlebih Nancy dan Calvin yang lebih terkejut, saat melihat bagaimana manajer hotel itu memperlakukan Devan, benar-benar membuat mereka membeku.Melihat kejadian itu, suasana lobi hotel yang seharusnya ada banyak orang di sana tiba-tiba saja menjadi hening.Selain itu beberapa tamu yang baru saja datang juga ikut menyaksikan kejadian itu, membuat Devan merasa tak nyaman.Regina yang masih dalam keadaan membungkuk dengan kedua tangan memegang kartu, manajer hotel itu berniat menyerahkan kembali kartu tersebut.Meski merasa canggung namun sudah terjadi, Devan langsung mengambil kartu itu hingga akhirnya berucap."Oh, terima kasih.... Aku hanya ingin mengajak teman-temanku menghadiri pesta ulang tahun Nona Olivia, tapi aku melupakan kartu undanganku....""Tidak perlu.... Bahkan kartu emas untuk dijadikan undangan itu hanya mengambil ide dari kartu milik anda. Tentu saja kart
Mengabaikan pertanyaan Diana, kali ini Devan memandang kearah Nancy yang memperlakukan dirinya.Devan mulai meragukan perasaan yang tulus dari seorang wanita. Melihat sikap Nancy yang sudah keterlaluan itu, semakin menunjukkan padanya.Bahwa wanita benar-benar mengerikan dari yang dia pikirkan. Namun menurut Devan, masih ada wanita yang tulus, dan itu tergambar jelas dalam diri Diana."Berikan padaku!...."Nancy langsung menyerahkan kartu berwarna hitam yang ada di tangannya, sesaat setelah Calvin meminta pada gadis itu.Calvin langsung tersenyum miring dan mengambil kartu itu dengan ujung ibu jari dan ujung telunjuknya. Seakan memegang kartu itu saja sudah membuatnya jijik."Imperium Luminary Black Card? Heh, apa kau bercanda?.... Kartu bodoh apa yang ingin kau tunjukkan pada orang-orang itu hah?" Calvin mengejek Devan sambil menenteng kartu itu tinggi, seakan kartu itu mengandung sebuah virus berbahaya."Maaf, Tuan....""Calvin.... Aku Calvin Wall...." Jawab Calvin saat mendengar s