Melihat reaksi yang Alika tunjukan. Raka merasa kalau masa kecil Alika pernah mengalami trauma yang begitu dalam tentang di tinggalkan.
Raka duduk di samping Alika dan satu tangannya memegang tangan Alika kemudian Raka berkata "Sudah jangan sedih lagi. aku punya sesuatu untukmu,"
"Apa?" tanya Alika.
"Sebelum aku kasih aku mau tanya sama kamu, berapa umurmu sekarang?" tanya Raka kepada Alika.
"Dua puluh tahun," jawab Alika.
"Baru dua puluh tahun?" tanya Raka lagi.
"Iya memangnya kenapa?" Alika balik bertanya kepada Raka.
"Mengapa kamu bisa berada di rumah wanita itu? apa kamu di culik?" tanya Raka.
Bukan niat Raka untuk mengingatkan hal buruk tentang Alika. tetapi Raka butuh informasi tentang masalalu Alika. bisa saja Alika adalah anak yang diculik dan di jadikan wanita malam.
Alika menggelengkan kepalanya dan berkata "Aku memang sedari kecil sudah tinggal di sana. Mami berkata kalau aku itu anaknya.".
"Tetapi jika memang aku anak kandungnya orang tua mana? yang rela menjual anaknya kepada lelaki hidung belang," ujar Alika kemudian tersenyum kecut memikirkan nasibnya yang sangat malang.
"Ini untukmu. sudah malam tidur ya," perintah Raka dengan memberikan ponsel baru kepada Alika.
Alika melihat ke arah ponsel dan Raka bergantian. Alika merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat selama ini Maminya tidak pernah membelika ponsel meski Alika minta untuk belajar. tetapi sekarang Pria yang baru dia temui kemarin langsung memberikan ponsel kepadanya.
"Tidak itu terlalu bagus untukku. jika kamu mau memberikan kepadaku bisa yang sudah di pakai saja," tolak Alika.
"Tidak. ini aku sengaja membelikannya untukmu. kalau kamu tidak mau ya sudah buang saja," perintah Alika.
"Ini kamu tidak ada maksud lain kan membelikanku ponsel?" tanya Alika dengan melihat ke arah Raka dengan was-was.
"Tidak aku hanya minta satu hal kepadamu. tetap tinggal di sini," ucap Raka.
"Terimakasih," jawab Alika dengan menerima ponsel itu.
Raka berjalan ke arah kamarnya dan melihat di meja makan masih banyak masakan yang terlihat sudah dingin. Raka menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke arah Alika.
"Apa kamu belum makan?" tanya Raka.
"Aku menunggumu," jawab Alika.
"Sekarang kita makan." ajak Raka.
Kemudian mereka berdua berjalan ke arah meja. Alika mengambilkan makanan untuk Raka. Raka merasa ada perasaan yang berbeda dalam hatinya.
Tetapi Raka sendiri tidak bisa menjelaskan rasa apa yang dia rasakan saat ini.
"Terimakasih." ucap Raka dengan menerima piring yang diberikan oleh Alika.
Selesai makan Alika membereskan sisa makanan dan memasukannya ke dalam kulkas. Raka yang melihat itu langsung bertanya kepada Alika.
"Kenapa tidak membuangnya saja?" tanya Raka.
"Kenapa harus dibuang? ini masih bisa dihangatkan untuk sarapan besok," jawab Alika.
Selama ini Raka memang selalu makan masakan baru. jika ada makanan semalam dimejanya maka Raka langsung membuangnya.
"Gitu ya?" tanya Raka kemudian melanjutkan untuk minum.
Selesai beberes Alika dan Raka berjalan ke arah kamar. Alika melihat Raka masuk ke dalam kamar mandi yang berada di kamar.
"Apa dia akan tidur di sini?" gumam Alika.
Alika menutup tubuhnya sampai ke leher. saat Raka keluar dari kamar mandi Raka melihat Alika tidur dengan gelisah.
Raka naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Alika yang gelisah tidur berguling-guling. Raka mendekap erat tubuh Alika. dan bibir Alika selalu berucap tidak jelas.
Raka masuk ke selimug yang di pakai Alika. dan menyusupkan tangannya ke perut Alika.
"Sudah tidur kamu aman disini," bisik Raka di telinga Alika.
Raka membiarkan kepala Alika bersender ditangannya dan menempel ke badannya. satu jam kemudian Alika mulai tertidur dengan pulas dan tidak lagi mengingau seperti tadi.
Raka mengangkat kepala Alika dan menidurkan pelan ke bantal. Raka memberikan di samping kanan kiri Alika bantal agar membuat Alika nyaman.
Raka melihat ke arah jam di dinding sudah menunjukan jam dua dini hari. Raka turun dari ranjang kalau dia terus di sini bisa saja terjadi hal yang tidak dia inginkan.
Raka menutup pintu kamar Alika dengan perlahan. Raka masuk ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar Alika.
Alika membuka matanya ketika mendengar ada gemricik air dari lantai bawah. Alika mengucek matanya baru kali ini Alika merakan tidurnya sangat sangat.
Alika baru teringat kalau semalam Raka juga berada di kamar itu. Alika melihat ke sampingnya ternyata tidak ada Raka disana.
Alika menghela nafas panjang dan mengusap dadanya. Alika mengira kalau Raka akan tidur di kamar itu.
Setelah mencuci wajahnya Alika keluar dari kamar dan melihat kamar yang di tempati Raka masih tertutup rapat. Alika turun ke bawah dan menghampiri Bi Mun yang sedang sibuk di dapur.
"Lagi masak apa Bi?" tanya Alika ketika sudah sampai di dapur.
"Ini lagi mau bikin nasi goreng buat sarapan. Nak Alika mau apa biar Bibi buatkan?" tanya Bi Mun.
"Ngga susah Bi. Alika bikin sendiri saja," jawab Alika kemudian mengeluarkan cangkir dari dalam lemari.
Tetapi saat mencari kopi dan lainnya Alika tidak menemukannya. Alika melihat ke arah Bi Mun yang sedang sibuk mengaduk nasi.
"Bi kalau tempat kopi dimana ya?" tanya Alika.
"Itu ada di lemari samping kulkas Nak," jawab Bi Mun.
Alika berjalan ke samping kulkas dan membuka lemari. ternyata disana semuanya lengkap mulai dari kopi sampai susu semua tersedia dari berbagai merek.
Alika mengeluarkan satu bungkus energen dan menyeduhnya dengan air panas.
"Bi Mun mau ngga?" tanya Alika.
"Bibi sudah bikin kopi Nak," jawab Bi Mun dengan mengangkat cangkirnya yang berisi kopi hitam.
Alika tersenyum kemudian Alika membawa minumannya ke meja makan. Alika menikmatinya di sana.
Saat sedang membantu Bi Mun menyiapkan piring untuk sarapan Alika mendengar suara pintu kamar terbuka. Raka keluar dari kamar dan membuka kamar Alika ternyata sudah tidak ada Alika di kamar.
Raka lantas turun ke lantai satu dan melihat Alika sedang sibuk menata piring.
"Selamat Pagi," sapa Raka kepada Alika.
"Pagi," jawab Alika dengan tersenyum sangat manis ke arah Raka.
"Sarapan apa hari ini?" tanya Raka.
"Nasi goreng Den," jawab Bi Mun yang baru sampai di meja makan dengan membawa mangkok berisi nasi goreng.
"Wah kelihatannya enak," ucap Raka.
"Sarapan bareng Bi di sini. daripada makan sendiri di belakang," ajak Raka.
"Ngga Den lain kali saja. Bibi masih banyak pekerjaan di belakang," jawab Bi Mun kemudian meninggalkan meja makan.
Ting...!
Ponsel Raka yang berada di samping piring berbunyi. Raka lantas melihat ponselnya dapat Alika lihat wajah Raka berubah menjadi pucat ketika melihat ke arah ponsel.Ting...!Ponsel Raka yang berada di samping piring berbunyi. Raka lantas melihat ponselnya dapat Alika lihat wajah Raka berubah menjadi pucat ketika melihat ke arah ponsel. "Ada apa?" tanya Alika dengan suara lembut. Raka memijat pangkal hidungnya. kemudian mengalihkan pandangan ke arah Alika. "Ngga ada apa-apa. kamu lanjutkan sarapan dulu ya aku mau ke kamar," pamit Raka. Kemudian Raka berdiri dari duduknya dan berjalan naik tangga ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Alika hanya bisa memandangi punggung Raka yang mulai mejauh darinya dengan diam. Alika menatap ke atas piringnya. Alika menghela nafas panjang dan mulai menyantap sarapannya meski sudah tidak selera untuk makan. Sepuluh menit kemudian Raka keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Alika saat itu sedang berada di sofa ruang keluarga langsung berdiri. "Mau kemana?" tanya Alika. "Ada pekerjaan me
Raka melihat pemandangan yang luar biasa di sofa ruang tamu. Raka tidak pernah diperlakukan oleh seorangpun sampai seperti ini. bahkan dirinya pulang larut malam. Alika rela menunggunya sampai tertidur di sofa.Raka melepas dasi dan tiga kancing kemeja warna putih yang dia pakai bagian atasnya. Raka melemparkan dasinya ke sembarang arah.Raka mendekat ke arah sofa dan berjongkok di depan Alika. matanya menatap dalam wajah Alika menikmati setiap inci bagian wajahnya.Bahkan karena begitu dekatnya nafas hangat Raka sampai menyapu seluruh wajah Alika."Kenapa kamu masih mengulanginya, kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku," gumam Raka.Raka membenarkan anak rambut Alika yang berantakan. setelah itu Raka membopong tubuh Alika dan membawanya ke lantai dua.Dengan manaiki anak tangga satu persatu mata Raka terus menatap ke arah wajah Alika. perlahan Raka membaringkan tubuh Alika."Kenapa hatiku terasa bera
Saat sedang melalum Alika mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Alika mengalihkan pandangannya ke sumber suara."Bi," panggil Alika ketika melihat Bi Mun berjalan ke arahnya dengan membawa nampan yang berisi air minum dan kue."Iya Nak," jawab Bi Mun."Bibi duduk dulu ya ada yang ingin aku tanyakan kepada Bibi," perintah Alika.Bi Mun menurut dan langsung duduk di bawah. melihat hal itu Alika langsung menggeser satu kursi yang ada di dekatnya dan meminta Bi Mun untuk duduk di atas."Bi jangan duduk di situ. duduk sini Bi," perintah Alika.Bi Mun langsung berpindah tempat duduk dengan perasaan yang kurang enak di dalam hatinya."Bi sebenarnya kedua orang tua Raka dimana?" tanya Alika kepada Bi Mun dengan menatap lurus ke depan."Memangnya kenapa Nak?" tanya Bi Mun."Aku pengin tahu saja Bi. karena sudah tiga hari berada di sini aku tidak pernah sekalipun melihat kedua o
"Raka ternyata kamu disini. sudah lama kita tidak berjumpa ya," ucap seorang Pria yang sudah berdiri di belakang Raka. Alika yang sedang menikmati makanannya langsung melihat ke sumber suara. tetapi karena Alika merasa tidak mengenalnya Alika kembali melanjutkan makannya. "Bram...." ucap Raka dengan tergagap. Ini pertama kalinya untuk Raka memanggil Tuannya dengan sebutan namanya langsung. tetapi bukannya bosnya marah malah sebaliknya Bram tersenyum ke arahnya. "Iya sudah lama ya kita tidak berjumpa," ucap Bram dengan mengulurkan tangannya ke arah Raka. "Iya Bram. kamu apa kabar?" tanya Raka dengan menyambut uluran tangan Bram. Kemudian setelah itu Raka dan Bram terlibat pembicaraan. mereka membahas masa-masa kuliah yang Alika sendiri tidak tahu jadi Alika memilih untuk diam. "Oh iya Rak. ini cewemu?" tanya Bram dengan menunjuk ke arah Alika. "Bukan Bram. dia hanya temanku kenalkan Alika dia Bram teman kuliahku dulu," ucap Raka. Mendengar jawaban dari Raka. Alika yang sedang
"Awas saja kamu Alika. aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut kepadaku," geram Bram.Bagi Bram ini pertama kalinya seorang berani mengabaikan pesan darinya. Bram bersumpah akan membuat Alika jatuh cinta.Bram mengusap kasar wajahnya. kemudian Bram meninggalkan ponselnya di meja. berjalan masuk ke kamar mandi. Tok... Tok... Tok... "Permisi. Apakah Tuan ada di dalam?" terdengar suara seorang pria dibalik pintu kamar Bram. Bram yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung berjalan mendekat ke arah pintu. "Masuk saja. Ada apa Rak?" tanya Bram ketika melihat Raka yang berdiri di balik pintu.Raka berjalan mengekor masuk ke kamar Bram. mereka berdua berjalan ke arah balkon yang berada di kamar Bram. Bram duduk di sofa dengan bentuk memanjang yang sudah didesain untuk melihat pemandangan. rumah Bram terletak di komplek perumahan mewah sehingga pemandangan yang terlihat gedung-gedung yang menjulang tinggi.Jika malam hari gedung itu terlihat sangat indah oleh panca
"Aku akan mengusahakan agar kita bisa liburan berdua nanti," bisik Raka yang sudah berdiri disamping Alika tanpa Alika sadari. Saat Alika melihat ke arah Raka justru pipinya menempel ke bibir Raka. seketika tubuh Alika membeku ada perasaan asing yang selama ini tidak pernah dirinya rasakan."Perasaan asing apa ini?" batin Alika. Alika langsung mengalihkan pandangannya ke arah samping. sedangkan Raka mengulum senyum melihat tingkah Alika. "Aku tunggu di bawah," ujar Raka. "Iya," jawab Alika. Alika turun dari ranjang dan berjalan masuk ke kamar mandi. tiga puluh menit kemudian Alika keluar dengan wajah yang sudah cantik.Alika menuruni anak tangga satu persatu. Alika memandang ke seluruh ruangan tetapi tidak mendapati adanya Raka disana. "Bi Raka dimana?" tanya Alika ketika melihat Bi Mun sedang menata makanan di meja. "Ada di depan Nak, mau bibi panggilkan?" tawar Bi Mun. "Tidak perlu bi. biar Alika saja yang ie depan," tolak Alika. Alika melanjutkan langkahnya menuju ke depan
"Mungkin ada di rumahnya kenapa kamu tanya seperti itu kepadaku. kamu kan punya nomor teleponnya langsung saja telepon dia kenapa harus nanya kepadaku," jawab Alika kemudian mematikan sambungan teleponnya. Malas sekali meladeni orang seperti Bram menurut Alika. karena menurut Alika semua terasa membosankan terkecuali saat dirinya bersama Raka. untuk saat ini hanya Raka yang bisa membuatnya hidup kembali. Setelah mematikan sambungan teleponnya. Alika berjalan ke gasebo yang berada di taman belakang rumah Raka. Untuk saat ini bagi Alika gasebo itulah tempat ternyaman ketika Raka tidak berada di rumah. tiga jam berlalu Alika masih duduk terdiam digasebo itu. "Rasanya membosankan sekali," gumam Alika dengan melempar batu kecil ke arah rumput hijau yang ada di depannya. Sementara itu di dalam kamarnya Bram senyum-senyum sendiri. rasanya aneh kenapa dirinya bisa sesenang ini ketika mendengar suara Alika. Mungkin ini kesempatan untuk Bram mendekati Alika. karena selama satu minggu i
"Apa yang sedang kalian tonton hah? apa ada yang salah dengan kekasihku?" tanya Pria yang berdiri disamping Alika. Alika sendiri tidak mengetahui siapa pria yang meneyelamatkannya. tetapi Alika berjanji akan membalas kebaikan pria ini. seketika bisik-bisik yang tadi dia dengr sudah tidak ada lagi. dan langkah kaki satu persatu mulai berjalan menjauh dari kerumunan.Alika melirik ke arah sampingnya dan berpindah ke kerumunan. bahkan pelayan swalayan semua menundukan kepalanya. Sepertinya Pria yang kemarin tidak sengaja bertemu di tempat makan bukanlah orang sembarangan pikir Alika. "Pintar sekali kamu mencari mangsa Alika. kelihatannya pria ini jauh lebih kaya dengan Pria yang kemarin datang ke rumah," ucap Mami Salma dengan senyum menyebalkan. Alika mengangkat kepalanya melihat bagaimana menyebalkannya sifat Maminya. bagaimana dia bisa dibesarkan oleh keluarga seperti ini. "Sayang kamu ngapain sih ngeladenin orang gila seperti mereka. katanya mau belanja ayo," ajak Bram dengan me
"Iya do'anya saja. makasih ya Bri sudah mau mengantarkan kita. hati-hati bawa mobilnya," ucap Alika. "Iya Al, kami pulang dulu," pamit Brian. Kemudian Brian kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel."Yang masuk sekarang yuk," ajak Raka kepada istrinya. "Hmm... ayo Yang," jawab Alika. Kemudian Alika dan Raka masuk ke dalam hotel. mereka berada di dalam kamar seperti pasangan pengantin baru saja. Bahkan hampir semalaman mereka berdua tidak tidur. Alika dan Raka berada di hotel selama dua hari tiga malam. Pagi ini adalah hari ke tiga Alika dan Raka berada di hotel, siang ini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka pulang ke rumah di jemput oleh Pak Agus. sudah ada tiga bulan terakhir ini Alika tidak lagi bekerja dengan alasan ingin istirahat agar cepat dapat momongan. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depan terpampang
"Kamu jangan mengada-ngada berita yang tidak benar kaya gini lah Bri, aku ngga suka," pinta Raka."Yang kamu jangan seperti ini, semua itu memang benar. kami yang mendengarnya sendiri, bahkan kami sudah melihat Bram untuk terakhir kalinya," ucap Alika dengan menangkup wajah suaminya.Tanpa berkata-kata Raka hanya bisa memeluk istrinya dengan erat. ini kehilangan kedua kalinya bagi Raka. Lagi-lagi Raka harus merelakan kehilangan seorang teman, sahabat dan juga ayah selama ini. Raka dan Brian langsung mengurus semua pemakaman Bram hingga selesai. karena waktu sudah malam mereka memutuskan untuk memakamkan jasad pada pagi harinya saja. Mereka membawa pulang jasad Bram ke rumah Bram. saat mobil ambulace datang, sudah banyak warga dan juga karyawan ada juga beberapa kerabat jauh yang datang ke sana. Pagi ini jam setengah delapan mereka berbondong-bondong mngantarkan jasad Bram ke tempat terakhirnya. Jam sembilan semua proses pemakamannya selesai. para pelayad juga sudah mulai pergi, t
Bram melepaskan pelukannya telebih dahulu. kemudian Bram berkata "Kamu tahu, sejak pernikahanmu dengan Raka terjadi, aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri, di sini aku hanya ada Raka, begitu juga dengan Raka. Raka hanya ada aku dan sekarang Raka memilikimu,"."Aku juga mau jujur kepadamu. hal yang mungkin akan sangat menyakitkan untukmu," ujar Bram. "Apa katakan saja," pinta Alika. Alika meminta Bram untuk duduk karena melihat pancaran wajahnya yang semakin pucat. "Kamu selama ini mencari di mana orang tuamu kan?" tanya Bram. Alika menganggukan kepalanya, kemudian Alika bertanya "Iya, lalu ada apa?"."Aku akan memberitahumu sesuatu. kedua orang tuamu masih ada dan keduanya masih sehat. mereka tinggal disalah satu desa dan Raka sudah mengetahui semuanya karena aku yang mengatakannya." jawab Bram. "Lalu di mana kedua orang tuaku?" tanya Alika dengan mengguncangkan pelan tubuh Bram. Bram mengeluarkan satu lembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Bram memberikannya kepada Ali
"Pasti enak lah Yang, kan kamu yang bikin," jawab Raka. Kemudian Raka membalikan badan Alika. saat ini posisi Alika dan Raka saling berhadapan. bahkan wajah mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Alika mengalungkan tangannya ke leher Raka. Alika sengaja memiringkan wajahnya, Alika tahu apa yang saat ini ada di pikiran suaminya.Pasti Raka sedang berat untuk meninggalkannya di rumah sendirian selama ini. "Kenapa?" tanya Alika. Bukannya menjawab Raka malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alika. Raka mengecup bibir tipis istrinya itu, bukan kecupan singkat tetapi Raka selalu menuntut kepada Alika untuk lagi dan lagi. Setelah berciuman cukup lama, Alika melepaskannya terlebih dahulu. kemudian Alika dan Raka saling pandang. Raka mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. "Aku bakal kangen banget sama kamu Yang," bisik Raka di telinga Alika. "Iya Sayang, aku juga bakal kangen sama kamu. makanya semangat kerjanga biar cepet selesai kerjaannya ya, terus nanti bisa pulang," ucap Ali
Dua puluh lima menit kemudian mobil Raka memasuki komplek perumahan yang terlihat elit itu. Raka melihat ke arah Brian dengan tatapan tidak percaya. "Yakin pacarmu di sini Bri?" tanya Raka.Alika dan Brian mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Brian bertanya "Iya lah yakin memangnya ada apa Rak, kok kamu tanyanya aneh?"."Kenal dimana sama wanita di sini kamu Bri. jangan-jangan calon istrimu itu masih abg ya Bri?" tanya Raka. "Ya ngga lah Rak, dia seumuran dengan istrimu, nanti kamu juga akan tahu," jawab Brian. Tidak lama kemudian mobil yang Raka kendarai di minta untuk belok ke salah satu rumah. rumah itu terlihat sangat luas dari bagian depan. Dengan cat tembok warna putih dan emas yang membuat rumah itu terlihat mewah dan elegan. Raka melihat di dalam pekarangan rumahnya, ada tiga mobil mewah yang terparkir. "Wah keren Bri," ujar Raka dengan menepuk pundak Brian. Brian hanya menjawab dengan tertawa perkataan Raka. kemudian Raka dan Alika berjalan di belakang kedua
"Boleh ayo," ajak Raka. Raka menggandeng tangan istrinya. Raka membukakan pintu mobil untuk Alika. setelah ity Raka masuk ke kursi kemudi.Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah mereka.Dua puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di parkiran mal. Raka dan Alika keluar dari mobil mereka berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam mal. "Yang sini deh," ajak Raka. Raka dan Alika masuk ke salah satu toko yang menjual perhiasan. Alika hanya menurut ke suaminya. "Menurut kamu bagus yang mana Yang?" tanya Raka dengan menunjukan dua kalung kepada Alika. "Semuanya bagus Yang, memangnya mau buat siapa?" tanya Alika. "Ya buat kamu Sayang, memangnya buat siapa lagi," jawab Raka. "Hehe... ya kirain kamu mau ngasih hadiah buat siapa," jawab Alika. "Iya Yang, kan sudah lama ngga aku kasih hadiah buat istriku ini," ucap Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Hmm... aku yang ini aja kayanya bagus," ucap Alika dengan menunjuk kalung berliont
"Oh iya sampai lupa," jawab Brian dengan menepuk keningnya sendiri.Brian berbalik badan dan berjalan ke arah sepasang suami istri itu. mereka bertiga terlihat sedang berbicara tetapi tidak bisa Alika dengar dengan jelas.Tidak lama kemudian Brian kembali dengan berjalan beriringan dengan kedua orang tua tadi ke arah Alika. "Alika ini kenalin kedua orang tuaku, mereka baru saja bisa datang ke sini setelah beberapa tahun mereka tinggal di luar negeri untuk masalah pekerjaan," ucap Brian dengan menunjuk ke arah kedua orang tuanya. "Oh iya, salam kenal Pak, Bu. saya Alika," ucap Alika dengan mengulurkan tangannya ke arah Ibu Brian. "Iya salam kenal, sudah berapa lama kamu kenal dengan anak saya?" tanya Ibunya Brian dengan membalas uluran tangan Alika. "Sudah lama ya Bri," jawab Alika. "Iya Ma, sudah lama sekali. dia istri temanku Ma, si Raka." jawab Brian. Mungkin Mamanya mengira kalau Alika adalah calon istri yang dibilang oleh Brian semalam. "Kenapa kalian masih di luar, ayo mas
"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna