Share

23. Rasa Penasaran Arunika

Pikiran Arun tak fokus pada pekerjaannya. Potongan lapis singkong yang telah di potong Mamanya masih utuh belum ada satu pun yang terbungkus plastik.

“Ya ampun Arun dari tadi ngapain aja?” teriak Mamanya begitu melihat Arun.

Seketika lamunan Arun pun buyar mendengar teriakan Mamanya.

“Mama kalau ngomong enggak usah pakai teriak bisa enggak,” ucapnya sambil mengusap dadanya.

“Habisnya kamu ini di suruh bungkusin malah melamun. Lagian pagi-pagi mikirin apa sih. Ini itu pesanan orang kamu enggak lihat itu jam berapa. Sebentar lagi jam sembilan pesanannya mau di ambil,” jelas Mamanya sambil dengan cekatan membungkus lapis singkong.

“Bu Ijah mana, Ma?” tanya Arun sambil celingukan mencari Bu Ijah yang tak nampak batang hidungnya.

“Bu Ijah ada perlu nanti agak siangan kesininya. Kue yang mau di bawa ke toko udah jadi kan?” tanya Arun dengan tak enak hati pada Mamanya.

“Udah, nanti kamu berangkat sama Pak Atmo aja, biar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status