Hari – 3.Aku dan yang lainnya berdiri di luar ruang makan, setelah kami selesai menghabiskan cemilan yang dibawa oleh Cinta dan Rina. Kami berdiri di sini untuk menunggu Giselle keluar dari ruang makan.Mataku melirik ke arah Aurora, gadis itu nampak gugup. Aku bisa melihat tangannya yang gemetaran.“Tak apa, Aurora! Aku akan membantumu!”Lisa mendekat pada Aurora, lalu menggenggam tangannya agar membantunya menghentikan gemetaran di tangannya.“Tapi... Aku telah melakukan hal yang sangat buruk... jujur saja, Aku merasa takut menghadapinya.”Meskipun dia berkata begitu, tapi dia tak mencoba untuk melarikan diri dari tempat ini.“Aku juga ingin minta maaf, jadi mari kita melakukannya bersama!”Di sisi lain, Jasmine juga nampak sama gugupnya dengan Aurora, malahan dia nampak lebih gugup darinya. Dia pasti merasa bahwa dialah yang menjadi sumber masalah ini.“Jasmine, tapi...
Hari – 3.“Kau ingin minum apa, Giselle?”Lisa bertanya dari depan vending machine. Tangannya sudah terlihat gatal untuk menekan tombol yang ada di mesin itu.“Aku begitu ingin minum sesuatu yang manis, jadi air putih saja/”“Eh!”Lisa nampak kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Giselle. Dia kemudian pergi ke mesin yang terdapat air putih, lalu menekan tombol di mesin itu hingga mesin itu bisa memberikan sebotol air putih kepadanya. Setelah itu dia memberikan botol itu pada Giselle.“Terima kasih.”“Tak apa.”Setelah memperhatikan mereka, Aku kemudian menekan tombol untuk mengeluarkan sekaleng kopi dari vending machine. Sementara itu Rina mengambil sekaleng teh.Kami berdua memutuskan untuk menjaga jarak dari yang lain agar kami tak mengganggu mereka, jadi kami mengambil kursi lipat yang tersedia di ruangan ini, lalu duduk dengan jarak yang cukup jauh
Hari – 3. “Maaf menganggu waktu kalian, tapi kami masih memiliki sesuatu untuk diselesaikan hari ini!” Perkataanku membuat Aurora dan Giselle berhenti berpelukan. Peran seperti ini sebetulnya lebih cocok untuk Bagas dan Crona, mereka berdua pasti bisa menghancurkan suasana haru itu tanpa berkedip sama sekali. Aku sebenarnya tak suka melakukan hal ini, Aku terpaksa melakukan ini karena kami tak punya banyak waktu lagi. “Kau ingin membicarakan tentang apa yang akan kita lakukan untuk menyelamatkan kami berdua?” Aku mengangguk saat Giselle mengajukkan pertanyaan itu. “Jika kita tak melakukan apapun, maka Aurora kemungkinan besar akan kehilangan nyawanya.” “Aku tahu itu, tapi kau tak perlu mengkhawatirkan hal itu... Aku sudah memiliki rencana untuk menyelesaikan masalah itu!” Perkataannya tak hanya mengejutkanku, tapi semua orang yang ada di sini. Bagaimana dia bisa menyelesaikan masalah seperti ini? “Benarkah itu, Giselle? Apa rencanamu menyelesaikan masalah ini?!” Lisa nampak sa
Hari – 3.“Apa kau yakin Aku bisa pergi sendirian?”Tanya Kevin dengan gugup pada Sebastian yang memberikan senyuman padanya.“Tentu saja! Kau tak perlu menemaniku di sini, Aku dan Rock pasti akan menjaga tempat ini!”Kata Sebastian sambil mengacungkan jempolnya pada Kevin.“Kau juga bisa mencoba berteman dengan Jack! Kurasa kalian berdua akan menjadi teman yang baik!”Mata Jack melihat ke arah Sebastian dan Kevin berada, begitu namanya disebutkan oleh lelaki yang memiliki rambut halus itu.“Apa kau mengatakan itu karena Aku dan Dia adalah karakter pecundang di sini?”Kata Jack dengan sinis. Matanya memicing saat melihat Sebastian.“Tidak, tentu saja tidak... Aku tak pernah berpikiran seperti itu!”“Eh!”Jack nampak benar-benar terkejut dengan bantahan langsung yang diberikan oleh Sebastian.“Aku tak tahu kenapa kau b
Hari – 3.Setelah selesai berbicara dengan Giselle dan yang lainnya, Aku dan Rina pergi dari ruang istirahat dan meninggalkan mereka berempat untuk saling berbicara secara pribadi. Karena Giselle masih memiliki tugas untuk berjaga di ruang makan, maka mereka tak memiliki banyak waktu untuk membicarakan hal pribadi.Aku merenggangkan tubuhku saat berjalan di lorong.“Nah, Asraf... apa rencanamu setelah ini?”Rina bertanya dari sampingku. Aku melihat ke arahnya sebentar, sebelum mulai berpikir.Ada masih banyak waktu sebelum makan malam tiba, akan sayang jika Aku hanya menghabiskannya dengan berdiam diri di kamar tanpa melakukan apapun, jadi kurasa Aku akan berjalan-jalan untuk memeriksa ruangan apa saja yang terdapat di menara super luas ini, tapi sebelum itu ada hal yang ingin kulakukan.“Kurasa sebelum melakukan aktivitas lainnya, Aku ingin mandi terlebih dahulu.... Aku ingin segera mendinginkan kepalaku.”Berada di menara ini selama 3 hari telah memberikan banyak tekanan pada kepala
Hari – 3. “Nah, menurutmu apa yang akan terjadi antara Aurora dan Giselle?” Tanyaku pada Selena dan Aurel yang sedang memilih kosmetik yang akan mereka gunakan. Mereka sempat melihat ke arahku, sebelum mereka kembali fokus dengan kosmetik mereka. Saat ini kami sedang berada di ruang kosmetik yang berada di lantai 2. Di sini kami dapat menemukan berbagai macam benda yang bisa membantu kami mempercantik diri. Bahkan kami bisa menemukan pernak-pernik yang terbuat dari emas di sini. Aku yakin bahwa tempat ini akan menjadi surga para pecinta kosmetik, jika tempat ini tidak berada di menara yang sangat suram. “Menurutku? Memangnya apa yang ingin kau dengar dariku?” Selena balik bertanya padaku tanpa mengalihkan pandangannya dari bedak yang sedang dia coba. “Aku hanya berpikir, apakah salah satu dari mereka akan meninggal?” Mungkin Aku cukup beruntung, karena belum ada satupun teman baruku yang menjadi korban di sini, tapi sepertinya hal itu tak akan bertahan lagi. “Aku tak tahu apa
Hari – 3.Aku berjalan di belakang Kevin yang mengajakku pergi bermain. Sejujurnya Aku tak begitu mengerti kenapa dia tiba-tiba ingin bermain bersama dengan diriku. Apa hal itu hanya karena temannya yang biasanya menemaninya sedang memiliki tugas yang membuatnya tak bisa menemaninya saat ini hingga dia memerlukan orang lain untuk menemaninya? Jika itu memang tujuannya, maka dia benar-benar salah memilih orang, karena Aku tak memiliki niat untuk menjadi pengganti seseorang.“Anu... maaf, Jack... ada hal sensitif yang ingin kutanyakan, apa kau tak masalah?”“Huh?! Apa yang kau ingin tanyakan?”Aku bisa merasakan jika sesuatu yang akan dia tanyakan bukanlah sesuatu yang menyenangkan dari bagaimana dia meminta izin untuk menanyakan hal tersebut, makanya saat ini Aku sedang memicingkan mataku dengan tak senang.“Anu... apa benar kau pernah dibully sebelumnya?”Hahhh, jadi itu yang ingin dia tanyakan. Pant
Hari – 3.Aku menatap tajam pada Kevin yang duduk di depanku.Lelaki itu memainkan jarinya, lalu melihat ke arahku, lalu menundukkan kepalanya.“Bagaimana Aku mengatakannya... sejujurnya, Aku... Aku juga pernah mengalami hal yang sama denganmu...”Aku mengangkat sebelah alisku.“Maksudmu?”“Aku pernah dibully, sama seperti dirimu... Aku tak jauh berbeda denganmu.... Aku juga sama-sama seorang pecundang.”“Aku bukan pecundang!”Kevin nampak terkejut saat Aku tiba-tiba berteriak padanya. Meskipun Aku menyangkal apa yang dikatakan Kevin, tapi pada akhirnya di dalam hatiku Aku tahu bahwa dia benar. Aku adalah pecundang. Meski begitu, Aku tak akan mau mengakuinya secara terang-terangan.“Anu... maaf, Aku tak berniat menghinamu...”Aku memalingkan kepalaku dari Kevin.“Tak apa... Aku mengerti...”Suasana jadi sedikit canggung, ka
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k