Hari – 3.
Aku menegokkan kepalaku ke arah tangan yang tiba-tiba menepuk bahuku. Lalu Aku melihat Hunter yang memiliki wajah bermasalah.
“Ada apa? Apa kau mengalami masalah?”
“Hmmm... sulit untuk mengatakannya, tapi bisakah kau ikut denganku....”
Aku menatapnya dengan bingung. Masalah apa yang sedang dia alami? Aku kemudian melihat ke arah Bagas, lalu Sarah untuk meminta pendapat mereka.
“Apa kau tak keberatan jika Aku ikut denganmu?”
Sarah bertanya dengan wajah khawatir. Sepertinya dia merasakan firasat buruk dengan ajakan Hunter.
“Hn, tentu saja... Aku akan terbantu jika ada banyak orang yang membantu kami.”
Aku jadi semakin penasaran dengan masalah apa yang sebenarnya yang dia hadapi. Dari kata-katanya tadi, sepertinya yang mengalami masalah bukan hanya dia, melainkan kelompoknya. Aku bisa menebak beberapa kemungkinan yang terjadi.
Setelah itu Hunter berjalan ke lua
Hari – 3.Aku sangat bingung saat melihat keadaan Rock yang ada di hadapanku. Dia nampak sangat tak bersemangat dan seperti akan mengakhiri hidupnya kapan saja. Aku jadi khawatir jika harus meninggalkannya sendirian.Untuk saat ini sepertinya Aku harus memberinya air minum agar dia nampak lebih hidup, tapi dimana tempat Aku bisa mendapatkan air minum? Apa Aku harus membawanya ke kamarku?“Apa kalian mengetahui tempat dimana kita bisa mendapatkan minuman yang enak?”Aku bertanya pada Bagas, Crona dan Hunter yang menemaniku membawa Rock. Aku pikir tak ada salahnya bertanya pada mereka, siapa tahu mereka tahu tempat yang cocok untuk istirahat.“Hmm, Aku mengetahui ruangan bernama Ruang istirahat di lantai satu, Aku pernah mengintip ke dalamnya, di sana hanya terdapat tempat duduk dengan vending machine yang berjajar, jadi Aku tak begitu tertarik dengan ruangan itu.”“Aku juga pernah ke ruangan itu... meski Ak
Hari – 3.Aku kembali mengambilkan air putih, lalu menyerahkannya pada Rock.“Terima kasih... dan maaf karena merepotkan.”Aku hanya mengangguk untuk membalas ucapan terima kasih dan maaf dari Rock. Aku kemudian duduk tak jauh darinya.Hunter yang tadi dipeluk secara tiba-tiba saat ini merasa malu, jadi dia mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Dia pasti tak menyangka akan dipeluk oleh lelaki seperti Rock.“Nah, Rock... bisakah kau menceritakan apa yang terjadi saat kau menemukan... kau tahu, kan?”Cukup berat bagiku mengucapkan nama Lion. Entah kenapa nama itu tiba-tiba terjebak di tenggorokanku saat Aku mencoba mengucapkannya.Aku melihat Rock menganggukkan kepalanya untuk menjawab permintaanku. Meskipun seharusnya menceritakan hal itu berat baginya, tapi dari tatapan matanya dia seolah berkata Aku baik-baik saja.“Tak ada hal yang istimewa, saat semua orang pergi ke ruang komputer bersama dengan Satria, Aku memutuskan untuk mencari dimana Lion dibawa, lalu Andika, Robert dan juga
Hari – 3. “Menaruh penjaga? Apa itu akan berhasil? Bagaimana jika penjaga itu adalah si pengkhianatnya?” Aku mengerti kekhawatiran Hunter, Aku juga sebenarnya memiliki kekhawatiran yang sama. Maka dari itu, Aku memiliki rencana lebih mengenai hal tersebut. “Kita akan menggunakan 3 atau lebih orang sekaligus untuk berjaga... untuk saat ini Aku melihat bahwa kita dibagi ke tiga kelompok yang berbeda.” Ada kelompokku, Rock dan para gadis. Kita bisa memasukkan Adrian, Michael, Sebastian dan Kevin ke dalam kelompok Rock, jadi semuanya ada 3 kelompok di sini. “Kita bisa membuat setiap kelompok memilih satu orang yang mereka percayai untuk berjaga di ruangan itu sehingga orang-orang yang berjaga akan saling mengawasi satu sama lain.” Rock mengangkat tangannya. “Aku mengerti tujuanmu, tapi apakah itu akan berhasil? Bagaimana jika mereka bekerja sama untuk berbalik melawan kita?” Aku juga mengerti akan hal tersebut. Itu juga adalah hal yang kukhawatirnya. Jika si pengkhianat bekerja sam
Hari – 3.“A-apa yang terjadi? Bagaimana itu bisa terjadi?!”Rock dengan panik menghampiri Andika yang ada di depan pintu, lalu mencengkram bahunya dengan sangat kuat.“Rock...!”Andika terlihat sangat terkejut dan panik dengan hal yang dilakukan oleh Rock. Dia mencoba melepaskan genggaman Rock, meski berakhir sia-sia.“Oi, Bocah besar! Tenanglah sebentar! Kami tak bisa mendengar penjelasannya, kalau kau menakutinya!”Rock melepaskan cengkramannya pada Andika, setelah mendengar suara Crona yang memarahinya.“Maaf... Aku...”Aku tak menyalahkannya jika dia merasa panik, tapi untuk saat ini lebih baik kita tetap tenang. Kita tak akan bisa menyelesaikan apapun, jika kita panik.“Andika, bisakah kau menceritakan apa yang terjadi?”“Ya, pertama-tama Aku ingin minta maaf, Aku tak menyangka bahwa kami akan tertidur saat di tengah-tengah menjaga tubuh Lion.”Mereka tertidur? Apakah itu disebabkan hal yang sama dengan yang pernah dialami oleh Rock dan yang lainnya?“Kenapa kalian bisa tertidur
Hari – 3.Begitu semua orang pergi menuju ke ruang komputer yang dibicarakan oleh lelaki bernama Satria, Aku segera menghampiri Giselle yang tadi mencurigaiku sebagai pengkhianat.“Nah, Giselle... bisakah kita melanjutkan pembicaraan kita tadi.... begitu juga dengan Maria dan Angelica... Aku tak bodoh, Aku tahu bahwa kalian juga menuliskan namaku!”Angelica yang ingin pergi dari sini dan Maria yang masih menampilkan senyum palsu di wajahnya, memutuskan untuk tetap di kursi mereka, begitu Aku menyebutkan nama mereka.Lisa menatap tak percaya pada mereka berdua. Dia pasti tak menyangka bahwa kedua temannya telah mengkhianati temannya yang lain dengan mencurigainya sebagai pengkhianat.Aku juga bisa melihat wajah Jasmine yang merasa bingung harus mengatakan apa, jadi dia hanya mengantungkan kepalanya tanpa melakukan apapun. Sementara temanku atau lebih tepatnya seharusnya temanku yang lain nampak tak begitu peduli dengan apa yang akan kubicarakan dengan Giselle dan yang lain.“Apa lagi y
Hari – 3.Ketegangan terjadi antara Rock dan Adrian. Mereka sama-sama saling menatap dengan pandangan dingin.Rock nampaknya masih tak ingin menerima bahwa hanya ada kemungkinan sangat kecil jika Kira, James dan Lion masih hidup. Jujur saja, Aku juga ingin mendukung Rock, tapi Aku tak bisa begitu optimis di situasi saat ini.Saat situasi tegang seperti itu, seorang gadis masuk ke kamar ini dengan tergesa-gesa. Gadis dengan rambut yang dikepang itu adalah Jasmine. Dia nampak sangat panik saat dia melihat ke arah kami.“Tolong...”Aku langsung memiliki firasat buruk saat dia tiba-tiba mengatakan hal tersebut. Hal buruk apa lagi yang terjadi di sini?“Ada apa? Apa yang terjadi?”Aku segera menghampiri gadis itu. Jasmine melihatku dengan mata penuh ketakutan.“Aku... Aku... melihat.... Aurora... memasukkan nama ke dalam kotak itu.”Aku tak bisa menutupi keterkejutanku. Aurora, Aku me
Hari – 3.“Aku memilih.... untuk mendiskusikannya dengan yang lain!”Aku merasa terkejut dan kecewa dengan jawaban yang dia berikan. Padahal Aku berpikir bahwa dia akan menolak untuk pilihan yang diberikan oleh Adrian, tapi dia malah ingin mendiskusikan hal tersebut.Aku bisa melihat Adrian yang juga nampak kecewa dengannya, meski dengan alasan yang berbeda denganku. Dia pasti ingin Jasmine memilih salah satu dari pilihan yang dia berikan.“Meski kau berkata ingin mendikusikannya dengan yang lain, tapi siapa yang ingin kau ajak diskusi?”Aku bertanya sambil mengangkat satu tanganku.“Tentu saja dengan semua orang!”Serius? Apa kau juga memasukkan Aurora dalam daftar orang yang ingin kau ajak diskusi? Aku hanya bisa membayangkan kekacauan kalau sampai itu terjadi. Padahal masalah tubuh Lion yang menghilang masih belum selesai, tapi Aku harus berhadapan dengan masalah yang lebih parah lagi.
Hari – 3.“Apakah tak apa-apa kita pergi begitu saja? Apa dia tak akan curiga pada kita?”Aku bertanya pada lain tentang kekhawatiran yang ada di dalam hatiku. Sarah nampak memiliki kekhawatiran yang sama, karena dia nampak gelisah, sedangkan Ria bersembunyi di baliknya dengan tubuh yang gemetaran. Sementara itu Bagas dan Crona nampak tak begitu peduli dengan kekhawatiranku.“Itu bukan tanggung jawab kita! Lebih baik kita menghindari masalah yang lebih lanjut lagi!”“Mereka semua lebih tua dari padamu, jadi kau tak perlu mengkhawatirkan mereka!”Bagas menjawabku tanpa merubah ekspresi wajahnya yang datar, sementara itu Crona nampak terlalu santai untuk situasi seperti ini.“Mereka memang lebih tua dari pada Aku dan Asraf, tapi mereka benar-benar tak dewasa dan kekanakan, jadi wajar saja jika mereka sangat mengkhawatirkan!”“Lalu kenapa kau meninggalkan mereka?”&
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k