Share

4. Pohon Jeruk Bali

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-12 09:59:07

Setelah salat subuh, sudah menjadi kebiasaan sejak lama kulanjutkan dengan membaca Alquran. Membaca kitab suci di awal hari selalu memberi energi positif untuk bekal menjalani aktivitas seberat apapun beban kehidupan ini. Hari sudah jam 6 pagi, ketika kubuka jendela depan yang terbuat dari kayu, suurr ... angin dingin nan segar masuk ke dalam rumah.

Ah, alam pedesaan memang menyegarkan. Kumanjakan mata ini menikmati pemandangan persawahan yang membentang, padinya mulai berisi, sebagian ada yang mulai menunduk walau warnanya masih hijau, menyejukkan mata sekali. Kuedarkan pandangan lebih jauh sambil membuat gerakan senam ringan, putar kepala, kaki, lengan dan bahu. Kurentangkan tangan ke atas sambil menggeliatkan tubuh, terasa rileks sekali.

Kupandangi deretan bukit barisan yang menjulang tinggi, sebagian tertutupi awan tipis, sungguh indah pemandangan desa ini, anugerah Tuhan yang tak ternilai. Berbeda suasananya dengan di kota, dimana kampus kami berada, udara sudah tercemari oleh banyaknya kendaraan. Di sini serasa damai, tentram ... ah, napasku serasa plong.

Kulangkahkan kaki ke halaman, ku amati sekitaran rumah, di ujung halaman tumbuh bunga-bunga yang tidak terurus sehingga menjadi liar. Bunganya bermekaran warna-warni, ada merah, putih, pink, ungu dan kuning. Seperti bunga tapak darah, tapi sepertinya berbeda, lebih cantik, bunga apa ini? Aku baru melihat bunga seperti ini.

Kulangkahkan kaki kesamping rumah. Wow... ada pohon jeruk bali yang berbuah, letaknya sekitar 5 meter dari samping rumah sebelah kiri. Pohonnya lumayan tinggi, buahnya ranum sebesar bola volli, setelah ku hitung ada dua belas buah yang bergelantungan, ada empat buah yang warnanya sudah menguning, pasti sudah masak. Bahkan ada tiga buah yang berjatuhan ke tanah, sepertinya kondisinya masih bagus. Namun, ada beberapa yang sudah membusuk. Hmm ... sepertinya aku tidak akan kekurangan vitamin C di sini, uhu.. auto panen nih ....

"Jangan coba-coba nak metik buah tu."

Baru berjalan dua langkah mendekati pohon jeruk bali itu, tiba- tiba dari belakang terdengar suara seseorang. 

Aku terperanjat, kaget. Kubalikkan badan, tepat di depanku nyai Rudiah menatapku datar tanpa ekspresi.

"Kenapa nyai?" tanyaku penasaran.

"Buahnyo pahit, dak enak," jawabnya sambil berlalu

 "Ingat, jangan di ambek!" katanya sekali lagi sambil menoleh sekilas ke arahku.

Buahnya pahit? Oww ... berarti dak pernah nyicip ni wanita tua jeruk bali. Di belakang rumah ibu kost kami ada pohon jeruk bali, biarpun buahnya tidak sebanyak ini, tapi jika berbuah, ibu kost sering berbagi buah ini dengan anak-anak kost. Kalau dapat yang masak, bulirnya yang besar-besar berwarna merah itu terasa manis dengan sedikit kandungan air. Namun jika mentah ya terasa pahit. Duh, sayang ini berjatuhan gak ada yang makan.

Kuurungkan dulu niatku untuk panen raya jeruk bali kali ini, lebih baik aku siap-siap untuk kegiatan hari ini. Di pintu masuk aku bertemu Murni, Sarah dan Sri.

"Kemana oi?" tanyak

"Sekarang kan jadwal kami piket, jadi kami mau belanja ke pasar, sudah itu masak. Nanti bantu kami masak ya?" jawab Murni

"Sekarang kan tidak ada pasar kalangan, mau ke pasar mana?" tanyaku lagi

"Walau tidak ada kalangan, pasar sayur buka tiap hari. Kami berangkat ya!"

Mereka bertiga berangkat ke pasar berjalan kaki, jaraknya lumayan jauh, sekitar satu kilo meter.

Melihat mereka pergi, aku hanya duduk-duduk saja di depan pintu. Pasar kalangan ada di hari minggu, masih tiga hari lagi. Biasanya pasar kalangan akan ada berbagai macam dagangan, pedagangnya datang dari berbagai wilayah sini, bahkan ada yang dari luar wilayah. Aku berniat membeli beberapa pakaian dalam dan ember untuk mencuci pakaian dan mengangkat air. Aku hanya memiliki satu ember kecil, kurasa itu tidaklah cukup.

Aku berniat bangkit untuk mengajak Rani dan Gina mandi pagi di sungai, ketika dari kejauhan kulihat sesosok pria membawa tas besar menyusuri pematang sawah, semakin mendekat nampak pria itu menggendong seorang bayi dengan gendongan kodok. Wah, aku bisa menebak siapa dia ...

"Mbak Zarima! Sepertinya suami mbak datang tuh ...," teriakku sambil wajah kulongokan ke dalam rumah.

"Oh, ya?" jawabnya dari dalam nampak kegirangan.

Aku bangkit, berdiri di depan pintu. Laki-laki itu sudah mendekat, wajahnya nampak jelas. Wow, suami mbak Zarima face nya mirip gaya Amir Khan, aktor Bollywood salah satu idolaku setelah Sharukh khan dan Salman Khan. Ketiga aktor itu memang legend dan tidak akan pernah terlupakan bagi penggemarnya seantero dunia termasuk aku. Hanya saja hidungnya tidak sebangir Amir Khan.

Kulitnya yang cokelat muda, dengan tubuh atletis, dan tinggi sekitaran 170 cm, nampak menawan di balut kaus casual warna abu-abu dan celana jeans biru muda. Cambang dan kumisnya sepertinya di cukur rapi, menyisakan janggut tipis yang terawat. Sungguh pasangan yang serasi dan cocok banget, bikin ngiri saja. Kapan aku punya suami yang serasi denganku ya? Ais, mikir suami, pernah pacaran aja belom.

"Assalamualaikum," ucap lelaki itu sambil tersenyum ramah

"Walaikumsalam, duh ... jagoan umi datang ya?"

Mbak Zarima berlari menyambut suaminya, menyalami dan mencium tangan suaminya. Setelah itu di ambilnya bayi dalam gendongan lelaki itu. 

"Abang langsung pergi ya, Dek. Mau mencari kamar kontrakan untuk Adek, nanti kalau dah dapat Abang kembali lagi," kata lelaki itu .

Setelah berbasa-basi denganku dan memperkenalkan dirinya, lelaki itu langsung pergi. Namanya Ikhram. Kepanjangannya belum dikasih tahu. Sebagai penyuluh pertanian sepertinya dia banyak kenalan di daerah ini, walaupun wilayah kerjanya di kecamatan lain.

Mbak Zarima senang sekali, walau baru satu hari meninggalkan baby Zidan, dia mengatakan serasa sudah bertahun-tahun merindukannya. Agak lebay sih, namun mungkin begitulah perasaan seorang ibu.

Mbak Zarima langsung memberi ASi bayinya di kamar. Anak-anak yang di kamar ku dengar heboh, menggoda bayi Zidan yang lucu. Setelah memberi bayi Zidan kenyang, mbak Zarima membawa anaknya ke ruang depan dekat jendela. Spontan bayi Zidan tiba-tiba menangis kencang sekali. Kami terkejut mendengar tangisan bayi Zidan, mbak Zarima sampai panik mendiamkannya

"Kenapa mbak, kok nangisnya kencang banget?"

"Gak tahu, nih."

"Ada yang sakit dak?"

"Ntahlah, cup cup sayang, ini Umi sayang ...."

Mbak Zarima masih berusaha menenangkan bayi Zidan, namun tangisnya tidak juga berhenti.

Mbak Zarima-pun membawa bayi Zidan keluar, aku terus menemani. Bayi Zidan mulai mereda tangisnya. Mbak Zarima melangkah ke samping rumah

"Eh, Dek ... ada buah apa itu?" Kata mbak Zarima sambil menunjuk pohon jeruk bali di samping rumah.

Tiba-tiba bayi Zidan memekik menangis kejer, lebih kencang dari sebelumnya, bahkan muka dan badannya sampai memerah parah. Sesekali suaranya tidak terdengar saking kejernya. Mbak Zarima segera masuk rumah setengah berlari, dia menyuruhku menutup pintu dan jendela. Diambilnya sebuah kitab kecil dari tas nya bertuliskan Al Ma'surat, dibacanya kitab itu, ternyata isinya beberapa kandungan Alquran. Dibaca kadang pelan kadang dengan nada tinggi. Bayi Zidan mulai tenang di gendongan uminya. Perlahan-lahan mulai tidur pulas.

***

Mbak Zarima mulai berkemas, suaminya sudah datang dan sudah mendapatkan rumah sewa yang tidak jauh dari posko cowok, sekitar 100m jaraknya. Tadi malam ketika dosen pembimbing kami datang dia sudah meminta ijin untuk menyewa rumah sendiri karena membawa bayi dan diakhir pekan suaminya akan rutin berkunjung, jika serumah dengan kami para gadis cantik tentu akan rikuh dan tidak patut.Beberapa barang sudah diangkut suaminya satu persatu. 

"Semuanya, Mbak pamit ya, seringlah main ke kontrakan Mbak" 

"Iya, Mbak. Sudah pasti itu," timpalku

"Oh y,a, Lidia. Ini Alma'surat, mbak berikan untukmu," katanya sambil menyodorkan kitab kecil itu

"Loh, mbak. Mbak gimana? Mungkin Mbak lebih membutuhkan," kataku tidak enak hati

"Mbak sudah hapal. Kalian harus rajin mengaji, jangan sampai tinggalkan salat lima waktu, di sekitar kalian, banyak di huni bangsa astral," katanya pelan. Membuat kami berlima duduk merapat kearahnya.

"Pohon jeruk bali disamping rumah ada penunggunya, sepertinya bukan cuma satu, tapi lebih dari satu," kata mbak Zarima lagi

"Mbak bisa melihatnya?" tanya Rani

Bab terkait

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 5. Kantor Kecamatan 1

    "Aku gak bisa melihatnya, tapi bisa merasakan energinya, kalian hati-hati. Lidia, tolong baca Alma'surat itu setiap hari sehabis salat subuh, supaya rumah ini bercahaya sehingga makhluk halus takut mendekat." "Iya Mbak, InsyaAllah," kataku sambil memandang kitab kecil itu "Mungkinkah penghuni jeruk bali itu sejenis kun?" "Huss! Rani, jangan diteruskan ucapanmu, kita tahu sama tahu saja, siapa tahu pembicaraan kita didengar olehnya," potong Gina "Bisa jadi mereka ada yang nimbrung di sini," ucap Nurulia "Haish! Stop! Bisa diam nggak?" ucapku meradang, bisa gak sih, gak pakek nakut-nakutin Pantas nyai Rudiah ngelarang mendekati pohon jeruk bali, ternyata ada alasan mistisnya. Atau ada alasan lain? ***** Huuhhhfff ... kehembuskan napas panjang, kuhirup udara dan mengeluarkannya dengan kuat, dada sampai mengelembung. Baru tiga hari di desa ini sudah banyak yang bikin spot jantung. Semalam adalah pengalaman terseram selama hidupku. Membayangkan anak kecil itu memutar kepalanya hiii

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12
  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 6. Kantor kecamatan 2

    Kantor kecamatan seperti sebuah bangunan perkantoran pemerintah daerah pada umumnya. Di tengahnya terdapat gerbang masuk perkantoran. Halamannya nampak gersang, bagian pinggirnya ditumbuhi pohon pinang yang buahnya sudah banyak yang masak. Di depan kantor, terdapat beberapa motor yang terpakir. Kami di sambut salah satu pegawai yang memakai baju olah raga, sepertinya kalau hari jumat mereka memakai seragam olah raga semua, sebelum memulai tugas mereka melakukan senam SKJ dahulu. Namun ada beberapa orang memakai pakaian biasa sedang duduk di bangku panjang yang disediakan, sepertinya mereka warga mau mengurus surat menyurat seperti KTP atau kartu keluarga. Kami menyalami para pegawai di sana, mereka menyambut kami dengan ramah. Selanjutnya kami diarahkan ke sebuah ruangan, di sana kami di sambut oleh seorang bapak, kumis tebalnya membuat bapak tersebut penuh wibawa. "Pak Camat ada urusan di kabupaten, rumah dinasnya ada di belakang kantor ini, tapi kalau akhir pekan beliau pulang ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12
  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 8. Kopi panas

    Sabtu sore akhirnya proposal ini selesai, ku print satu rangkap dan kuserahkan pada Bang Joseph dan tim pelaksana untuk dikoreksi, ternyata mereka setuju dengan isinya, hanya ada beberapa hal yang harus direvisi. Jam 4 sore semua sudah selesai, sudah diprint dan dijilid. Semua proposal kumasukkan ke tas ransel dan cau, mengunjungi pak kumis baplang. Aku tidak sabaran ketemu dengannya. Kuajak Widya untuk menemani."Cepetan Wid, nanti keburu sore," kataku mendesak Widya yang sedang memakai sepatu."Udah, pakai sandal aja, lama banget. Cuma dekat ini," lanjutku gak sabaran, duh, Widya tibang deket sini aja pakek sepatu kets, bener-bener ni anak."Sabar dong Lid, sendalku gak ada di sini. Sebagai mahasiswa, lebih berkarisma pakai sepatu," katanya sambil mengikat tali sepatu."Lagian buru-buru amat kamu tu, kayaknya kangen banget sama Pak Sumarlin," katanya lagi asal bicara."Iya, kangen aku ama kumisnya," jawabku yang juga asal."Ha?? Lidia... beneran kamu? Udah error nampaknya otakmu seh

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 9. Piket Harian 1

    Hari minggu pertama di desa ini ... welcome sunday!Rencananya hari ini aku dan teman-teman mau mengobok-obok pasar kalangan. Tapi rencana itu masih jam sepuluh nanti, sekarang masih jam tujuh pagi, waktunya nyuci baju. Eh ... tapi tunggu dulu, aku belum punya ember besar nih, ember kecil seupil gini mana bisa membawa baju kotorku yang sudah empat hari belum di-eksekusi. Ah, mending main ke kontrakan mbak Zarimah, mumpung masih pagi.Sebelum ke rumah mbak Zarimah kusempatkan ke posko cowok, di sana Rani dan Gina sedang memasak, Ilham juga nampaknya sedang mencuci ikan dan wow ... nampak Markus sedang menggiling cabe pakai gilingan batu."Kenapa gak diblender saja Kus?" tanyaku"Ah, dak enak cabe blender-nya. Enak digiling tangan aja nya," jawabnya Sesekali anak itu menyeka keringat memakai bahunya. Hmm, dasar orang medan, kalau ngomong gak ketinggalan nya ... nya ...."Emang gak panas tanganmu?" tanyaku lagi"Ya panas lah ... ae, komentar aja nya kau ni, bantuin kek?" ujarnya masih

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 10. Piket Harian 2

    Hari senin ini giliran aku piket. Rasanya belum hilang capekku setelah kemarin menyusuri pasar kalangan, membeli semua sembako. Ada minyak, beras, tepung, gula, kopi yah... segala macam barang. Walau rame-rame aku kebagian membawa sekerdus mie instan. Memang tidak terlalu berat, tapi kalau berjalan 1 km? ya pegel juga.Aku piket bareng mbak Zarima, Nurulia, Rasyid dan Ilham. Mbak Zarima walau sudah menikah ternyata tidak pandai memasak.Kalau di kampus, dia jarang masak, seringnya beli lauk matang atau nasi bungkus. "Mbak cuma berdua dengan dedek Zidan. Bang Ikhram kan jarang bersama kami kalau nggak weekend," katanya memulai cerita."Bahkan waktu pertama nikah dulu, aku di suruh goreng ayam tepung sama mertua, luarnya sudah gosong, dalamnya masih mentah. Serumah ada ayah mertua, kakak ipar dan adik Ipar mau muntah makan masakan aku," kata mbak Zarima, sambil mengiris-iris bawang merah."Nggak kebayang itu ayam dua kilo tekenyah* untuk makan kucing sama anjing tetangga," sambungnya s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 11. Rumah kosong di belakang posko

    šŸššŸššŸššŸššŸš"Nih, untuk kamu," kata lelaki jangkung di depanku sambil mengulurkan kantong plastik berwarna hitam"Apa ini,Bang?" tanyaku penasaran. Sebenarnya bukan penasaran dengan isi kantong plastik itu, tetapi lebih tepatnya penasaran dengan motif dibalik pemberian ini "Ambil saja, oleh-oleh dari kota," katanya sambil meraih tanganku dan menaruh paksa kantong plastik itu."Hei, cuma Lidia saja yang dikasih?" Tiba-tiba Widya muncul dan menyambar kantong plastik di tanganku dan membukanya."Wah, buah pir, nih. Kok cuma empat buah. Bener-bener ini cuma buat Lidia doang?" lanjutnya sambil mengerucutkan bibir."Ah, aku memberi Lidia cuma sebagai tanda terima kasih karena sudah membuat proposal kegiatan dengan sangat baik, kok.""Hmm, beneran cuma itu? Bukan karena Bang Joseph suka sama Lidia kan?" kata Widya lagi masih dengan ekspresi cemberut"Ngarang kamu," kata Joseph sambil berlalu, tapi kurasa ada gurat aneh pada ekspresinya."Apa-apaan sih, Wid? Pakek ngomong gitu sama Bang Jos

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 12. Nyai Rudiyah

    "Aida ... Aida, bangun!" "Aida ... Aida!" Teriakan itu benar-benar mengejutkanku. Ini masih jam empat pagi. Aku segera membangunkan teman-temanku, sepertinya teriakan itu dari rumah nyai Rudiyah.Tanpa menunggu lama aku sudah mengetuk, tepatnya menggedor rumah nyai Rudiah. Dor ... dor ... dor ... Suara gedoran itu menggema di pagi buta. "Nyai ... nyai Rudiah!" panggilku berulang-ulang. Pintu dibuka oleh Rofita, kulihat anak itu terisak-isak sambil menghapus air matanya. Tanpa bertanya aku langsung masuk ke kamar Aida. Di sana tergeletak Aida, tatapan matanya kosong. Nyai Rudiah berada di sampingnya bersama Atikah, mereka sedang menangisi Aida. "Aida kenapa nyai?" Aku bertanya dengan suara keras, agar orang tua itu menyadari kehadiranku. Tapi dia tidak menjawab, tangisnya malah makin kencang. Tak kuhiraukan orang tua itu lagi, segera kuperiksa keadaan Aida. Astagfirullah, badannya panas banget. Kuperiksa napasnya, hmm napasnya sepertinya tidak teratur. Kuperiksa perutnya se

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 13. Pakdo Marlin

    "Pulang dulu, yuk, salat subuh dulu, mandi, sarapan baru nanti ke sini lagi," lanjutnya setelah beberapa detik tidak ada jawaban dariku. Aku mengangguk pelan, kemudian menghampiri nyai Rudiah untuk berpamitan. "Tolong tengok Rofita dan Atikah yo, Lidia," katanya memberi pesan padaku "Iyo, Nyai tidak usah kwatir." Udara dingin menusuk tulang, tadi karena terburu-buru aku tidak sempat memakai jaket, hanya kaos oblong dan celana training panjang yang kupakai. Bang Joseph melajukan motor dengan kecepatan sedang, ingin kupeluk dirinya dari belakang untuk mengusir dingin, sambil menceritakan rasa penasaranku dengan Nyai Rudiah dan Aida, tapi kami tidak seakrab itu, rasanya sungkan melakukan hal itu. Kulipat tangan kedepan untuk mengurangi rasa dingin, kutepis pikiran untuk memeluknya, Lidia ... sudah gila kau! Sampai di posko cowok Bang Joseph menghentikan motornya, di tidak bisa mengantar langsung ke posko cewek, karena harus melalui pematang sawah, hanya orang yang ahli dan terbias

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27

Bab terbaru

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 79. Samawa selamanya

    POV Bayu Arya"Kenapa ngelihatin aku kekgitu? Awas ... aku mau mandi!" teriaknya galak sambil mendorong tubuhku.Duh ... lucunya, kalau lagi malu kayak gitu toh tingkahnya, aku terus menatapnya dengan senyum menggoda. Dia hempaskan pintu kamar mandi dengan kuat. Tenang saja cantik, akan kutaklukan kegalakkanmu nanti.Selagi dia mandi aku keluar kamar, menyuruh pelayan hotel membawa minuman hangat karena yang dingin sudah ada di kulkas, serta menyuruhnya membawa penganan pempek kesukaan istriku, kuberi mereka beberapa lembar uang, aku menyuruhnya mencari di restoran yang terkenal menyediakan makanan tersebut, juga membeli sate madura kesukaanku, dan beberapa makanan ringan. Sesampainya di kamar, kulihat istriku itu sudah selesai mandi, dia masih memakai piyama mandi warna putih, duduk di tepi ranjang sambil memainkan handphonenya. "Darimana?" tanyanya"Pesan makanan. Nanti kalau pesanan datang, terima ya? aku mau mandi," kataku melangkah ke kamar mandi"Aku gak mau, pelayannya cowok

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 78. Resepsi pernikahan

    Pov BayuSetelah akad nikah, aku kembali lagi ke hotel, sesuai perjanjian kami, kami tidak akan bermalam pertama jika resepsi belum di gelar.Kenapa aku menyetujui perjanjian konyol yang di ajukan Lidia itu. Ah, sekarang aku yang tersiksa sendiri kan? Wajah cantiknya di akad nikah tadi yang seperti bidadari turun dari kayangan sekarang jadi terbayang-bayang. Apa coba yang akan aku lakukan seharian besok Sabtu? Coba kalau ... jiah, aku benar-benar harus bersabar sekarang.Aku melangkah ke lobby hotel bintang lima di kota ini, menuju resepsionis. Aku pesan kamar presiden suit, sekarang aku tinggal di kamar VVIP. Kupesan agar kamar itu dihiasi dan didekorasi untuk bulan madu. "Untuk minggu Malam, ya!" kataku pada petugas hotel"Baik, pak," jawab petugas hotel ituAku kembali ke kamar dan rebahan, kucek status facebookku di grub relawan yang pernah aku ikuti, ternyata sudah ramai sekali. Ada yang mendoakan pernikahanku, bahkan sebagian mereka akan segera meluncur ke kota ini. Kubalas sa

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 77. Akad nikah

    Pov LidiaPersiapan pesta pernikahan tinggal dua puluh persen, undangan sudah tersebar. Mas Bayu tidak mengundang temannya sama sekali, katanya hanya akan mengabari di grup facebook. Akad nikah akan diadakan hari Jum'at selepas salat Jum'at dan resepsinya hari minggu, sudah menjadi kebiasaan di sini resepsi diadakan hari minggu, mengingat hari libur, bagi yang kerja kantoran bisa menghadiri pesta.Selama persiapan pesta Mas Bayu tinggal di hotel, Mamak bilang pamali bertemu mempelai wanita sebelum hari H. Aku dan dia hanya bisa ngobrol via telpon, rasanya kangen banget tiga hari gak ketemu sama dia. Sebelum tidur, dia pasti selalu menghubungiku dulu. "Sayang, sedang apa?" tanyanya di seberang telpon.Aku masih belum terbiasa dengan panggilannya, rasanya ada yang menggelitik di hati ini, Sayang? Ow, uwu ...."Emm, baru mau tidur Mas," kataku malu-malu meong."Oya, tadi kata Pakdo Marlin Bibi Rudiyah sudah pulang dari Rumah sakit, keadaannya juga sudah membaik, InsyaAllah besok dia ke

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 76. Lamaran

    Aku tak kuasa menahan tangis melihat kondisi Nyai Rudiyah yang tinggal kulit berbalut tulang. Napasnya tinggal satu, dua tersengal-sengal. Rofita, Afikah dan Aida begitu senang aku datang. Aku sempatkan membeli oleh-oleh jajanan di sebuah warung sebelum ke sini."Nyai, apa kabar? Ini Lidia ... Nyai sakit kenapa tidak ngabari?" kataku tulus sambil menggenggam tangannya."Lidia ... kenapa datang jauh-jauh? terima kasih sudah datang menemuiku." "Nyai, kami akan membawa nyai ke Rumah sakit. Mau ya, nyai dirawat di rumah sakit?" "Ah, tidak usah repot-repot Lidia. Sepertinya kau membawa teman, siapa dia?" kata Nyai Rudiah sambil menoleh ke arah Mas Bayu yang dari tadi berdiri di depan pintu kamar.Aku melambai ke arahnya, Mas Bayu mendekat ke arah kami."Bibi ... Bibi harus segera sembuh," kata lelaki itu mendekat ke arah Nyai Rudiyah.Wanita tua itu tercekat, dia sangat terkejut melihat siapa yang datang. Matanya melotot, bibirnya bergetar, bahkan seluruh tubuhnya gemetaran. Mas Bayu mer

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 75. Menemui Pakdo Marlin

    Walau aku sudah mendengar tadi subuh obrolan mereka, namun mendengar langsung dari mulutnya membuatku sedikit berdebar. "Maukah kau menikah denganku?" tanyanya Aku hanya tersenyum simpul, jadi dia sedang melamar nih ceritanya? "Kau melamarku di mobil yang tengah melaju?" "Kenapa? Kurang romantis, ya?" "Lamarlah pada Bapakku, minta baik-baik sama dia." "Oo, itu pasti, sampai rumahmu langsung kuminta anak gadisnya," katanya tersenyum lebar. "Kalau gitu aku sekalian ngundang Pakdo Marlin sama Nyai Rudiyah," kataku "Kenapa? Mereka bisa tahu dong kalau aku masih hidup," katanya. "Sebaiknya mereka tahu, kau tidak perlu memusnahkan rumahmu, biar mereka yang melakukan. Sekalian Mas minta maaf pada nyai Rudiyah, walau bukan diri Mas yang menghabisi anak-anaknya, namun peliharaan Mas yang melakukannya, itu sama saja jadinya. Kalau Pakdo Marlin, diakan sudah tahu juga aku pernah bertemu denganmu," kataku "Ya, baiklah jika menurutmu begitu." ****Kami memasuki lorong kediaman Pakdo M

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 74. Melamar di mobil

    Pagi ini aku bangun tidur lebih cepat, kulihat di handphone menunjukkan pukul 4 pagi. Aku segera melaksanakan salat Tahajud, kuminta Allah agar segera membebaskan lelakiku itu dari pasungan jin yang menguasainya selama ini.Aku masih terbayang bagaimana Kiyai Amran sangat kesulitan menaklukkannya, hingga Kiyai Amran kuwalahan menangkis serangan dari Mas Bayu. Ah, pria itu benar-benar sakti, dikeroyok beberapa orang saja menang. Semua orang sampai takut-takut menyerangnya. Sehingga dia dilumpuhkan pakai senapan obat bius. Ah, sudah seperti memburu harimau sungguhan.Selepas mengaji aku bergegas ke musola ingin ikut salat subuh berjamaah. Ternyata masih lima belas menit lagi Azan Subuh. Aku segera memasuki masjid yang masih lenggang belum ada jamaah putri yang datang. Aku duduk mengambil tempat paling depan. Rencana mau kusambung tilawahku sambil menanti Azan Subuh. Tiba-tiba beberapa jamaah pria datang, suara sandal dan obrolan jelas terdengar, karena tempat wanita dan pria dibatasi se

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 73. Pergi ke tempat kiyai Amran

    Pov LidiaKami akhirnya benar-benar pergi siang ini ke Merangin. Bapak sebenarnya keberatan, karena aku baru sembuh dari sakit, namun lelaki itu meyakinkannya bahwa dia akan menjagaku. Andika kuminta menemaniku, tapi dia menolak beralasan kalau dia sudah banyak tertinggal mata kuliah sewaktu menungguku di rumah sakit.Kami berangkat selepas salat zuhur, sesudah makan siang. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, aku duduk di sebelahnya memandang lurus ke depan."Tidurlah, biar badanmu lebih sehat. Atur kursinya, agar bisa berbaring nyaman," katanya Kutarik besi pengatur kursi, namun posisinya tidak juga berubah."Gimana sih ngaturnya ini?" gerutuku, karena sudah berusaha tetapi belum juga kursi itu rebah.Lelaki itu menepikan mobilnya ke badan jalan, ditariknya besi pengatur itu sehingga kursi itu rebah, jaraknya yang tertalu dekat denganku membuat dada ini mendesir, tercium aroma tubuhnya seperti dulu, aroma yang pernah kucium ketika berboncengan motor dengannya. Ku

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 72. Permintaan Lidia

    Pov. Bayu Arya"Apakah kau sudah mendapat apa yang kau cari dengan keliling dunia, Mas?" tanya gadis itu. Dia menatap air sungai yang tenang, setenang wajahnya yang kini dibalut jilbab, sehingga seluruh tubuhnya tertutup. Aku menyukai cara berpakaian dia sekarang, dia lebih terlihat anggun dan mempesona. "Aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya aku cari, aku melakukan semua itu sebenarnya hanya pelarian, mencoba melupakan istriku, namun semakin aku melupakannya, justru luka itu semakin dalam." "Kau sudah menuntut ilmu sampai ke Universitas nomor satu di dunia, bahkan dua Universitas paling top di dunia dengan biaya yang sangat mahal. Namun, pernahkah kau berpikir untuk mencari ilmu agama, bekal untuk menuju kehidupan yang akan kekal abadi di akherat?" Kata-kata gadis itu menohok ke relung hati yang paling dalam. Aku tidak bisa berkata apapun, aku hanya terdiam seribu bahasa."Mas Bayu ... mungkin kegersangan hatimu karena kau belum menemukan petunjuk dan hidayah dari Allah. Car

  • Misteri Cinta di Lokasi KKNĀ Ā Ā 71. Kisah Bayu Arya 3

    POV Bayu Arya Gadis itu sekali pandang sudah membuatku jatuh hati, lentik bulu matanya, hidungnya yang bangir, senyumnya yang ... aduh, tidak bisa kujelaskan karena aku benar-benar mabuk dibuatnya. Aku tahu, Aslan yang memilih gadis itu untuk meneruskan keturunan keluarga Aslan. Namun, aku juga mencintainya sedalam-dalamnya.Sudah tiga puluh tahun usiaku, namun baru kali ini aku merasakan jatuh cinta pada wanita, ternyata jatuh cinta itu sangat membuatku bahagia dan bersemangat. Tidak butuh waktu yang lama untuk menyuntingnya jadi pendamping hidupku. Aku tidak lagi hidup sendiri, karena ada belahan jiwa yang bisa kusalurkan rasa kasih sayang dalam jiwaku.Tidak ada yang mengenal namaku Bayu Arya selain paman Ja'far dan Bibi Rudiyah. Mereka semua mengenalku Bagindo Aslan, maka ketika ijab qobul aku memakai nama Bagindo Aslan. Namun, satu yang tidak kusadari, Paman Ja'far menulis nama lengkapku ketika menjadi saksi pernikahan Sumarlin, bocah yang kuselamatkan nyawanya memakai racikan a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status