Sore itu, sore dimana Thea dan juga Adriell melangsungkan pertunangan. Ya sore itu dalam keadaan Thea yang kacau, kedua orang tua mereka pun memaksa Thea dan juga Adriell tukar cincin. Dan mereka akan menikah satu minggu lagi .
Dan sekarang lihatlah, Thea di kurung di dalam kamar, dan tidak di perbolehkan keluar sebelum mereka menikah.
Bukan masalah di pinggit atau apapun itu. Media sedang mengincaar dia dan juga Adriell. Untuk klarifikasi soal Vidio mesum Thea dan juga Adriell yang lagi gencar.
Padahal mereka tidak melakukan apapun, Thea masih ingat kok wajah kakak kelas yang melakukan hal itu. Tapi kenapa malah Thea yang di suruh nikah sih. Harusnya mereka yang melakukan hal itu yang di nikahkan, bukan Thea dan juga Adriell.
Harusnya kan mereka semua mencari tau kebenaranya dulu, enggak langsung tergesa-gesa dan langsung nikah begini. Kan sayang masa muda Thea, masih pengen japan-jalan tapu udah di paksa menikah muda. Yang ada stres berkepanjangan.
Padahal udah di pikirin, lulus sekolah mau kuliah jurusan apa, main kemana, terus muncak kemana. Atau engak naik gunung atau bukit, pokok holiday sampai bosen baru nikah.
Tapi nyatanya semua itu seakan pupus di tengah jalan. Harapan kebebasan Thea seakan di rengut paksa karena Vidio mesum yang menyeret namanya.
Drrrtt.....
Getaran ponsel membuat Thea menoleh. Dia pun menatap ponsel miliknya berwarna gold, menyala dengan sempurna. Tanda jika ada pesan masuk ke dalam ponselnya.
Hanya melangkah dua kali saja, tangan Thea meraih benda pipih kesayangannya. Ternyata Aqilla yang mengirim pesan pada Thea siang ini.
Aqilla
Lo kemana? Bolos sekolah karena gosip itu? Sekolah gencar karena lo enggak masuk sama adriell juga. Mereka pikir lo di DO dari sekolah bareng Adriell.
Thea menghela nafasnya kasar, harusnya Mami Adriell membiarkan Thea masuk, agar kasus ini tidak merajalelah. Tapi sayangnya dia malah tidak di iznkan masuk ke sekolah. Mentang-mengang Adriell yang punya sekolah aja, langsung di skor selama seminggu agar keadaan membaik.
Thea bahkan memiliki pemikirian buruk. Kalau dia enggak masuk dalam satu minggu kedepan, yang ada mulut anak yang sekolah disana semakin ganas. Di kira Thea lagi dari kenyataan, harusnya mereka semua tau jika mereka harus menghadapi masalahnya, bukan menghindari kayak gini terus ujung-ujung nikah tanpa perasaan.
Anthea
Gue enggak bakal masuk selama satu minggu ke depan. Jangan tanya kenapa, kasusnya lebih parah dari pada di sekolah. Mau tau? Datang aja kerumah, gue stay home. Berasa kayak di pasung di kamar.
Setelah mengirim pesan pada Aqilla, Thea pun langsung menghubungi Adreill. Agar dia mau datang kerumahnya saat ini juga. Ada ba yak yang harua dia bahas, dan membahas hal ini agar segera selesai sebelum pernikahan terjadi. Minimal undangan belum di sebar.
"Driell bisa ke rumah? Gue mau ngomong penting sama lo." kata Thea saat Adriell menerima telepon Thea.
"Ada apaan? Lo kan tau ini kita lagi di pingit ya kali gue ke sana."
"Kita jaman now bukan jaman old. Gue tunggu sekarang. Nanti langsung masuk aja gue di kamar."
"Kok lo udah ngajakin gue ke kamar sih The, kan kita belum sah." kekeh Adriell yang masih bisa di dengar dengan Thea.
"Bacot!! Buruan datang ke sini, gue tunggu enggak pake ngaret ya."
Thea mematikan sambungan telepon itu, mengingat ucapan Adriell udah kelewatan. Thea tau dia ini cuek dan memiliki otak mesum yang di atas rata-rata. Makanya Thea sedikit harus jaga-jaga kalau dia masuk ke kamar Thea.
Tapi kalau enggak masuk kamar mereka mau bahas soal ini dimana? Mengingat kedua orang tua Thea sedang sibuk di bawah sana, mempersiapkan acara pernikahan Thea dan juga Adriell.
Memikirkan hal ini membuat Thea pusing sendiri. Dan semoga saja Adriell cepat datang ke sini dan menemuinya.
*****
"Mi Adriell keluar bentar." ucap Adriell sambil berlari dari arah tangga.
"Mau kemana kamu. Kan lagi enggak boleh keluar?" jawab Maria.
"Mau kerumah Thea katanya ada penting bentar." jawab Adriell dan berlalu.
"Eh kalian kan di pinggit." teriak Maria, saat tau Adriell handak pergi.
Adriell menoleh dan mendesah, lagian ini jaman apa sih kok pake pingit-pingit segala dumelnya dalam hati.
"Mi, Adriell sama Thea itu hidup di jaman now bukan jaman old. Kayak Mami sama Papi nikah aja harus di pingit. Sekarang ma kalau di pingit yang ada yang mau nikah kabur." jelas Adriell berharap Maria mengerti.
Lagian ini jaman modern, enggak harus di pinggit-pinggit. Kecuali dia tinggal di kraton, mungkin hal itu masih berlaku.
Adriell langsung pergi begitu saja, tanpa harus menunggu jawaban maminya. Bisa berabe kalau maminya terus tanya terus mau ngapaij ke rumah Thea. Apa lagi Thea yang bilang buruan sudah di pastikan, kalau lama pun dia bakalan ngomel-ngomel bikin telinga Adriell panas dingin, kayak air shower.
Sampainya di rumah Thea, Adriell pun Langsung masuk. Ketuk pintu juga enggak ada yang bukain, terpaksa dia harus nyelonong masuk tanpa sopan
Lagian ini rumah segede ini mendadak sepi juga enggak ada orang sama sekali. Mengingat kata sepi Adriell jadi inget vidio mesum di gudang sekolah yang menyeret namanya. Terus sekarang Thea malah ngajakin ke kamar.
Itu bocah enggak takut kalau Adriell pegang-pegang?
"THEA LO DI MANA?" teriak Adriell di lantai bawah.
Thea yang mendengar teriakan Adriell, pun langsung keluar kamar dan melihat ke bawah. Disana ada Adriell yang sedang celingukan. Thea juga agak sedikit kaget saat menatap rumahnya sepi. Perasaan tadi banyak orang deh, kenapa sekarang malah enggak ada. Tapi saat tau Thea, Adriell pun langsung berlari ke arah tangga dan menghampiri Thea.
Adriell langsung melangkah mengikuti langkah kaki Thea, yang ternyata menuju kamarnya.
"lo enggak takut apa gue apa-apain?" ucap Adriel menatap isi kamar Thea.
Thea mendengus lalu menyeret Adriell untuk ke balkom kamar. Menatap jalan raya yang sepi, mengingat rumah Thea ini di perumahan.
"Otak minus lo jangan di gunain dulu kalau sepi, gue ngeri." jawab Thea sewot.
"Udah tau ngeri, kenapa lo ngajakin gue ke kamar lo. Entar kalau gue.lepas kendali gimana?" ucap Adriell dengan alis yang naik turun menatap Thea.
"Gue lagi pengen bahas sesuatu sama lo." ucap Thea mengalihkan pembicaraan.
Lagian Adriell hobi banget bicara hal-hal yang minus. Kayaknya otaknya emang penuh banget sama film blue, jadi hal begini dia langsung mode on.
"Hahas apaan? Pernikahan kita?" tanya Adriell menoleh ke arah Thea.
Thea menggeleng, "Bukan itu, gue malah enggak mikirin pernikahan kita."
"Terus apaan?"
"Soal vidio itu. Kita harus cari tau mereka itu siapa, biar pernikahan ini enggak terjadi Driell. Lagian ya gue masih mau main main, enggk mau terikat dulu sama pernikahan gue takut." jelas Thea menatap Adriell.
Adriell diam dia juga sebenarnya takut, apalagi dia masih sekolah kerja aja engak. Terus nanti setelah nikah apa yang harus di kasih ke Thea? Masak iya di kasih materi sekolah tiap hari. Emang setiap hari harus makan buku materi sekolahan apa? Kita makan nasi dan beli nasi juga pake duit. Duitnya cari dari mana kalau Adriell enggak kerja?
"Lo masih inget kan wajah mereka? Kakak kelas kita, tapi sayangnya namanya enggk ada." ucap Thea lagi .
Adriell mengangguk dia tau soal wajah mereka berdua. Dan masih teringat di kepala Adriell, bagaimana rupanua, dia masih ingat semuanya.
"Tapi masalahnya kita kan enggak boleh sekolah dulu." jawab Adriell frustasi.
Ya benar satu minggu ke depan di larang sekolah. Nanti masuk sekolah udah ganti status menikah dengan Thea. Ya Tuhan rasanya Adriell pengen mati aja.
"Itu yang gue bingungin, lo enggak punya temen apa yang bisa di mintain tolong. Tapi kita juga bego sih, enggak ngefhoto mereka berdua."
Ya ampun kenapa enggak kepikiran sampe sana ya waktu itu. Padahal maa hape mereka berdua juga aktif semua. Batrei juga masih sisa, walau cuma 15% tapi kenapa enggak kesampean ke sana.
"Bisa aja sih tapi kan mereka juga enggk bakal tau wajah nya gimana. Kalau cuma nanya soal absensi bisa. Tapi gue pastiin yang bikin vidio itu masih berkeliaran di sekolah kita."
Ya benar mereka juga enggak mungkin merasa bersalah. Lagian vidio itu terpotong tepat di kepala, hanya terlihat bahu kebawah saja tanpa kepalanya dan juga suara-suara yang menurut Thea mengerikan.
"Terus gimana?" tanya Thea pasrah, dia juga enggak tau harus apa saat ini.
"Kita keliling cari mereka juga enggak mungkin. Apa lagi kita enggak tau mereka kelas berapa, rumahnya mana. Kalau ngelibatin orang belum tentu orang itu tau juga, mending kita cari sendiri aja. Tapi enggak sekarang." jelas Adriell.
"Dan lo ngebiarin pernikahan ini terjadi ? Driell sumpah ya gue belum siap nikah sama lo." jawab Thea cepat sambil menatap Adriell enggak percaya.
"Lo pikir lo doang yang belum siap? Gue juga belum siap. Apa lagi gue masih sekolah, gue bentar lagi jadi kepala rumah tangga. Gue enggak kerja, terus gue dapat duit dari mana coba buat nyukupin kebutuhan lo? Lo mau gue kasih materi matematika setiap hari buat makan?" cerocos Adriell dan membuat Thea cemberut.
Ada benarnya juga sih kata Adriell lagian mereka ini masih kecil. Umur ujuh belas tahun juga baru beberapa bulan lalu, punya KTP lajang aja ngerasain cuma beberapa bukan. Dan sekarang status itu akan berubah menjadi KAWIN.
Ya Tuhan ngebayangin ajak membuat Thea mual. Mereka masih sekolah dan mereka harus menikah, terus tiap hari mau makan apa? Batu? Rumput? Atau apa?
"Padahal gue udah rencanain kalau lulus sekolah mau ngapain aja. Etdah taunya malah kayak gini, sial banget sih hidup gue." gerutu Thea yang masih bisa di dengar oleh Adriell.
"Enggak usah ngegerutu gue denger, mending kita nurut aja dulu. Terus habis gitu kita baru cari mereka berdua kita seret ke kantor polisi. Kalau udah terserah lo, mau pisah dari gue enggak papa. Resiko lo cuma satu jadi janda prawan, karena belum sempet gue sentuh."
Thea menoleh melotot, saat mendengar kata janda perawan sebelum di sentuh oleh Adriell. Reflek dia pun langsung memukul lengan Adriell kenceng, dan membuat Adriell meringis kesakitan.
"sakit Anthea." ringis Adriell mengusap lengannya.
"Salah sendiri punya mulut asal omong aja lo. Gue juga enggak mau kali jadi janda di usia muda gue gila apa lo." dengus Thea.
Adreill tertawa, "Yaudah enggak usah cerai, lo hidup menua aja bareng gue."
"Seneng bener lo perasaan."
"Ya seneng lah, setiap hari ada yang beresin rumah, ada yang masakin gue, cuciin baju gue. Gimana enggak seneng coba, berasa kayak Bos gue habis nikah sama lo." kekeh Adriell sambil membayangkan dirinya disama depan.
"gue bukan babu lo Adriell, dih." jawab Thea sebal dan membuat Adriell tertawa kencang.
*****
Malam pun tiba Adriell juga tak kunjung pulang seharian ini di rumah Thea. Bahkan dia sampai ketiduran di kamar Thea, karena asik nonton film action di laptop milik Thea.
Lagian itu bocah cewek sukanya nonton trailler. Biasanya kam banyakan Barbie atau enggak film-film romantise lainnya. Emang beda ini bocah.
Sedangkan Thea dia berada di bawah bersama dengan kedua orang tuanya. Dia sedang memilih gaun yang pas untuk resepsi, dan juga janji suci di gereja. pa lagi Mami Thea memilih taman sebagai tempat resepsinya.
"Mau pake biru laut atau putih sayang buat resepsi." tanya Damara, menenteng dua gaun dengan model dan warna berbeda.
"Terserah Mami aja mana yang bagus. Pokoknya cocok buat Thea sama Adriell." jawab Thea malas.
"Oke, kita ke greja pake putih terus resepsinya pake biru laut ya."
Thea mengangguk setuju, toh dia juga enggak tau harus apa selain menerima semuanya. Lagian si Adriell di ajakin ngobrol juga malah sibuk nonton film. Jadinya yaa sudah, berjuang sendiri juga enggak enak berasa kayak uji nyali.
"Non Thea ada Mbak Aqilla." kata Mbak Min.
Thea menoleh, "Suruh masuk aja Mbak."
Thea berdiri dari duduknya, dia pun langsung menatap Aqilla yang baru saja datang setelah makan malam. Enggak papa rumah Aqilla deket kok dari Thea. Satu perumahan cuma beda blok. Jalan kaki aja udah sampe, enggak perlu naik motor.
"Malem Om, Malem Tante." sapa Aqilla menyalami kedua orang tua Thea.
"Ehh ada Qila, kamu sendiri Qil?" tanya Damara tersenyum ramah.
"Iya sendiri Te, mau ada perlu sama Thea."
"Oh yaudah ngobrol di atas aja."
Aqilla mengangguk dia pun langsung menyeret Thea menuju tangga. Kayaknya kasus ini lebih parah di banding kasus di sekolah, apa maksudnya coba.
Tapi saat menuju kamar Thea, Aqilla di kejutkan oleh Adriell yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang menyentel di lehernya.
Thea yang tau Aqilla melonggo pun, langsung mendorong Aqilla masuk ke dalam kamar dan mengunci kamar ini.
"Adriell lo ngapain ke sini?" tanya Aqilla bengong.
"Numpang tidur sama mandi. Eh btw The baju lo gue pake." kata Adriell pada Aqilla dan juga Thea.
Untung saja baju Thea semua model laki. Apa lagi Abangnya laki, suka sekali pake bajunya abang yang gede dan enggak bikin kulit sesak nafas .
"Iya." jawab Thea cuek .
"The please jelasin sama gue apa yang terjadi, dan kenapa Adriell ada di kamar lo." ucap Aqilla heboh.
Thea menarik nafasnya dalam-dalam dan menghebuskannya secara kasar, "Gue seminggu lagi mau nikah sama Adriell." jelas Thea.
"What ?? The please, jangan bercanda." jawab Aqilla kaget bahkan dia nyaris berteriak, kalau Thea tidak menempelkan jarinya di bibir Aqilla.
"Ini serius tau. Gue sama Thea mau nikah minggu depan makanya lo datang ya." jawab Adriell santai.
Aqilla menepis tangan Thea yang ada di mulutnya. Lalu menatapnya sebal, dia pikir enggak sesak nafas apa digituin.
"Tapi kenapa? Lo kan masih sekolah semua, lo pikir nikah itu gampang apa?" cerocos Aqilla.
"Yah kalau nikah doang maa gampang Qil. Yang susah kan kehidupan setelah nikah." jelas Adriell sok bijak.
"Itu maksud gue Dreill. Lagian kenapa enggak nolak aja sih ini, pasti perkara vidio mesum itu kan?"
Thea mengangguk dia pun duduk di sofa kamar ini dengan cemberut. Lalu bercerita pada Aqilla apa yang terjadi.
Dari vidio itu sampai sore harinya Adriell datang kerumahnya dan kita tunangan. Setelah itu pengumuman pernikahan minggu ke depan. Di tambah lagi pelajaran pernikahan selama lima hari, karena keluarga Adriell ingin di percepat.
Thea rasanya ingin mati aja kalau begini caranya. Dia bingung setelah menikah harus ngapain? Kan dia juga enggak tau mau ngapain juga. Setelah ini menyandang status istri Adriell. Dan di pastikan jika setelah menikah mereka tidak akan tinggal dalam satu lingkup lagi. Melainkan punya rumah sendiri dan jauh dari kedua orang tua.
Thea benar-benar tidak sanggup.
TBC.
Thea menatap banyak orang yang berlalu lalang di rumahnya. Mereka semua pada mendirikan panggung kecil di belakang rumah, padahal taman ini tidak terlalu lebar. Di tambah lagi ada kolam renang yang akan di hias dengan lilin, dan juga tulisan yang mengambang di atas air.Tinggal tiga hari lagi mereka akan menikah setelah itu— Ya Tuhan rasanya Thea belum siap. Dia ingin kabur dari rumah tapi kalau pun kabur, masalah tidak akan selesai yang ada malah tambah parah.Helaan nafas keluar dari mulut Thea. Dia pun bangkit dari meja makan dan ingin menuju kamar. Tapi langkahnya terhenti saat melihat pendeta datang kerumahnya."Selamat pagi Pak Daniel". sapa Thea sopan."Selamat pagi Thea, sudah siap?"Thea mengangguk dia pun menatap pintu yang terbuka. Dan Adriell yang baru saja datang dengan muka bantalnya. Mngkin dia baru saja bangun tidur dan langsung datang ke sini.&n
Hari-hari di lalui Thea dengan berat. Hari pernikahan dia semakin dekat, dan di pastikan dia merasa gugup saat ini.Dia memang masih sering bertemu dengan Adriell bahkan hampir setiap hari. Pagi dia pelajaran pernikahan, siang sedikit Thea hanya akan rebahan di kamar tanpa keluar kamar. Makan aja di kirim ke kamar enggak boleh keluar kamar sama sekali.Bosan.Tentu saja iya, dia cukup bosan jika hidup hampir satu minggu begini begini terus. Keluar juga dia bareng Aqilla, mungkin ke mall atau ke taman hanya sekedar menghibur hati. Walaupun nanti endingnya sama, dan enggak akan merubah nasip Thea.Seperti siang ini demi mengasamkan pikiran, Thea pun memilih pergi ke salah satu mall seorang diri.Aqilla sedang sekolah dan Adriell udah di pastiin kalau dia sedang tidur, kayak orang mati susah di bangunin dan harus teriak dulu baru dia bangun.Bayangin
Dengan gaun putih bersih dan juga kain fiel yang di buka, Thea pun turun dari mobil. Hari ini adalah hari dimana dia akan mengucap janji suci di hadapan Jesus. Bisa saja Romo di panggil ke rumah dan mereka melangsungkan janji suci, tanpa harus kegereja. Tapi Thea tidak mau, dia ingin datang ke greja dan meminta restu kepada Tuhan untuk memberkati pernikahannya.Seperti kali ini Thea di himpit oleh kedua orang tuanya dan juga kedua saksi. Jangan lupakan Aqilla yang berjalan di belakang Thea saat ini. Thea pun digiring masuk dan di depan pintu greja, disana sudah Adriell yang berdiri dengan gagahnya, dengan baju putih polos tanpa warna. Dari atas hingga bawah pun warna sama. Sama-sama putih, Thea baru tau kenapa Adriell ngotot ingin pernikahannya berwatna putih. Dia ingin pernikahannya sakral dan seperti di negeri dongeng, bahagia untuk selamanya.Dia tersenyum dan hal itu mampu membuat Thea gugup. Bahkan kalau saja tangan Da
Thea menatap cowok di sampingnya yang masih terlelap. Mungkin karena capek mengingat acara semalam sampai jam 12 malam. Di tambah lagi Thea dan juga Adriell harus berdebat dulu, masalah kamar dan juga malam pertama.Malam itu----Setelah acar selesai Adriell dan juga Thea masuk ke dalam kamar Thea. Tentu saja hal itu langsung membuat Thea menatap Adreill heran."Lo mau ngapain?" tanya Thea heran."Ngapain gimana maksud lo?" jawab Adriell bingung."Maksud gue lo mau ngapain masuk ke kamar gue. Gue kan mau ganti baju." jelas Thea dam membuat Adriell menghela nafasnya kasar.Ini orang lupa apa sih sampai masuk kamar aja harus di tanya ngapain? Pikir Adriell."Lo pikir gue juga enggak ganti baju apa? Gue juga mau ganti baju terus tidur." jawab AdriellThea melonggo dia
Hari pertama setelah menikah Thea harus bangun pagi menyiapkan sarapan, seragam sekolah miliknya dan juga milik Adriell. Memasukan beberapa buku ke dalam tas miliknya dan juga milik Adriell.Lalu Thea pun masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi lebih dulu. Setelah itu membangun Adriell yang tidurnya udah kayak kebo, susah di bangunin."Driell bangun udah pagi." ucap Thea sambil mengoyangkan tubuh Adriell untuk terbangun.Adriell yang merasa tergangu dalam tidurnya pun, menepis tangan Thea dan menarik selimut tebalnya agar menutup tubuhnya.Thea berdecak sebal dia juga tidak tinggal diam. Dia pun langsung menarik selimutnya dan mencubit pipi Adriell."Sakit The, apaan sih lo main cubit aja." dumel Adriell dengan mata tertutup."Bangun makanya, enggak bangun gue cubit lagi nih pipi lo."Adriell mendengus dengan mata t
"Lo belum cerita sama gue The soal malam itu." kata Aqilla.Siang ini setelah jam istirahat yang pertama Aqilla dan Thea pun, berada di taman belakang sekolah ini. Mereka tidak pergi ke kantin, yang katanya Thea lagi malas aja ke kantin yang nampak ramai.Dia di sini duduk menghadap lapangan basket sekolah ini, sambil menatap Gio yang sedang bermain basket dengan teman-temannya.Thea tersenyum saat dia pertama kali bertemu dengan Gio. Saat dia mengikuti MOS dan meminta tanda tangan kapten basket sekolah ini.Waktu itu Gio juga menyuruh Thea bernyanyi di hadapan Gio, kalau dia ingin tanda tangan dari Gio.Dan mau engak mau, dengan suara fals Thea pun bernyanyi lagu dari mata turun ke hati. Thea pikir Gio akan mencemoh atau menghina suaranya. Tapi dia malah memuji suara Thea yang katanya bagus dan merdu.Dia baik hati saat semua anak di hukum
Setelah Doa Pagi Thea dan juga Adriell pun langsung menuju meja makan. Setelah sarapan mereka langsung berangkat ke sekolah.Setelah menikah tidak banyak yang di lakukan oleh Thea. Dia hanya makan, tidur dan bekerja seperlunya saja, tanpa harus mengurus rumah dan masak. Yang terpenting kebutuhan Adriell terpenuhi.Adriell juga sekarang udah bekerja di kantor Papi nya sebagai staff magang. Tapi yang setiap bulan di gaji. Walau pun anak, tapi Adriell mau memulai dari nol. Tidak langsung jadi CEO atau manager di perusahaan sang Papi.Thea mendukung dia juga kadang jualan online, untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Apa lagi dia mengambil barang semua dari toko baju Maminya, yang memiliki cabang di salah satu mall elit di ibukota.Adriell juga enggak masalah tentang hal itu, yang penting Thea enggak kecapekan saja. Kalau pun sampai sakit, mungkin Adriell orang pertama yang meminta Ashley untuk stop
"Omma ngasih hadiah tiket liburan." kata Adriell tiba-tiba .dengan pelan Thea pun menoleh ke arah Adriell, yang berdiri di ambang pintu, dengan tangan satu yang masuk ke saku celana. Sedangkan satunya lagi memegang dua buah tiket yang di jadiin kipas .Liburan di jam sekolah bukanlah mau Thea. Sebentar lagi mereka akan ujian kenailam kelas, dan absensi mereka cukup banyak yang alpha. Apa lagi alpha selama satu minggu acara nikah kemaren.Walau pun menjadi menantu pemilik sekolah, Thea enggak mau seenaknya sendiri. Apa lagi Adriell juga sudah mulai bekerja, jadi enggak mungkin juga tiket itu akan berlaku."Tiket liburan?" ulang Thea. "Mending tiketnya lo kasih Mami sama Papi aja, kita bentar lagi ujian, terus lo juga kerja. Kayaknya itu tiket enggk bakal berlaku deh Driell." jawab Thea."Kenapa? Ini tiket dari Oma. Tiket honeymoon kita lo nolak? Ini negara gue