Pembicaraan dengan Markus yang sebentar cukup membuat pikiran Grace teralihkan, menatap ruang ICU dimana sang ayah menggunakan alat bantu dalam menunjang hidupnya membuat Grace hanya bisa berdoa. Ponselnya sekali lagi berbunyi dimana nama Julius muncul kembali, menghembuskan nafas pelan karena pria ini sangat perhatian dan khawatir mengenai keadaan dirinya serta keluarga. Grace mengatakan jika sedang tidur tadi karena sebelumnya belum tidur sama sekali, menatap sang ayah sambil melakukan pembicaraan dengan Julius dimana tidak lama kemudian Olla menghampiri ingin berbicara dengan Julius. Grace menatap bagaimana Olla sangat dekat dengan Julius bahkan menyayanginya, meskipun hubungan mereka baru beberapa bulan tapi ikatan kedua orang beda jenis kelamin serta usia ini sudah seperti ayah dan anak. Pintu ruangan terbuka memanggil nama keluarga Grace dengan segera didatanginya bersama dengan sang ibu, menatap dokter yang sedang menjelaskan
“Bapak sudah bisa dipindah ke kamar,
Menatap tajam kearah Raditya saat mengatakan hal itu, kedua orang tuanya menatap Grace penuh tanda tanya tapi sayangnya Raditya seakan tidak peduli membuat Grace menahan diri dan bersiap dengan pertanyaan dari kedua orang tuanya. Grace menatap Raditya yang berusaha mendekatkan diri pada kedua orang tuanya juga Olla, meski Olla tampak sedikit menilai terlebih dahulu tapi secara perlahan bisa dilakukan dengan baik oleh Raditya.“Apa maksud mengatakan hal begitu?” menatap Raditya tajam saat berada di kantin rumah sakit.Raditya tersenyum “aku memang seperti ini, spontan dan tidak terduga” Grace memicingkan matanya mendengar perkataan Raditya “sejak lama aku menginginkan untuk mendapatkan istri dua tapi tidak pernah mendapatkan kesempatan dan mungkin ini jalan ketika bertemu sama kamu dimana tiba – tiba aku merasa bahwa kamu adalah yang aku cari.”Grace menatap Raditya tidak percaya lalu bertepuk tangan pelan “masuk di
Kondisi sang ayah sudah membaik bisa pulang kerumah membuat Grace bekerja dengan tenang, saat berada di kantor ads karyawan baru bernama Stefi. Wanita muda yang ramah dimana sangat cocok dengan posisinya sebagai customer service, mereka berada pada tempat kerja yang berdampingan. Grace mencoba mengajak berbicara Stefi mengenai latar belakangnya, Grace sedikit takjub karena di usia muda mempunyai semangat tinggi dalam menjalani hidup meski berasal dari keluarga berkecukupan.“Pulang naik apa?” saat mereka menyiapkan diri untuk pulang.“Kendaraan online” Grace mengangguk pelan mendengarnya “mbak, naik apa?.”“Dijemput.”“Jemput siapa?.”Grace sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut “teman” tersenyum kearah Stefi “aku duluan udah dijemput.”“Bareng karena udah dekat juga mobilnya.”“Pulang gak ajak-ajak” mereka menatap Devi
Suasana kantor tampak tenang dimana menyisakan Stefi dan Devina, mereka berdua sedang berbicara serius. Grace datang menatap mereka hanya menggelengkan kepala, kode dari Devina agar bergabung bersama membuat Grace ikut serta. Tidak melihat keberadaan Rachel dan Yusuf membuat Grace bertanya-tanya dengan menatap sekeliling, tidak mungkin mereka berdua tidak masuk. “Mbak Rachel gak masuk karena anaknya sakit, mobilnya pakai mobil pribadi nanti suruh minta bensin” Grace mengangguk mendengar kata-kata Devina “Yusuf biasa ke bank dulu untuk sosialisasi nanti baru kesini.” “Titip Mas Yusuf makanan, mbak” suara Stefi lembut membuat mereka menatap kearahnya “arah mana sih dia?” memainkan ponselnya. Grace dan Devina saling memandang karena bagaimana bisa anak baru meminta orang lama membelikan makanan, Yusuf sangat susah untuk dititipkan sesuatu karena type malas membawakan titipan kecuali jika salah satu diantara mereka ikut serta. Memilih tidak menghiraukan Stefi dim
Perkataan Stefi membuat semua terkejut dan hampir saja Devina mengucapkan kalimat kasar tapi langsung dipegang oleh Yusuf, Stefi sendiri setelah mengatakan hal tersebut seakan tidak peduli sama sekali atau tidak mau tahu dengan reaksi sekitarnya. Grace menatap Stefi datar karena dari tadi tatapan Stefi kearahnya yang bermain ponsel, melihat tatapan Stefi membuat Grace untuk tidak terpancing emosi karena menganggap bahwa cewek depannya ini belum mengetahui kejamnya hidup.“Bukankah kamu sudah punya cowok yang pengemudi online itu jadi buat apa tanya cara menarik pria kaya??”“Bukan begitu hanya saja siapa tahu nanti bisa seperti mbak semua.”“Bisa banyak berdoa sana” sahut Devina menatap tajam “kamu pikir Grace wanita apaan?.”“Sudah lebih baik kembali kerja” Grace menatap Devina untuk mengerti.Yusuf menarik Devina masuk kedalam mengerjakan pekerjaannya begitu juga dengan Grace, kali ini h
Menatap tajam pada Wilson atas apa yang dikatakannya dan tidak menyangka jika pria yang mengaku sebagai sahabat dari Julius mengatakan hal tersebut, Wilson sendiri tampak santai dengan apa yang dikatakannya apalagi melihat bagaimana reaksi Grace saat ini. Mencoba bersikap santai setelah apa yang dikatakan pria dihadapannya karena pada dasarnya Grace tidak peduli, hal yang tidak diketahui Wilson adalah Julius lebih mempercayai dirinya dibandingkan pria dihadapannya ini.“Sahabat sejati tapi melakukan tindakan seperti kemarin, apa bisa itu dikatakan sebagai sahabat?” menatap Wilson santai “apa kamu tahu bagaimana hancurmya sahabat kamu bernama Julius saat kalian melakukan hal itu?.”“Kita sudah bertemu dan mengucapkan maaf, Julius juga sudah memaafkan jadi tidak ada masalah diantara kami berdua” menjawab dengan santai “akan sangat berbeda saat mengetahui tentangmu dan satu Julius juga mengetahui jika aku memiliki perasaan pada Na
Tidak peduli dengan apa yang terjadi Yusuf langsung pergi sambil membawa pesanan Devina tanpa menyapa Ramond, mereka memang lebih dekat dengan Julius dibandingkan pria – pria lain dalam kehidupan Grace. Grace menatap Ramond dengan tersenyum simpul seakan tidak ada sesuatu yang menjadi masalah, melalui tatapannya Ramond meminta Grace mengikutinya ke suatu tempat. Memilih berada di salah satu restoran membuat mereka berada dalam kondisi canggung setelah apa yang terjadi, bukan canggung tapi lebih pada sibuk dengan pemikiran masing – masing.“Ada apa antara kamu dan Yusuf?.”Grace mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Ramond “partner dan rasanya anda cukup pintar menilai bagaimana kami karena tidak semua pria memiliki pikiran kotor.”“Kamu menyukainya?.”“Pria seperti Yusuf layak disukai karena semua sikapnya dan satu lagi setia.”Ramond tersenyum “tidak ada pria yang setia dengan pas
Percakapan Devina dan Stefi berhasil menarik perhatian Grace dan Yusuf, membuat mereka bertiga saling memandang. Pembicaraan menunggu jam pulang kerja semakin lama semakin tidak berguna sama sekali, namun tetap membuat mereka bertiga penasaran dengan kehidupan Stefi. Mereka bertiga mendengarkan awal mula Stefi berhubungan dengan sopir kendaraan online sampai berakhir di ranjang, selama Stefi bercerita mereka bertiga saling memandang satu sama lain.“Kamu waktu itu masih perawan?” Yusuf bertanya hati – hati.“Ya gila aja masa aku kasih perawan ke dia, gak level banget sih.”“Loh bukannya kamu mau berhubungan badan sama dia?” Devina mencoba terlihat bodoh membuat Grace dan Yusuf saling memandang.“Maksudnya ya kalau lepas perawan jangan sama dia juga, lebih bagus dikit gitu.”“Sudah pembicaraan gak penting” Yusuf beranjak dari kursinya.“Nanti langsung minta jatah, mas&rdq
Suasana kantor saat Grace masuk seperti biasa dan sepertinya Rachel belum datang, menyiapkan dengan memastikan kebutuhan Devina dan Yusuf tersedia dilanjutkan Grace membuka komputer untuk mengerjakan tugasnya. Keadaan masih sepi dimana hanya dirinya dengan office boy dan sopir, dimana tadi sebelum mengerjakan tugasnya di meja kebesaran sudah membuat kopi yang menemani dirinya bekerja.“Pagi, mbak” Grace menatap Stefi yang tampak segar dan hanya mengangguk “tadi ketemu sama Mas Yusuf di lift tapi ke kamar mandi buat persiapan diri, ada yang bisa dibantu?.”“Nanti input beberapa yang kemarin lupa dimasukkan.”“Kenapa sampai lupa?” Stefi menatap bingung “Mbak Grace kerjanya gimana sih sampai ada yang terlewat.”“Pagi” suara teriakan Devina menghentikan Grace mengucapkan kata-kata kasar “ini semua berkas yang aku bawa hari ini ya?” Grace hanya mengangguk pelan “Yusuf man
Tidak peduli dengan apa yang Sebastian katakan, pada dasarnya Grace sendiri tidak yakin jika anak ini adalah anak Sebastian. Menikah dengan Raditya adalah rencana yang paling masuk akal, membuat Raditya tidak mengetahui tentang anak yang dikandungnya adalah tujuan utama setidaknya anak ini memiliki ayah itu yang ada dalam pikiran Grace.“Kamu benar mau menikah sama aku?” suara Raditya membuyarkan lamunannya.Grace mengangguk “Pernikahannya nanti malam kenapa malah bertanya sekarang?”Raditya tersenyum mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Grace “Setidaknya aku tanya pendapat kamu karena kita menikah di rumah sakit.”“Bukan masalah besar.”Pernikahan mereka akan diselenggarakan malam ini, lebih tepatnya beberapa jam lagi. Grace sudah berganti pakaian kebaya dengan riasan minimalis, disampingnya ada Olla dan ibunya sendiri masih di ranjang pasien, sedangkan ayahnya berada tidak jauh dari ibunya. Gr
Grace tidak tahu harus berbuat apa saat melihat hasil pemeriksaan yang dilakukannya, tanda dua yang menyatakan bahwa dirinya sedang hamil. Tidak ada dalam bayangannya siapa benih yang ada didalam dan tidak mungkin mengatakan pada Raditya yang artinya bisa jadi pernikahan mereka akan terhenti, Grace membutuhkan Raditya untuk menutupi siapa ayah dari bayi yang ada didalam kandungannya saat ini.“Apa yang harus aku lakukan?” membelai lembut perutnya yang masih rata.Memilih keluar dari kamar mandi dan langsung membuang bukti begitu saja, satu hal Grace tidak ingin menikah dengan Sebastian. Raditya sendiri bukan pilihan tepat tapi mengharapkan Julius lebih tidak mungkin, Julius bisa saja langsung menikahinya saat tahu dirinya hamil tapi orang tuanya.“Darimana?” tanya Raditya yang secara tiba-tiba ada dihadapan Grace “Kenapa pucat?” membelai lembut pipi Grace yang hanya dijawab gelengan kepala “Pernikahan kita terjadi besok
Grace tahu keputusannya tidak benar-benar akan terjadi dalam waktu dekat, tapi nyatanya tidak demikian sang ibu sadar keesokan harinya. Raditya selalu berada disamping Grace bahkan sudah dekat dengan Olla, melebihi kedekatan Olla dengan Julius yang membuat Grace yakin dengan keputusannya.“Kalian benar akan menikah?” tanya sang ibu menatap penuh harap pada Grace dan Raditya.“Lagi persiapkan semuanya, Bu.” Raditya menjawab dengan nada lembutnya membuat Grace hanya diam.Menatap sang ibu yang sudah sadar cukup membuat Grace bersyukur tanpa henti, bahkan dirinya sudah memberikan kabar pada Julius mengenai kondisi ibunya saat ini. Julius sendiri tidak bisa datang disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, penjelasan Julius membuat Grace bernafas lega setidaknya pria itu tidak datang saat dirinya menikah dengan Raditya nanti.“Bunda benar menikah sama Om Raditya?” Olla menatap Grace dengan tatapan ingin tahu &l
Percintaan mereka membuat Grace tidak bisa berpikir jernih, bahkan melupakan jika mereka tanpa menggunakan pengaman sama sekali dan lebih parah lagi baru saja melepaskan kontrasepsi. Menatap kamar yang baru saja menjadi saksi mereka berdua dalam melakukannya semalam, belaian yang Raditya lakukan masih diingat olehnya.“Ayo kita harus ke rumah sakit.” Raditya memegang lengan Grace yang membuatnya tersadar dari lamunan.Mengikuti langkah Raditya menuju rumah sakit yang langsung tersadar dengan kondisi ibunya, ketakutan kecil hadir membayangkan hal buruk yang terjadi pada ibunya. Genggaman tangan Raditya membuat Grace sedikit merasa tenang, bahkan tidak merasakan ketakutan besar atau bisa dikatakan merasa terlindungi. Grace menatap sang ayah yang berjalan mondar mandir depan pintu membuat Grace datang dan memeluknya erat, Grace hanya menepuk punggung ayahnya perlahan untuk menenangkan.“Ibu kamu tadi mengalami sedikit pendarahan dan harus dimasukk
Pertemuan dengan keluarga Raditya membuat Grace menggelengkan kepala karena bagaimana pun tidak ingin menjadi istri kedua, meski begitu keputusan Grace tetap sama yaitu melepas alat kontrasepsi setelah sekian lama.Keadaan ibunya sendiri belum mengalami perkembangan sama sekali dan Raditya lebih sering menemani dirinya dibandingkan Julius, entah bagaimana ceritanya keluarga Julius memintanya mengurus perusahaan yang ada di pusat. Julius mengatakan ini salah satu syarat agar hubungan mereka direstui, meski sebenarnya Grace tidak peduli sama sekali mengenai hal itu.“Kalau ibu sembuh nanti kita jalan – jalan.”Grace memandang Raditya dengan tatapan bingung “jalan – jalan kemana?”“Umroh.”Membelalakkan matanya mendengar perkataan Raditya “kita lihat saja nanti.”Tidak memberikan jawaban semestinya membuat Raditya hanya tersenyum, Grace memandang dengan tatapan aneh pada Raditya dimana
Perkataan Julius malam itu membuat Grace berpikir banyak dengan perlahan melangkah keluar dari rumah sakit menuju kesalah satu rumah sakit dimana dirinya memasang alat pengaman dengan ditemani Julius saat itu, Grace sudah sangat yakin melepaskan pengaman agar bisa hamil anak Julius dan hubungan mereka bisa melangkah jauh.Julius datang tidak lama kemudian dimana mereka saling menatap saat berada didepan ruang periksa, melangkah mendekat dengan langsung menggenggam tangan Grace. Grace sangat tahu apa yang ada dalam pikiran Julius saat ini dimana karena secara tiba – tiba berubah pikiran, tidak lama nama Grace dipanggil membuat mereka masuk kedalam dan dokter langsung meminta mereka masuk kedalam kamar untuk proses selanjutnya.“Kenapa kamu melakukan ini?”“Anak akan membuat orang tua kamu merestui kita.”Julius menghembuskan nafas pelan “tapi tidak perlu sejauh ini.”“Bukti bahwa aku mencintaimu dan si
Penolakan yang Grace berikan membuat Sebastian emosi namun sekali lagi tidak dipedulikannya, Sebastian menarik tangan Grace entah kemana lagi tujuan pria ini karena memang tidak tahu banyak. Langkah mereka terhenti di depan hotel membuat Grace menghentikan langkahnya dengan menarik Sebastian dan mereka saling pandang dalam diam, gelengan kepala Grace membuat Sebastian mendekat namun terhenti saat ponsel Grace berbunyi.“Ada apa?” saat melihat wajah pucat Grace.Grace tidak menjawab pertanyaan Sebastian dengan melepas genggaman tangan lalu melangkah kearah kantor, Sebastian hanya diam mengikuti langkah Grace kedalam kantor dimana langsung masuk keruangan Rachel yang didalamnya masih ada rekan kerjanya yang lain.“Maaf jika saya tidak sopan” mereka memandang Grace yang tampak kacau “Mbak Rachel saya ijin pulang karena ibu masuk rumah sakit pembuluh darahnya pecah dan sekalian saya pengajuan cuti.”“Kamu pulang sama
Kedatangan dua petinggi mereka di kantor membuat suasana berubah dimana pastinya memeriksa semua kinerja dari mereka semua, Stefi sendiri tidak bisa bergerak sama sekali dengan kedatangan dua petinggi. Agenda pertama mereka adalah pastinya rapat membahas mengenai banyak hal dimana akhirnya mereka berada didalam tempat dimana biasanya Devina dan Yusuf bekerja, mencatat semua yang dikatakan dua petinggi tersebut agar tidak ada yang terlewatkan sedikit pun.“Kalian berdua kenapa gak ikut?” Bintang menatap Devina dan Grace bergantian.“Sudah terlanjur beli tiket, Bu.”Bintang dan Yunita hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban Devina, sesi selanjutnya adalah dimana mereka menghadap satu persatu kepada mereka berdua. Pertama kali masuk adalah Stefi karena karyawan baru dan mereka belum bertemu sama sekali, sedangkan yang lain berada diluar dimana akhirnya Grace memeriksa kerjaan Stefi yang kemarin ditinggalkan seorang diri.&ld
Liburan yang sangat membahagiakan dimana senyum Olla tidak lepas sama sekali dan Julius sangat mengikuti apa permintaan Olla, didalam kamar terkadang mereka berdebat yang berakhir dengan kesalahan Grace dalam mengungkapkan pendapat, perbuatan Julius juga tidak salah dan karena pria tersebut dimana Olla dapat tersenyum lebar yang tidak didapatkan dari ayah kandungnya.“Makasih buat semua” menatap Julius lembut.Mencium bibir Grace singkat “apa pun aku akan lakukan buat kalian berdua.”Balik ke tanah air dengan barang banyak membuat mereka harus sabar menunggu bagasi dan besok akan kembali ke aktivitas semula yang berarti harus berhadapan dengan Stefi, pandangan Devina dan Grace mengarah pada Olla yang sedang bercanda bersama Julius sedangkan Herman sendiri sibuk dengan ponselnya.“Yakin gak mau pilih Julius?” Grace mengangkat bahu “lihat mereka udah kaya bapak anak.”Grace mengalihkan pandangan menatap