Ika melirik pria di sampingnya dengan raut masam. Bagaimana tidak, selepas Zul menjemputnya dari tempat kerja, mereka tidak langsung pulang. Melainkan pria itu membawanya ke rumah makan tempat Della kerja. Mereka tidak mampir, hanya mobil Zul terparkir di depan. Ika hendak protes, tapi dia tidak punya hak apa-apa. Dia hanya menumpang pada pria tersebut.Dari raut wajah sang pria, dapat dia tebak, pria itu menaruh rasa pada perempuan yang masih kerabat jauhnya tersebut. Ika cemburu, dia yang suka pada pria itu, kenapa Zul malah menyukai Della yang selama ini terlihat sok judes. Ah, kalau boleh jujur, sebenarnya Ika tidak menyukai Della dari dulu. Gadis itu sering dibanding-bandingkan dengan wanita itu. Terutama, dalam segala segi, Della memang lebih unggul dari dirinya. Dia yang pendiam, tidak punya kesempatan untuk mengeksplor potensinya. Della memang lebih tua darinya, tapi Ika benci perempuan itu."Ah, sepertinya dia sudah mau pulang," tukas Zul, tersenyum sumringah. Ika tak menyahu
Zul tidak main-main dengan pernyatannya. Pria itu membuktikan keseriusannya pada sang gadis. Membuat kebimbangan Della semakin menjadi. Jujur saja, sebenarnya dia masih ada rasa dengan pria tersebut. Hanya saja, rasa sakit karena sikap Zul padanya dulu, memberi ketakutan tersendiri bagi Della untuk kembali mempercayai Zul.Hari ini, pamannya meminta Della untuk izin tidak berangkat bekerja. Akan ada tamu dari sebuah universitas yang akan mengadakan KKN. Dia dan beberapa pemuda pemudi desa akan mengadakan acara penyambutan di balai desa nanti. Ditambah, Della didapuk punya pengalaman yang lebih.Dela sudah bersiap, menunggu pamannya yang entah sejak tadi repot sendiri. Padahal, biasanya perempuan lah yang suka mengulur waktu. Della menunggu di ruang depan. Memainkan ponselnya. Suara klakson di luar membuat atensinya teralih. Jelas saja dia paham suara mobil tersebut. Tubuhnya menegang otomatis. Rasanya masih aneh setiap kali mendengar apapun tentang pria tetangganya itu."Assalamu'ala
"N-Niswah," gumam Zul tertahan. Gadis di seberang sana masih sama seperti dulu, ceria dan ramah.Tak dinyana, gadis yang sudah menikah itu menoleh ke arahnya. Raut terkejut, nampak di wajahnya. Juga, senyum menyapa yang tak pernah berubah."Bang Zul. Loh, disini ternyata?" Niswah menghampiri keberadaan dirinya. Menimbulkan heran pada yang lainnya."Ah, iya. Em, apa kabar?""Alhamdulillah. Bang Zul juga lama loh, gak ada kabarnya. Ish!" Masih sama seperti Niswah yang dikenalnya saat masih remaja. Cenderung manja dari nada suaranya.Zul tersenyum canggung. "Iya, disini lumayan sibuk, Nis. Abangmu, sama mbak Dinda baik kan?""Iya, Bang. Alhamdulilah.""Em ... Itu, rombonganmu?" pertanyaan basa basi yang bodoh. Zul merutuki pertanyaannya yang terlanjur lolos tersebut."Ya jelas toh, Bang. Namanya juga bareng sama mereka. Haha."Zul mengulas tawa sumbangnya."Nis!"Panggilan yang membuat keduanya menoleh. Seorang pria yang nampak sama terkejutnya dengan Niswah tadi."Jangan pisah. Gabung
Keseluruhan mahasiswa KKN ada enam belas. Enam laki-laki, dan sepuluh perempuan. Delapan tinggal di kediaman lurah Yogi, dan delapan yang lainnya tinggal di dusun sebelah. Karena kebetulan rumah dinas Zul dekat dengan kediaman pak Yogi, jadi, tiga laki-laki, ditambah Arjun, akhirnya tinggal di rumah dinas Zul. Supaya lebih menjaga para kaum hawa, itu kata Arjun. Padahal, aslinya dia tidak rela kalau istrinya tinggal seatap dengan teman prianya itu. Hal yang disetujui oleh Zul, dan yang lainnya. Tentunya, Zul dengan alasan yang sama. Tak mau Della kecantol dengan salah satu anak KKN itu, atau malah anak KKn yang kecantol Della."Mas Zul sudah lama disini?" Obrolan ringan kala malam hari. Yang lain sudah tidur, mungkin lelah setelah perjalanan panjang tadi siang."Hm. Lumayan. Sudah cukup lumayan lama sih."Arjun manggut-manggut. Menyeruput hot chocolate buatannya. Berhubung dia tidak suka kopi, jadi dia membawa sendiri susu cokelat dari rumah."Istrimu, sudah berapa bulan?" Maafkan Z
Jika pagi yang kemarin Zul hanya sendiri, maka pagi ini dia disambut dengan keriuhan. Para mahasiswa yang antre di kamar mandinya dengan wajah kusut khas bangun tidur."Pagi, Bang."Zul mengangguk. Duduk di salah satu kursi, ikut mengantri."Duluan saja, Bang."Zul mengibaskan tangannya, pertanda tidak perlu. Nertanya tak menangkap keberadaan Arjun diantara para mahasiswa itu."Dimana dosenmu?" tanya Zul dengan suara serak parau."Oh, pak Arjun sudah bangun dari tadi, bang. Kayaknya keluar tadi. Mungkin ke masjid," terang salah satu mahasiswa dengan dagu lancip. Yang kalau tidak salah namanya Ilham.Zul tertegun. Sangat berbeda dengan dirinya. Yang hanya ke masjid jika sempat saja. Zul menyadari, dibanding dirinya, Arjun memang lebih baik. Dan sangat cocok untuk Niswah yang mempunyai background agama kuat.Tidak Zul. Ingat dengan tekadmu. Cinta lama itu sudah hilang. Kini yang terpenting adalah mendapatkan kembali hati Della untuknya.Adzan subuh berkumandang. Syukurlah antrian tidak
Sampai di rumah, para mahasiswa itu sudah di depan. Ada yang menyapu, ada pula yang mencabuti rumput. Zul jadi malu sendiri dengan keadaan rumahnya yang memang tidak terawat. Tidak ada waktu, juga malas. Biasalah, pria lajang yang hidup sendiri, biasanya begitu. Zul ikut bergabung bersama mereka. Hari ini, dia berangkat agak siang saja.Selesai berberes, sarapan diadakan di rumah pak lurah. Tentunya sarapan kali ini lebih ramai dengan mereka yang baru datang...Pukul setengah delapan kurang sepuluh menit, Kevin datang menjemput. Merasa heran dengan keadaan ramai rumah Della. Dia sampai bengong dan tak berani memanggil. Mahasiswi muda yang sedang berkumpul di teras. Sepertinya mereka sedang musyawarah. Tapi, demi mendengar suara motor, mereka sontak menoleh. Membuat Kevin salah tingkah karena menjadi pusat perhatian."Cari siapa, Mas?" tanya mahasiswi berjilbab krem."Oh? S-saya? Saya nyari ... Em ... Mbak Della.""Oh. Mbak Della."Gadis berjilbab krem itu menjawil temannya. "Panggil
Sungguh menarik perhatian. Itulah yang Niswah dan Arjun pikirkan melihat kejadian ganjil tadi pagi. Bagaimana bisa, Della dan Zul yang mereka kenal sebagai sepasang kekasih, tapi malah berangkat kerjanya dengan pasangan yang berbeda?"Lihat kan tadi?"Arjun mengangguk. Mereka sedang menghabiskan waktu berdua. Tidak ada yang protes. Ya kali mereka mau mendemo dosen sendiri. Taruhannya nilai, uy. Yah, meskipun Arjun juga tidak akan melakukan hal selicik itu."Aneh deh. Masak kalau cuma alesan tempat kerja yang beda, mereka berangkatnya pisah sih? Mana yang dibonceng lawan jenis lagi.""Perempuan tadi bukan polisi, Nis. Dari seragamnya dia karyawan biasa.""Iya, maksudku itulah, pokoknya. Aneh aja gitu. Apa, mereka lagi ada masalah ya? dilihat juga, bang Zul sama mbak Della kayak lagi jaga jarak kan?""Mereka emang lagi ada masalah. Cuma, aku kira sudah baikan. Ternyata belum toh.""Ih, jadi pengen deketin mereka lagi loh. Mereka kan pasangan serasi. Pacaran juga udah lama. Sayang kalau
Della tidak tahu, entah sampai kapan dia bisa bertahan dengan hubungan aneh ini. Dia cemburu setiap kali melihat kedekatan Zul dan Ika. Tapi dia sendiri sadar diri, yang juga dekat dengan Kevin. Egonya memang keterlaluan besarnya. Dan, ternyata itu tidak hanya berlaku untuk Ika semata. Nyatanya Della juga cemburu saat Zul dekat dengan para mahasiswi itu. Dia kesal hanya dengan melihat Zul tertawa renyah pada mereka. "Wow! Bang Zul keren!"Della mendecak. Hanya karena Zul mengangkat dua galon isi penuh secara bersamaan. Para mahasiswi itu tampak kagum. Padahal, wajar saja Zul kuat. Dia polisi yang terlatih secara fisik dan mentalnya.Della malas berada di situ. Beringsut ke belakang. Duduk di kursi kayu dekat kolam ikan. Melempar kerikil ke kolam. Yang langsung disambut para ikan, karena mengira itu makanan yang diberikan pada mereka. Yah, tipuan yang menyebalkan bagi kaum ikan."Kau tidak bermaksud membunuh mereka kan?"Della tersentak. Spontan menoleh. Kembali membuang wajah saat t