Naomi’s POV
2 bulan kemudian…
Aku terlambat! Alarm ku tidak hidup. Jika saja Adrian tidak meneleponku, sudah pasti aku akan terus menerus tidur di ranjangku. Tanpa banyak persiapan, aku berjalan dengan cepat mengambil benda-benda penting saja sebelum akhirnya aku melangkah ke luar menemui Adrian yang sudah menungguku di mobilnya.
“Maaf, aku telat” ujarku sembari menutup pintu mobil pria itu. Pria bermata cokelat itu memakluminya tanpa memintaku menjelaskan semuanya dengan rinci.
Tidak terasa sudah dua bulan aku bekerja di perusahaan ini. Dan dalam dua bulan ini, banyak hal yang terjadi, seperti penagih hutang kepala plontos itu tidak lagi mendatangi kami. Dalam minggu itu aku menunggu-nunggu kedatangannya bersama dengan ayahku, bahkan hingga sekarang mereka belum muncul juga. Jadinya uang-uang yang sudah terkumpulkan itu kami gunakan untuk membayar cicilan hutang kami lainnya.
Aku senang m
Author’s POVTing!Lift pun terbuka, dan beberapa orang termasuk aku dan Alex. Entah mengapa ia berada di belakangku lagi. Dan karena lift ini sempit, aku terpaksa memundurkan tubuhku hingga mentok ke dada pria itu. Jantungku berdebar dengan kencang dan secara tidak sengaja aku bisa merasakan jantungnya yang berdebar-debar begitu kencang juga.Aku menelan ludahku, posisi macam apa ini?Duh! Segeralah lift itu terbuka deh!Dan tidak lama kemudian lift di lantai kami terbuka. Aku buru-buru melenggang berjalan ke kantorku supaya aku tidak melihat Alex lagi. Setelah masuk ke dalam ruangan, aku meletakkan tas ku ke mejaku. Hingga sekarang, jantungku tetap saja berdegub kencang, memikirkan pertemuan kami yang tidak berarti itu.****Aku meregangkan tubuhku yang sudah lelah seharian karena mengejar deadline. Bagiku, bekerja di kantor saja tidak akan cukup untukku menyelesaikannya dengan cepat. Aku terpaksa ‘memba
Alex’s POVSelama dua bulan ini, aku terus mengerjakan pekerjaanku dengan gila. Aku tidak menyangka akan berakhir menjadi seorang yang workaholic hanya karena ingin melupakan seseoorang yang selalu aku cintai. Selama ini, aku tidak menerima kabar apapun darinya dan setiap hari aku hanya memandang kosong pesan terakhir yang aku terima darinya.Dan setiap harinya aku hanya bisa menatap lirih foto masa-masa kebersamaan kami dahulu. Aku memang sudah menetapkan diriku untuk menyerah namun tidak untuk hatiku. Pikiran dan hatiku terus berbentrokkan dan ini menyiksaku.Setiap kali aku melihatnya, ia tampak semakin cantik dan semakin cerah. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan Adrian? Ah entahlah… aku tidak tahu bagaimana aku harus bersikap kepadanya jika ia berada di sekitarku. Setiap hari aku melihatnya, aku selalu merasa berdebar-debar. Hanya dia yang bisa membuatku merasa seperti remaja ABG labil yang baru saja jatuh cinta.
Author’s POV“Kau terlihat sungguh berantakan…” ujar Darius ketika ia melihatku sedari tadi terus memeriksa berkas-berkas yang ada di depanku. Mendengar Darius berkata demikian, tanpa ku sadari aku mengangkat kepalaku dan menatap lurus ke Darius yang masih berdiri di hadapanku,“Benarkah?” tanyaku sekedar hanya basa basi kepadanya.Darius mengangguk,”Apakah ada sesuatu yang terjadi?” tanya Darius---sekretarisku yang sudah kuanggap sebagai teman bagiku. Aku berpikir keras, apakah aku perlu menceritakan apa yang terjadi kepadanya atau tidak. Sejujurnya aku memang tidak memiliki tempat untuk curhat karena aku selalu menyembunyikannya dan menyimpan masalahku untukku sendiri.Kali ini, aku memutuskan untuk mengikuti kata hatiku yang terus memanggilku untuk menceritakan hal ini kepada Darius.Baiklah... akan aku coba ceritakan kepadanya. Namun, ketika aku mulai berpikir untuk berkata
Author’s POVNaomi melihat sekelilingnya, terlihat olehnya sebuah gubuk yang sepertinya terletak di hutan. Mulut gadis itu disumpel, begitu juga dengan tangan dan kakinya yang diikat di ranjang. Ia menatap takut sebilah pisau kecil yang sedang dipegang oleh Adit. Air mata ketakutan terus gadis itu alirkan dari matanya. Ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan di tengah situasi seperti ini,Tidak ada yang bisa menyelamatkannya jika ia berada di hutan seperti ini. Namun dengan keadaannya yang sekarang, lepas dari ikatan ini saja sudah cukup untuknya. Tanpa ia duga, Adit bergerak untuk membuka sumpelan mulut gadis itu, membuat gadis itu langsung berkata-kata kepadanya, memohon untuk melepaskan dirinya,“Kumohon, jangan lakukan ini...” ujar gadis itu dengan takut. Perkataan itu tidak berefek apapun kepada pria itu karena ia sudah hilang akalnya.“Aku tidak bisa... aku harus melakukannya denganmu,” ujarnya sembari m
Author’s POVAlex membawa Naomi ke rumahnya. Tidak lupa, ia memberikan gadis itu pakaiannya yang tentunya kebesaran untuk tubuh gadis itu yang mungil. Tidak hanya itu aja, dia juga mengobati luka gadis itu dan memberikan plester untuk menutupi tulang pipinya yang sedikit membiru. Sementara Alex mengerjakan itu, gadis itu masih menatap kosong sekitarnya.Gadis itu menolak untuk pulang ke rumahnya karena ia tidak siap mental untuk menemui sang ayah. Ia juga tidak ingin menghubungi Adrian dan memilih untuk tetap bersama dengan Alex karena ia tidak ingin sesiapapun tahu kondisinya saat ini selain Alex, pria yang sudah menyelamatkannya.Jika saja Alex tidak membantunya, ia tidak tahu apa yang akan terjadi kepada dirinya. Sekarang situasi berbalik, kali ini, gadis itu yang berhutang nyawa kepada pria yang dahulunya pernah menghancurkan hidupnya itu. Mata gadis itu kosong, seakan tidak ada kehidupan apapun yang ada dibalik mata inda
Author’s POVIa tidak menyangka mengapa ia bisa melakukan ini, namun ia sama sekali tidak menyesal melakukan ini. Gadis itu menyadari betapa kuatnya seorang Alex membekas dalam dirinya. Meskipun ia tengah berada bersama dengan orang lain, hanya Alexlah yang ada di benaknya. Dan bagaimana pun Adrian menghibur dirinya, tidak ada yang bisa membuatnya feel special selain saat ia bersama dengan Alex. Dan sebagaimanapun gadis itu mendorong Alex menjauh darinya, namun hatinya tetap melekat kepada Alex.Terlebih insiden ini pikirannya seakan terbuka jika ia masih mencintai Alex, karena di saat insiden itu terjadi, di dalam benaknya ia meneriakkan nama Alex untuk menolongnya. Ia melakukannya tanpa ia sadari dan sekarang ia seakan sadar mengenai apa yang ia rasakan yang sesungguhnya.Alex berbalik dan mengambil gadis itu untuk ia peluk dengan sayang. Secara tidak langsung ini juga salah pria itu yang tidak bisa menjaga gadis itu. Alex mulai
Author’s POV“A-aku…”Pria itu tidak hanya memiringkan kepalanya, ia juga memiringkan senyumannya terhadap gadis itu. Berbeda dengan Naomi yang tidak tahu harus berbuat seperti apa. Ia merasa seakan sekarang dirinya sedang disudutkan.“Aku?” tanya Alex seakan ingin gadis itu melanjutkan perkataannya,Gadis itu menutup matanya sejenak sebelum ia mulai membuka matanya dan mengeluarkan apa yang menjadi isi hatinya,”Memangnya kenapa kalau aku frustasi ketika kau tidak bersama denganku! Memangnya salah, hah!” ujarnya dengan kedua tangan yang masih ia kepalkan.Alex tertawa mendengar perkataan gadis itu yang lucu baginya. Ia tidak menyangka jika gadis itu benar-benar mengatakan hal itu kepadanya,”Kamu lucu,” ujarnya yang belum berhenti tertawa. Terlihat jika gadis itu mengerutkan dahinya karena pria itu menertawakannya.“Seharusnya aku tidak mengatakan itu,”
Naomi’s POVAku membuka mataku dan apa yang kulihat pertama kali adalah wajah tampan Alex yang masih tertidur. Sepertinya ia tertidur ketika menemaniku semalam. Aku hendak mengulurkan tanganku untuk menganggunya, namun aku mengurungkan niatku.Akan lebih baik jika aku bangkit dari ranjang ini dan berbuat sesuatu yang berguna daripada mengusili Alex.Aku berjalan menuju toilet yang letaknya di dalam kamar ini juga. Aku melihat diriku sudut bibirku yang sobek dan pelipisku yang membiru. Jika di lihat-lihat lagi, sepertinya lebam ini bisa ditutupi dengan makeup. Aku juga melihat diriku dan leherku yang ada bekas kemerahan, aku mengernyitkan dahiku, berpikir darimana bekas kemerahan ini ku dapatkan.Dan aku terdiam begitu aku mengingat jika Alex juga mencumbu leherku. Untung sekali tidak banyak yang merah dan aku harap bekas ini bisa ditutupi dengan makeup.Aku mencuci mukaku untuk menyegarkan penampilanku yang kusam. Setelah mer
Author’s POV Beberapa tahun berlalu. Kini Alex dan Naomi sudah terang-terangan menunjukkan hubungan mereka ke rekan kerja mereka. Mereka melakukannya perlahan-lahan, dimulai dari berjalan bersama dan akhirnya Naomi pun mengaku kepada rekan-rekannya mengenai hubungannya bersama dengan Alex. Ia melakukannya bukan karena ia ingin pamer, ia merasa jika hal seperti ini tidak bisa disimpan dan disembunyikan untuk selamanya. Sudah 2 tahun berlalu dan keduanya masih berpacaran dengan begitu harmonis. Tentu saja di dalam sebuah hubungan akan selalu ada cek cok dan juga pertikaian. Namun itu tidak membuat hubungan mereka putus di tengah jalan karena mereka sadar, bagaimana pun mereka menjauh, pada akhirnya kembali lagi bersama. Hubungan mereka tentu saja sudah disetujui oleh keluarga Naomi dan keluarga Alex. Salah satu plot twist yang mereka dapatkan adalah ternyata Benny adalah teman lama Charles. Mereka berteman sejak mereka masih bersama-sama mengel
Author’s POV Alex menarik napasnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia merasa ia harus bicara tatap muka dengan kedua orang tuanya mengenai pertunangannya dengan Giselle. Kalau perlu ia akan mendatangi Kevin---ayah Giselle untuk membatalkan pertunangan mereka, Pria itu mulai keluar dari mobilnya dan mulai masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. Karena kedatangan pria itu mendadak, Adelia dan Charles juga terkejut dengan keberadaan anaknya yang tidak mengabari mereka jika ia datang kepada mereka. Dengan mantap, pria itu duduk di sofa bersama dengan kedua orang tuanya. Ia menatap serius kedua orang tuanya sebelum dia membuka suaranya, “Papa, mama... Alex ingin membatalkan pertunangan ini. Bisakah Alex mendapatkan kontak pak Kevin supaya Alex bisa berbicara kepadanya empat mata?” tanya Alex dengan serius. Charles beserta istrinya saling bertatap-tatapan sebelum mereka pun tersenyum, “Tidak perlu...” ujar Charles kepadanya.
Author’s POVGiselle masih menatap Naomi yang terlihat canggung bersamanya. Saat ini mereka berada di sebuah café langganan Giselle yang mana mereka memesan ruang vip entah untuk apa alasannya bagi Naomi. Namun berbeda dengan Naomi, Giselle hanya ingin pembicaraannya dengan Naomi tidak bocor ke luar dan tidak mengundang banyak orang untuk mendengarkannya,Sembari menunggu makanan mereka tiba, Giselle dengan tegas duduk dengan tangan yang terlibat dan ia menyenderkan tubuhnya di kursi. Sementara Naomi, ia berusaha untuk menghindari tatap muka terhadap gadis itu,“Sejak kapan kau mengenal Alex?” tanya Giselle, membuka percakapannya bersama dengan Naomi setelah sekian lama mereka hanya diam dan tidak berkutik apapun.“Sejak kami SMA…” jawab gadis itu dengan jujur. Kali ini ia juga meluruskan pandangannya kepada Giselle. Jika Giselle sekali lagi ingin mengklaim Alex sebagai miliknya, ia juga tidak a
Author’s POVKali ini Naomi tidak lembur. Ia sudah siap mengerjakan pekerjaannya dan sekarang adalah saatnya untuk pulang bersama dengan Alex. Gadis itu masih berjalan dengan pria itu yang sedang menunggunya di dalam mobil. Dan ketika gadis itu sudah sampai di basement, seseorang menarik tangannya yang membawanya menjauh dari mobil Alex.Bingung dengan siapa yang menariknya, gadis itu menoleh dan mendapatkan Giselle yang sedang menarik tangannya.“M-mau kemana?” tanya gadis itu yang sama sekali menarik dirinya dari Giselle, seakan ia pasrah jika Giselle menariknya seperti itu,“Temenin aku shopping,” ujarnya dengan singkat. Gadis itu masih diam, ia tidak banyak bertanya dan hanya ikut dengan apa yang gadis itu lakukan kepadanya.Ia mendengar banyak mengenai Giselle dari Alex. Giselle adalah anak yang paling kecil diantara saudaranya yang lain. Biasanya anak yang paling terakhir akan mendapatkan kasih s
Author’s POV Alunan musik klasik dari bar ternama ini dapat membius pelanggannya untuk merasa rileks. Bar tersebut terlihat sepi, meskipun terlihat sepi namun ada begitu banyak pria hidung belang yang lalu lalang untuk menggoda sosok cantik seperti Giselle yang sedang meminum vodka sendirian. Ia masih berpakaian kerjanya, dengan blouse peach dan rok span yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ditambah lagi dengan high heels dan lipstick merah maroon yang membuatnya terlihat berkelas. Saat ini ia memikirkan perjodohannya bersama dengan Alex. Alex terlihat serius ketika ia berkata ia tidak ingin berjodoh dengan dirinya. Tidak hanya itu, ia juga tidak bisa membenci sosok Naomi yang sudah pernah menyelamatkannya dan juga gadis itu bukanlah tipikal gadis yang munafik. Awalnya ia mengira jika cinta pria itu hanyalah cinta semu seperti dia bersama dengan wanita-wanita lainnya. Ia sama sekali tidak menyangka jika pria itu memang benar-benar me
Author’s POV“Sebenarnya Alex adalah calon tunanganku,” Perkataan tersebut terus terbayang-bayang dibenak Naomi. Ia mendapat pesan dari Alex yang menanyakan keadaannya tadi dan gadis itu mengabaikan pesan itu dan memilih untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia terus bekerja hingga ia sendiri menyerah akan dirinya dan ia meletakkan kepalanya di meja. Ia menghela napas, mengapa semuanya menjadi serumit ini?Hubungannya bersama dengan Alex sudah membaik dan sekarang mereka harus berhadapan dengan perjodohan Alex. Gadis itu sedikit kecewa karena pria itu tidak berkata apapun kepadanya dan pada akhirnya berakhir pada gadis itu yang mengetahuinya dari orang lain.Tapi ia juga tidak terlalu menyalahkan Alex karena jika dirinya berada di posisi Alex, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama. Lagi dan lagi gadis itu menghela napasnya. Ia berusaha untuk bangkit dan juga kembali mengerjakan pekerjaannya.Tidak lama
Author’s POV“Tidak bisakah kau tinggalkan berkasmu itu dan pergi saja bersama denganku?” tanya Giselle yang lagi-lagi diabaikan oleh Alex. Sudah sekitar setengah jam pria itu mengabaikan gadis itu yang masih duduk di sofa kebesaran ruangan kerja Alex. Giselle menghela napasnya, ia tidak menyangka Alex akan tumbuh menjadi pribadi yang pekerja keras seperti ini.Setahunya dulu, Alex adalah orang yang lebih suka cara yang instan dan praktis. Sebenarnya, mendengar pria itu menjadi CEO di perusahaan ayahnya membuat gadis itu terkejut, pasalnya ia sangat mengenal sifat pria itu yang tidak suka diatur-atur.Namun itu bukanlah masalah besar untuknya. Malah hal tersebut adalah hal yang bagus karena pria itu tumbuh menjadi pria yang lebih baik daripada masa lalunya. Giselle menatap arlojinya yang sudah menunjukkan waktu untuk makan siang. Dengan senang, ia berdiri dan menghampiri pria itu untuk mengajaknya makan siang bersama,&l
Author’s POVAlex memijat pelipisnya... saat ini ia tengah menunggu kehadiran Giselle. Mereka bersepakat untuk bertemu guna membahas perjodohan mereka berdua. Giselle adalah teman kecil Alex, keduanya memang dekat namun Alex hanya menganggapnya sebagai adiknya saja, tidak lebih.Tidak lama ia menunggu, sosok ayu nan cantik datang menemuinya dan duduk di hadapannya. Gadis itu sudah sangat menunggu masa-masa dimana ia bertemu kembali dengan Alex. Ia sangat senang jika pria itu meneleponnya tadi malam dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini,“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya gadis berambut panjang itu,Alex menggelengkan kepalanya,”Aku baru saja sampai,” ujar pria itu dengan jujur.“Bagaimana keadaanmu?” tanya gadis itu yang ingin membangun percakapan yang menarik diantaranya dan Alex...“Kita langsung saja ke intinya... Giselle, aku ingin bertanya... apa kau setuju den
Author’s POV“Kau tampak senang sekali,” ujar Darius yang bisa merasakan energy positif dari sosok Alex. Alex meresponnya dengan bahagia juga,”Benarkah?” ujarnya sembari melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja ia sangat senang, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan keberadaan Naomi yang sedari dulu ia inginkan. Ditambah lagi ia merasa ia sangat dicintai oleh gadis itu,“Apa ini karena gadis itu?” tanya Darius lagi kepada Alex. Alex kembali menatap Darius sejenak sebelum dia kembali membaca berkasnya,”Mungkin?” ujarnya sembari tersenyum.“Saya turut senang kalian bisa bersama lagi,” kata Darius lagi kepada Alex. Tanpa memudarkan senyumannya, Alex mengangguk,”Ya… aku juga senang dia bisa bersama denganku lagi… aku harap kami selalu bisa bersama,” ujarnya yang kemudian memberikan setumpuk berkas yang sudah ia kerjakan kepada Darius.Darius melangkah dan