Author’s POV
“Sudah siap?” tanya Alex yang diangguki oleh Naomi. Keduanya melangkah ke mobil dengan cepat, mumpung tidak ada tetangga yang sedang melihat mereka berdua bersama. Alex pun memainkan setirannya dan mulai menyetir untuk keluar dari perumahannya,
“Bagaimana tidurmu?” tanya pria itu, membuat gadis itu yang awalnya sedang melihat ponselnya, mengalihkan pandangannya kepada Alex,
“Baik… nyaman sih. Kasurmu empuk soalnya, heheh,”
Pria itu terkekeh,”Kau ingin kasur sepertiku?”
“Tentu saja! Kasur di rumahku keras. Gak ada empuk-empuknya…” ujarnya membuat pria itu berinisiatif untuk membelikan kasur baru kepada gadis itu secara diam-diam. Ia akan menentukan momen yang pas untuk memberikannya kepada gadis itu.
“Jadi nanti aku mengantarmu ke rumah, lalu menunggumu untuk menukar baju saja kan?” ujar pria itu yang diangguki oleh gadis
Author’s POVGadis itu tengah sibuk dengan model yang sedang ia kerjakan sampai ia tidak sadar ada Adrian yang ada di belakangnya yang tengah memantau dirinya dari belakang. Seperti biasa, pria itu hanya diam, mengamati cara gadis itu bekerja.Karena tahu Naomi gampang terkejut, pria itu sengaja untuk memanggilnya dan membuat gadis itu terkejut karenanya…“Naomi!”“Oh astaga! Kau benar-benar mengagetkanku!”“Kenapa sih doyan banget buat aku kaget,” ujar gadis itu yang sedang mengelus dadanya,“Kamu aja yang terlalu serius ngerjain, sampai gak sadar aku ada di belakangmu,” ujarnya yang diiyakan saja oleh Naomi.“Gak ada kerjaan lain apa selain buat orang terkejut,” ujar gadis itu dengan menyipitkan matanya seakan ia tengah memberikan tatapan sinisnya kepada Adrian.Adrian terkekeh sejenak,“Aku periksa boleh?” tanya pria itu yang d
Author’s POV “Kalung ya…” “Bagus juga,” ujar gadis itu yang diangguki oleh Adrian. “Ya kan… aku kurang tahu sih selera cewek itu seperti apa… makanya aku memintamu untuk memilihkan kalung itu untuknya,” katanya sembari melirik gadis itu singkat, “Kalau boleh tahu adikmu itu usianya berapa?” tanya gadis itu yang menolehkan dirinya kepada pria itu, “Umm… tahun ini sih dia 17 tahun,” “Sweet 17 dong!” ujar gadis itu dengan semangat, Adrian mengangguk,”Iya, tapi kami merayakannya kecil-kecilan aja kok. Kami merayakannya untuk keluarga kami saja,” “Hmm? Kenapa begitu? Bukannya seharusnya dirayain ramai-ramai ya biar lebih asik, apalagi dia sweet 17,” ujar gadis itu yang digelengkan oleh pria itu, “Dia sendiri yang meminta untuk dirayakan private seperti itu, padahal sebelumnya mama dan papaku berencana untuk membuat pesta yang meriah,” jelas pria itu yang membuat gadis itu mengangguk mengerti, “Ta
Author’s POV Naomi melirik Alex yang sedang memantau keduanya yang sedang makan. Sementara itu, Adrian mulai kepedasan, wajahnya memerah dan ia mulai keringatan. Itu membuat gadis itu tertawa kecil melihat Adrian kembali mengambil tisu untuk menyeka keringatnya, “Ini pedas sekali,” ujarnya sambil menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya. Sementara itu, Naomi masih lempeng aja memakan sambal tersebut karena ia penyuka makanan pedas. Baginya, pedas adalah makanan yang sangat menantang, “Pesan teh panas… dijamin agak mereda itu pedasnya,” “Tapi itu panas, aku mau tambah es teh saja…” ujarnya yang digelengkan oleh gadis itu, “Jangan… nanti makin pedas… ujarnya yang menawarkan teh panas miliknya kepada Adrian. Adrian menelan ludahnya dan mulai meminum teh panas milik Naomi. Awalnya ia kepanasan hingga matanya berair. Namun itu tidak bertahan lama karena perlahan pedas yang ia rasakan mulai memudar, “Kau benar,” ujarnya
Author’s POV“Aku sedang tidak tertarik dengan siapapun. Lagipula aku tidak keberatan jika aku benar-benar ditakdirkan untuk sendirian,” ujarnya dengan lempeng sembari menyenderkan dirinya dan melipat tangannya,Adrian tersenyum mendengarnya,”Kamu benar-benar mandiri ya sepertinya,” ujar pria itu yang langsung diangguki oleh gadis itu,“Aku akan sangat senang jika kamu memujiku seperti itu,” ujarnya yang membuat pria itu tersenyum miring,“Lalu bagaimana jika ada seorang pria yang tertarik kepadamu? Apa kamu akan tetap pada pendirianmu itu?” tanya pria itu membuat gadis itu berpikir jika apa yang dimaksudkan Adrian adalah Alex, padahal yang dimaksudkan pria itu adalah dirinya sendiri,“Ya tergantung… kalau aku tidak menyukainya, aku akan menolaknya,” ujar gadis itu dengan santai. Hal itu membuat pria itu semakin menatapnya dan memandangnya sejenak,&ldq
Author’s POV“Apa?” tanya gadis itu dengan ketus. Alex masih menatapnya dengan lekat, mempersiapkan dirinya untuk berkata-kata kepada Naomi,“Apa saja yang kamu dan Adrian bicarakan tadi?” tanya pria itu dengan penasaran. Pria itu tidak dapat menahan rasa penasarannya terhadap apa yang gadis itu dan Adrian lakukan dan obrolkan. Naomi tampak tersenyum nyaman kepada Adrian, berbeda dengan dirinya yang selalu saja ketus dan ia sangat jarang melihat Naomi bisa tersenyum seperti itu.Mendengar pria itu yang menanyakan hal tersebut, Naomi langsung teringat akan pesan Adrian untuk merahasiakan semuanya dari pria itu. Naomi memasang ekspresi datarnya untuk menjawab pertanyaan pria itu,“Hmm… tidak ada. Hanya mengenai pekerjaan aja sih,” kilah gadis itu yang kurang dipercayai oleh Alex. Pria itu menilik gadis itu, mencari celah di matanya mengenai apa yang baru saja ia katakan. Alex ingin tahu apa y
Author’s POVGadis itu mengabaikannya karena ia berpikir jika itu adalah dari Alex. Ia memutuskan untuk terus mengeringkan rambutnya dan tidak lama kemudian ponselnya berdering. Dengan malas, ia meletakkan hairdryernya dan mengambil ponselnya tanpa melihat siapa yang sedang memanggilnya,“Kau selalu mengangguku, bukankah kau sendiri yang menyuruhku untuk beristirahat?”“Apa aku ada ngomong seperti itu?” tanya Adrian dengan bingung. Gadis itu melepaskan ponselnya dari telinga kanannya dan melihat nama Adrian di layar ponselnya.“Ah! Sorry! Aku kira temanku,” ujarnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gadis itu merasa bersalah hingga ia menggigit bibirnya, menunggu respon Adrian kepadanya,“Apa aku benar-benar mengganggumu?” Dengan cepat, gadis itu tertawa garing dan menggelengkan kepalanya,”T-tidak kok, hahahah. Beneran tadi aku
Author’s POV“Pura-pura pacaran?!” pekik Seira yang untungnya seisi restoran tidaklah ramai sehingga Seira tidak menjadi pusat perhatian orang sekitar. Naomi menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, meminta sang kakak untuk tidak menarik perhatian orang-orang sekitar.“Kak, pelan dikit suaranya napa...” protes gadis itu yang dikekehin oleh Seira,“Maaf maaf, aku keceplosan. Lebih tepatnya aku terlalu kaget dengan hal ini,” ujar Seira dengan cengiran yang tidak bisa ia bendung,Naomi menghela nafasnya sembari menyenderkan dirinya. Baru 4 hari ia bekerja di perusahaan itu dan sudah banyak saja hal yang terjadi. Dimulai dari pertemuannya dengan Alex hingga sekarang ia pun menjadi pacar bohongannya Adrian.Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hari kedepannya, tapi ia harap tidak ada lagi hal aneh yang terjadi di kemudian hari.Ia harap sih begitu,“Pertama pak Alex, dan sek
Author’s POV“Darius, ini Naomi,”“Naomi, ini Darius,”Darius menggantungkan tangannya di udara sebagai bentuk perkenalannya kepada Naomi,“Salam kenal,” ujar gadis itu sesudah ia menggenggam tangan pria itu dan menguncangkannya,“Baik pak, saya permisi dulu,” Darius yang diangguki oleh Alex. Mata Naomi mengekori pria itu yang dengan sopan keluar dari ruangan Alex. Begitu Darius keluar, matanya kembali kepada Alex yang masih menatap kepergian Darius,“Sekretarismu?” ujarnya yang kemudian ia menepuk bibirnya karena berbicara tidak formal kepada Alex.“Umm… maksud saya, apa itu sekretaris Anda, pak?”“Ya…” ujar pria itu mengangguk. Alex mengambil tempatnya untuk duduk di sofa, dan memberikan aba-aba kepada gadis itu untuk menjelaskan apa saja yang ia lakukan hari ini dan progress seperti apa yang sudah ia kerja
Author’s POV Beberapa tahun berlalu. Kini Alex dan Naomi sudah terang-terangan menunjukkan hubungan mereka ke rekan kerja mereka. Mereka melakukannya perlahan-lahan, dimulai dari berjalan bersama dan akhirnya Naomi pun mengaku kepada rekan-rekannya mengenai hubungannya bersama dengan Alex. Ia melakukannya bukan karena ia ingin pamer, ia merasa jika hal seperti ini tidak bisa disimpan dan disembunyikan untuk selamanya. Sudah 2 tahun berlalu dan keduanya masih berpacaran dengan begitu harmonis. Tentu saja di dalam sebuah hubungan akan selalu ada cek cok dan juga pertikaian. Namun itu tidak membuat hubungan mereka putus di tengah jalan karena mereka sadar, bagaimana pun mereka menjauh, pada akhirnya kembali lagi bersama. Hubungan mereka tentu saja sudah disetujui oleh keluarga Naomi dan keluarga Alex. Salah satu plot twist yang mereka dapatkan adalah ternyata Benny adalah teman lama Charles. Mereka berteman sejak mereka masih bersama-sama mengel
Author’s POV Alex menarik napasnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia merasa ia harus bicara tatap muka dengan kedua orang tuanya mengenai pertunangannya dengan Giselle. Kalau perlu ia akan mendatangi Kevin---ayah Giselle untuk membatalkan pertunangan mereka, Pria itu mulai keluar dari mobilnya dan mulai masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. Karena kedatangan pria itu mendadak, Adelia dan Charles juga terkejut dengan keberadaan anaknya yang tidak mengabari mereka jika ia datang kepada mereka. Dengan mantap, pria itu duduk di sofa bersama dengan kedua orang tuanya. Ia menatap serius kedua orang tuanya sebelum dia membuka suaranya, “Papa, mama... Alex ingin membatalkan pertunangan ini. Bisakah Alex mendapatkan kontak pak Kevin supaya Alex bisa berbicara kepadanya empat mata?” tanya Alex dengan serius. Charles beserta istrinya saling bertatap-tatapan sebelum mereka pun tersenyum, “Tidak perlu...” ujar Charles kepadanya.
Author’s POVGiselle masih menatap Naomi yang terlihat canggung bersamanya. Saat ini mereka berada di sebuah café langganan Giselle yang mana mereka memesan ruang vip entah untuk apa alasannya bagi Naomi. Namun berbeda dengan Naomi, Giselle hanya ingin pembicaraannya dengan Naomi tidak bocor ke luar dan tidak mengundang banyak orang untuk mendengarkannya,Sembari menunggu makanan mereka tiba, Giselle dengan tegas duduk dengan tangan yang terlibat dan ia menyenderkan tubuhnya di kursi. Sementara Naomi, ia berusaha untuk menghindari tatap muka terhadap gadis itu,“Sejak kapan kau mengenal Alex?” tanya Giselle, membuka percakapannya bersama dengan Naomi setelah sekian lama mereka hanya diam dan tidak berkutik apapun.“Sejak kami SMA…” jawab gadis itu dengan jujur. Kali ini ia juga meluruskan pandangannya kepada Giselle. Jika Giselle sekali lagi ingin mengklaim Alex sebagai miliknya, ia juga tidak a
Author’s POVKali ini Naomi tidak lembur. Ia sudah siap mengerjakan pekerjaannya dan sekarang adalah saatnya untuk pulang bersama dengan Alex. Gadis itu masih berjalan dengan pria itu yang sedang menunggunya di dalam mobil. Dan ketika gadis itu sudah sampai di basement, seseorang menarik tangannya yang membawanya menjauh dari mobil Alex.Bingung dengan siapa yang menariknya, gadis itu menoleh dan mendapatkan Giselle yang sedang menarik tangannya.“M-mau kemana?” tanya gadis itu yang sama sekali menarik dirinya dari Giselle, seakan ia pasrah jika Giselle menariknya seperti itu,“Temenin aku shopping,” ujarnya dengan singkat. Gadis itu masih diam, ia tidak banyak bertanya dan hanya ikut dengan apa yang gadis itu lakukan kepadanya.Ia mendengar banyak mengenai Giselle dari Alex. Giselle adalah anak yang paling kecil diantara saudaranya yang lain. Biasanya anak yang paling terakhir akan mendapatkan kasih s
Author’s POV Alunan musik klasik dari bar ternama ini dapat membius pelanggannya untuk merasa rileks. Bar tersebut terlihat sepi, meskipun terlihat sepi namun ada begitu banyak pria hidung belang yang lalu lalang untuk menggoda sosok cantik seperti Giselle yang sedang meminum vodka sendirian. Ia masih berpakaian kerjanya, dengan blouse peach dan rok span yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ditambah lagi dengan high heels dan lipstick merah maroon yang membuatnya terlihat berkelas. Saat ini ia memikirkan perjodohannya bersama dengan Alex. Alex terlihat serius ketika ia berkata ia tidak ingin berjodoh dengan dirinya. Tidak hanya itu, ia juga tidak bisa membenci sosok Naomi yang sudah pernah menyelamatkannya dan juga gadis itu bukanlah tipikal gadis yang munafik. Awalnya ia mengira jika cinta pria itu hanyalah cinta semu seperti dia bersama dengan wanita-wanita lainnya. Ia sama sekali tidak menyangka jika pria itu memang benar-benar me
Author’s POV“Sebenarnya Alex adalah calon tunanganku,” Perkataan tersebut terus terbayang-bayang dibenak Naomi. Ia mendapat pesan dari Alex yang menanyakan keadaannya tadi dan gadis itu mengabaikan pesan itu dan memilih untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia terus bekerja hingga ia sendiri menyerah akan dirinya dan ia meletakkan kepalanya di meja. Ia menghela napas, mengapa semuanya menjadi serumit ini?Hubungannya bersama dengan Alex sudah membaik dan sekarang mereka harus berhadapan dengan perjodohan Alex. Gadis itu sedikit kecewa karena pria itu tidak berkata apapun kepadanya dan pada akhirnya berakhir pada gadis itu yang mengetahuinya dari orang lain.Tapi ia juga tidak terlalu menyalahkan Alex karena jika dirinya berada di posisi Alex, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama. Lagi dan lagi gadis itu menghela napasnya. Ia berusaha untuk bangkit dan juga kembali mengerjakan pekerjaannya.Tidak lama
Author’s POV“Tidak bisakah kau tinggalkan berkasmu itu dan pergi saja bersama denganku?” tanya Giselle yang lagi-lagi diabaikan oleh Alex. Sudah sekitar setengah jam pria itu mengabaikan gadis itu yang masih duduk di sofa kebesaran ruangan kerja Alex. Giselle menghela napasnya, ia tidak menyangka Alex akan tumbuh menjadi pribadi yang pekerja keras seperti ini.Setahunya dulu, Alex adalah orang yang lebih suka cara yang instan dan praktis. Sebenarnya, mendengar pria itu menjadi CEO di perusahaan ayahnya membuat gadis itu terkejut, pasalnya ia sangat mengenal sifat pria itu yang tidak suka diatur-atur.Namun itu bukanlah masalah besar untuknya. Malah hal tersebut adalah hal yang bagus karena pria itu tumbuh menjadi pria yang lebih baik daripada masa lalunya. Giselle menatap arlojinya yang sudah menunjukkan waktu untuk makan siang. Dengan senang, ia berdiri dan menghampiri pria itu untuk mengajaknya makan siang bersama,&l
Author’s POVAlex memijat pelipisnya... saat ini ia tengah menunggu kehadiran Giselle. Mereka bersepakat untuk bertemu guna membahas perjodohan mereka berdua. Giselle adalah teman kecil Alex, keduanya memang dekat namun Alex hanya menganggapnya sebagai adiknya saja, tidak lebih.Tidak lama ia menunggu, sosok ayu nan cantik datang menemuinya dan duduk di hadapannya. Gadis itu sudah sangat menunggu masa-masa dimana ia bertemu kembali dengan Alex. Ia sangat senang jika pria itu meneleponnya tadi malam dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini,“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya gadis berambut panjang itu,Alex menggelengkan kepalanya,”Aku baru saja sampai,” ujar pria itu dengan jujur.“Bagaimana keadaanmu?” tanya gadis itu yang ingin membangun percakapan yang menarik diantaranya dan Alex...“Kita langsung saja ke intinya... Giselle, aku ingin bertanya... apa kau setuju den
Author’s POV“Kau tampak senang sekali,” ujar Darius yang bisa merasakan energy positif dari sosok Alex. Alex meresponnya dengan bahagia juga,”Benarkah?” ujarnya sembari melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja ia sangat senang, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan keberadaan Naomi yang sedari dulu ia inginkan. Ditambah lagi ia merasa ia sangat dicintai oleh gadis itu,“Apa ini karena gadis itu?” tanya Darius lagi kepada Alex. Alex kembali menatap Darius sejenak sebelum dia kembali membaca berkasnya,”Mungkin?” ujarnya sembari tersenyum.“Saya turut senang kalian bisa bersama lagi,” kata Darius lagi kepada Alex. Tanpa memudarkan senyumannya, Alex mengangguk,”Ya… aku juga senang dia bisa bersama denganku lagi… aku harap kami selalu bisa bersama,” ujarnya yang kemudian memberikan setumpuk berkas yang sudah ia kerjakan kepada Darius.Darius melangkah dan