Di sekitar lahan pertanian Desa Elfano, Nijiro, Nina dan Para Homies disergap oleh prajurit disana yang sedang berjaga.
“Kowu ranoko?” >Siapa Kalian?< Tanya Prajurit itu dengan Menyodong senjata Tajam ke arah Nina dan lainnya.
“Oh tidak kita disergap, apa yang harus kita lakukan, kita tidak mengerti bahasa Mereka.” Kata Nina yang terlihat panik.
“Apakah Kita perlu hajar mereka?” Tanya Nijiro yang terlihat bersiap-siap menyerang.
“Jangan!” Nina menonjok kepalanya hingga benjol.
“Aduh Nina Chan, jangan tonjok kepalaku dong. Sakit tahu.” Nijiro protes.
“Maafkan saya, saya keceplosan.” Jawab Nina menanggapinya dengan wajah menikmati.
“Lowu ka bokensho.” >Kami seorang petualang< Jawab Verto yang entah dari mana bisa berbahasa asing.
“Kamu mengerti Bahasa mereka?” Nina bertanya.
“Iya. Sejujurnya dulu saya pernah tinggal didesa ini sewaktu kecil. Saya dulunya penduduk asli dari desa ini.” Jawab Verto yang t
Di Depan Gubuk Kades Elfano, Mereka terserang oleh sihir Heaven Kimochi. “Master, ada musuh dari arah jam 9.” Ujar Shuu yang melancarkan serangan elemental. Kemudian sesosok yang bersembunyi itu segera keluar dan berpapasan dengan mereka. Seorang Pria Elf dengan perawakan yang tampan dengan rambut berwarna Ungu yang berkilau tegak, bertelinga runcing Panjang, dan memakai baju kimono ungu, sedang berjalan menghampiri mereka. Dia kemudian berkata, “Wow.. Ada yang masih kebal terhadap sihirku.” “Siapa kamu? Kenapa kamu menyerang kami?” Tanya Nina. “Hm... bagaimana ya.. Aku hanya ingin bermain dengan kalian. Bagaimana dengan ini! White Magic : Sleeping Dream.” Pria Elf itu kemudian kembali menyerang mereka. Sejenak Nijiro, Verto dan Homienya Nina mulai mengantuk dan Matanya mulai meler. “Tidak akan kubiarkan mereka tertidur. Soul Manipulation : Area Soul Purifier.” Nina turun dari punggung Clori, merapalkan sebuah Mantra yang berefek ke se
Setelah berjalan-jalan di sekitar Desa yang penuh dengan tanaman hijau yang indah, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah kayu. Saat hendak kembali, para penduduk terlihat menatap mereka dengan sikap yang berbeda. Salah satu dari melemparkan Telur busuk ke arah Lerry. Pria Elf itu hanya terdiam saja saat terkena menerima lemparan telur busuk. “Pergilah dari sini, Jangan kembali lagi!” Ujar Para Penduduk yang terlihat marah kepadanya. “Mari kita pergi.” Kata Nina sembari menarik tangannya. Lerry hanya mengikutinya. Setelah sudah cukup jauh dari desa, dia terlihat sedih. “Aku diusir lagi. -__-” Lerry. “Aku yakin kamu diusir karena suka buat onar. xD” Nina. “...” Lerry hanya terdiam. “Ayo kita Kembali ke Rumah Kayu.” Ajak Nijiro “Iya.” Jawab Verto. Mereka pulang ke Rumah Kayu. Saat tiba di rumah Kayu, mereka bertemu dengan Morine yang sedang duduk di kursi santai. “Morine Chan..” Sapa Nina memanggil Gadis berambut
Setelah Morine menunjukkan tumpukan daging hasil buruan yang sudah dia kembalikan ke ukuran normal di depan Gerbang Desa Elfano, Penjaga Desa disana yang melihat menjadi tercengang. >“Apa-apaan ini? Kenapa bisa ada banyak hasil buruan kalian?”< Tanya Penjaga disana. >“Mereka ingin membagikan daging-daging ini ke penduduk desa. Kita akan mengadakan pesta.”< Jawab Lerry dengan wajah tersenyum lebar. Penjaga Desa disana seketika terdiam, kemudian mereka membunyikan sebuah lonceng melalui alat seadanya. Mendengar suara lonceng tersebut semua orang berbondong-bondong menuju ke Perbatasan Desa. Elf A bertanya, >“Ada yang terjadi?”< Salah satu penjaga desa menjawab, >“Mereka membawa daging kesini untuk dibagikan ke kita, bisakah kalian mengeceknya. Kami takutnya daging yang diberikan itu beracun.”< Pria Elf yang bertanya itu melihat tumpukan daging itu hasil buruan dari Asami, Lei, Natasha tersebut. Saa
Keesokan Paginya sekitar pukul 4 pagi waktu setempat, Nina terbangun. Tampak di sampingnya, Nijiro dan Verto masih tertidur lelap. Melihat hal tersebut, dia mengambil selimut. Setelah itu dia bergegas ke atap rumah kayu untuk melakukan ritual doa. Saat Nina berdoa dan membaca buku Mantra, Seketika sihir cahaya putih keemasan muncul dari tangan nya dan membentuk beberapa kalung Pelindung Sihir. Di dekat Atap, terlihat ada seseorang yang sedang memata-matainya. Gadis itu berpikir, “(Apa yang sedang Master lakukan pada jam segini?)” Kemudian mata-mata itu mencoba mendekatinya dalam kondisi Menghilang. Saat mendekatinya, Nina tiba-tiba berhenti berdoa. “Siapa disana? Saya sudah tahu, jangan sembunyikan diri.” Ujar Nina yang mampu merasakan kehadiran seseorang. Lalu mata-mata itu menghampirinya. “Maafkan saya Master, sepertinya saya telah mengganggu ritual doa anda.” “Tidak apa-apa. Oh iya, ini tolong pakai kalung ini.” Ucap Nina, Lalu dia memberik
Di dalam kapal Angkasa, Ria, Morine, dan Aldo sedang mengecek persiapan lepas landas. “Apakah semua sudah siap? Loh, kok Aldo ada disini?” Tanya Saito yang kaget saat melihat kehadirannya. “Aldo sudah tahu misi rahasia kita. Morine tanpa sengaja keceplosan.” Kata Ria. “Iya. Ini semua sudah terlanjur. Ga papa, Aldo akan membantu kita menyusup ke dalam Planet Elevon.” Respon Saito tersenyum berkeringat. “Tenang saja, saya akan jaga sikap.” Imbuh Aldo. “Ok. Ayo kita berangkat.” Ajak Morine. Sebelum mereka berangkat Nina, Nijiro, Lei, Asami, Merina dan Para Homies tiba di depan kapal angkasa mereka. Kemudian Nina mengambil sebuah ponsel dan menelepon mereka yang berada di dalam kapal. “Morine Chan, Ria Chan, Aldo, Saito!” Panggil Nina dari dalam Video Calling. Terlihat di dalam ruang kendali Kapal muncul hologram panggilan Video. “Bukankah itu Nina?” Tanya Ria. “Kalian, Hati-hati di jalan ya..” Ujar Nina melambaikan
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sekitar jam 3 Sore, akhirnya Latihan hari pertama mereka sudah selesai.. “Baiklah, hari ini Latihan kita sudah selesai, mari Kembali ke rumah kayu.” Ujar Nina yang meminta semua orang berhenti latihan. “Iya, hari ini sungguh melelahkan.” Ujar Lei yang sudah tampak loyo. “Iya. (xD) Tapi Rekomendasi Latihan dari Master memang terbaik.” Ujar Verto yang merasa sangat senang, dia masih tampak masih semangat. “Berlatih dengan Assassin yang memiliki pergerakan cepat merupakan hal yang sangat menyulitkan. Namun ini merupakan sebuah Challenge yang sangat menantang. Aku tak pernah merasa selelah ini saat bertarung dengan seseorang.” “Ilmu Pedang Asami sangat mengerikan. Jika itu pedang sungguhan dalam sekejap tubuhku bisa terbelah.” Ujar Natasha mengagumi kemampuan berpedangnya. “Jika kalian efektif berlatih disini, saya jamin, status kemampuan kalian akan meningkat dengan pesat. Kalian kembalilah ke Rumah
Saat dalam perjalanan menuju ke atas langit dari Puncak Bukit Magazone, Nina mencoba mendekati Makhluk Raksasa tersebut. Akan tetapim sekali dilihat dari dekat Makhluk itu bukanlah seekor ular raksasa, melainkan seekor Naga Air Raksasa yang berbentuk seperti ular yang memiliki kumis, 4 kaki, dan sedang mondar-mandir di atas langit. “Master, ini sangat berbahaya. Sepertinya dia akan menyerang kita.” Ujar Shuu yang terlihat gemetaran. “Tenang saja. Saatnya menjinakkan Naga.” Nina terlihat semakin terobsesi dan bersemangat sedangkan Homiesnya ketakutan. “Kalian, Jangan takut. Naga ini terlihat sedang dikendalikan oleh Makhluk Jahat, Lihatlah Matanya yang merah.” Ujar Nina sambil melihat mata merahnya. Disisi lain Nijiro terlihat berlari sambil berteriak, “Awas Nina Chan!! Disana sangat berbahaya, Makhluk itu akan mengamuk.” “Nijiro Kun, Naga itu sepertinya dikendalikan. Lihat matanya merah.” Ujar Nina yang mendengar teriakannya, Para Homies spont
Kembali Puncak Bukit Magazone, Nina dan Suito sedang berusaha mencoba mengambil kendali sihir Air dari Dewa Naga tersebut yang berada di atas langit. Namun mereka berdua terlihat sangat kesulitan dalam mengontrolnya. “Dewa Naga Air sangat kuat... Mustahil kita bisa mengontrol Airnya.” “Aku tidak akan menyerah. Dia sepertinya dirasuki oleh Iblis.” Ujar Nina yang terus berusaha mengendalikan Airnya. Dewa Naga itu terlihat meronta-ronta dan mengamuk, berusaha melawan sihir mereka. Makhluk tersebut akhirnya sepenuhnya kehilangan kesadaran dan memancarkan Energi Mana yang lebih dahsyat lagi. Terlihat Dewa Naga membuat Hujan Jarum yang sangat tajam, menghancurkan sebagian hutan Magazone. “Kekuatan Naga ini sangat kuat. Kita sudah tidak mampu mengatasinya.” Suito berkata sambil berusaha dengan keras Mengendalikan Air yang sedang dikendalikan olehnya. || Kalian semua, cepat menjauh dari sini! || Nina memberitahu Nijiro dan lainnya melalui telepati unt
Pada sisi yang berbeda di salah satu kamar istana kerajaan Asnar, ketiga mantan penyihir triduka berbaring di atas kasur jerami. “Ugh....” salah satu dari mereka akhirnya sadar. “Dimana aku?” Gumam mantan penyihir Tyho sembari menggaruk kepalanya. “Aku sudah menunggu kalian. Mantan penyihir Triduka. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan.” Ujar Ratu Flamuven yang tampak duduk di samping kasurnya bersama dengan Raja Olma. “Ratu Flamuven, sebaiknya jangan terlalu keras. Dia sebenarnya juga seorang korban, sama seperti kita.” Raja Olma. “Aku paham kok. Tenang saja.” Ratu Flamuven. Di waktu yang bersamaan pula, kedua mantan penyihir triduka lainnya juga sadar. Kembali ke Planet Herby, “Bagaimana kondisi Kalian disana?” Maha Master. “Kami berhasil mengalahkan Raja Iblis Paimon. Semuanya sudah aman.” Jawab Ria melalui panggilan videonya. “Syukurlah. Semua sudah aman. Ngomong-ngomong kapan kalian kembali?” Maha Master. “Untuk itu, mungkin kami akan balik dalam beberapa hari kedepan.
Beberapa saat kemudian, sang Ratu akhirnya tiba di perbatasan Kerajaan Asnar. Tampak kedua pemimpin kerajaan berpapasan. “Sepertinya sebuah badai akan datang. Ada urusan apa Raja Geblistan kemari.” Ratu Flamuven tampak bersikap sangat dingin padanya. “Aku rasa kutukan perang ini akan selalu menghantui bila salah satu dari kita tidak mengalah.” Raja Olma. “...” Ratu Flamuven. “Aku hanya bisa minta maaf. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku sudah terprovokasi oleh penyihir Triduka dan telah menjadi pengikut sesat. Aku sudah banyak membuat kerajaan kalian menderita.” Raja Olma. “...” Ratu Flamuven tampak tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya terdiam saat mendengar pernyataan yang tak terduga darinya. “Aku berharap semoga kerajaan kita bisa segera damai. Aku sudah sadar dan tidak ingin ada lagi perselisihan.” Raja Olma. Kemudian Ratu Flamuven membelakanginya dan berkata dengan penuh emosi, “Aku tidak mengerti apa maksud dari ucapanmu itu. Ingin melakukan perdamaian? Setelah kamu suda
Kembali ke Volcano Bush, Nina telah menggunakan sihir Maha World Holy Cure (🗿)-Nya untuk menyucikan, memurnikan langit dan bumi Asgardian yang telah ternodai oleh si Iblis Paimon.“Bersinarlah!!” Nina.“Nina Chan…” Ujar Nijirou yang merasa khawatir.“Apa yang terjadi?! Tidak mungkin...” Raja Iblis Paimon mulai kewalahan dengan sihir yang dipancarkan Nina.“Sekarang Aldo Kun!” Yurine. Tanpa Babibubebo lagi, Aldo langsung melompat dan menebas Raja Iblis Paimon dengan serangan crictical.“High Enchantment : High Separation Magic!” Di waktu bersamaan setelah Aldo menebas Iblis tersebut, Erina langsung menggunakan sihir pemisah tingkat tinggi untuk menguras energi gelap yang dimilikinya.“ARGGHHH....” Raja Iblis Paimon menjerit kesakitan.Di sisi lain,“Time Manipulation : Fast-Mo.” Yurine menggunakan sihir persepsi waktu kepada Lerry dan Saito. Lerry dan Saito tampak bergerak sangat-sangat cepat.Semua serangan dadakan mereka berhasil membuat Raja Iblis Paimon tersungkur dengan tubuhnya
Di sisi lain, “Bagaimana kondisimu sekarang?” Nijirou. “Aku sudah lebih baik.” Nina tampak sudah mulai lebih fit dari sebelumnya. “Kalau begitu, ayo kita susul mereka.” Windi. “Iya... Tolong Clori.” Nina. “Serahkan padaku.” Clori langsung memberi tumpangan dan langsung terbang. Shuu dan Rocky juga naik ke punggung Clori, sedangkan Sirius, Rai dan Windi terbang mengikutinya. “Morine Chan... Bertahanlah sebentar.” Erina. Morine hanya mengangguk sembari menghilangkan seluruh serangan sihir yang dilancarkan oleh Iblis tersebut. Di waktu yang bersamaan, Liana tampak kembali ke tempat mereka. “Liana Chan!?” Erina. “Ini buruk, jumlah para iblis semakin banyak. Aku tak bisa menyerang mereka sekaligus. Karena setelah mereka kalah, mereka akan membelah diri.” Liana. “Itu tidak penting... Sekarang kita harus cari tahu bagaimana cara untuk mengalahkannya.” Yurine. “Lerry Kun, apakah kamu tahu lebih lanjut dari Raja Iblis Paimon?! Dan juga kenapa Raja Iblis tersebut tidak kunjung kalah?
Kembali ke dunia Imajinasi, ditengah-tengah kerumunan para penduduk dan pendeta dari kerajaan Geblistan... “Nina Chan, gunakan sihir purifiermu! Bebaskan semua orang dari pengaruh sihir penyihir Triduka.” Aldo. Nina yang mendengar aba-aba dari Aldo langsung menghentikan penyembuhan Morine dan beranjak dari sana. “Soul Manipulation : Area Soul Purifier...” Dengan mengangkat kedua tangannya, Nina memancarkan energi sihir di sekitar areanya. Perlahan-demi perlahan para penduduk dan pendeta yang terkena satir penyihir triduka perlahan-lahan mulai mendapatkan kembali kesadarannya. “Nice...” Aldo. “Uh... Kepalaku terasa berat. Dimana aku?!” Ujar penduduk A. “Bagaimana kerajaan Geblistan?!” Ujar Penduduk B. Para penduduk dan pendeta yang ada kelihatan mulai panik. “Semuanya, tenanglah dulu! Kalian semua berada di dunia imajinasiku. Selama kalian disini, kalian akan baik-baik saja.” Ujar Liana sembari menjentikkan jarinya. Kemudian muncul ratusan perahu yang tersebar di antara para pend
Kembali ke puncak Volcano Bush, “Soul Manipulation : Mana Hotspot.” Nina mentransfer energi sihirnya pada mereka. “Serang mereka sekarang!” Morine (raksasa). “Oke...” Nijirou (raksasa). Akhirnya pertempuran pun dimulai. “Nijirou Kun, gunakan mode High Fusion... Hentikan dulu pergerakan mereka terlebih dahulu.” Ujar Nina yang nebeng di atas kepalanya. “Iya. Clone Element Form : 16 Power Clone. Intermediate Element Form : Ice Form, Lava Form, Wood Form, Explode Form, Sand Form, Scorch Form, Storm Form.” Pertama-tama Nijirou membuat 16 bunshin yang terdiri dari 2 bunshin berelemen api, 4 bunshin berelemen air, 4 bunshin berelemen tanah, 4 bunshin berelemen angin, dan 2 bunshin berelemen listrik. Kemudian 2 bunshin berelemen air dan 2 bunshin angin bergabung menjadi 2 bunshin berelemen ice, api dan tanah bergabung menjadi elemen lava, air dan tanah bergabung menjadi elemen wood, listrik dan tanah menjadi elemen explode, angin dan tanah menjadi elemen sand, api dan angin menjadi eleme
Kembali ke gerbang utama pada perbatasan Kerajaan Asnar, ada banyak penduduk dan prajurit yang terluka. Mereka tampak sedang dirawat oleh tim medis. “Bagaimana kondisi mereka?” Tanya Ksatria Polizo kepada bawahannya. “Saat ini, para pengembara sedang menghadapi kerajaan Geblistan.” Ujar salah satu prajurit yang melapor. Di waktu yang bersamaan, Ratu Flamuven telah kembali. “Baginda Ratu, apa yang harus kita lakukan?” “Aku rasa kita harus menggunakan senjata itu.” Ujar sang Ratu. “Aku mengerti. Prajurit, siapkan senjata Jupinium sekarang!” Polizo langsung memberikan perintah ke para prajurt. Para prajurit langsung bergegas mempersiapkan senjata tersebut. Namun, disaat menyiapkan senjata tersebut, tiba-tiba saja datang segerombolan iblis yang menghancurkan senjata tersebut. “Ini gawat baginda, jupinium kita sudah hancur!” Ujar salah satu prajurit dengan panik. Melihat hal tersebut, Ratu Flamuven langsung keluar dari benteng dan langsung menyerang mereka dengan sihirnya. “Sudah
Kembali ke perbatasan Volcano Bush, Sang Ratu menarik seluruh pasukannya. Di sana terlihat hanya ada Morine, Yurine, Lerry, Para Homies, Poidon, Selon, dan Grindrot sedang berpapasan dengan prajurit Kerajaan Geblistan yang terlihat sedang dikendalikan. “Jadi, pertama-tama apa yang harus kita lakukan?” Poidon. “Tugas pertama, kita akan coba menggunakan sihir hasrat milik Lerry. Lerry San, gunakan sihirmu untuk menidurkan mereka!” Morine. “Akan kucoba! White Magic : Sleeping Dream.” Lerry tampak menghentikan mode Awaken (betarung)-Nya dan mencoba menggunakan sihir hasrat. Kali ini efek sihir yang dibuat Lerry memberikan pengaruh yang signifikan. Terlihat para prajurit yang dikendalikan tertidur. “Bagus, sekarang kita perlu mengunci pergerakan mereka.” Morine. Grindrot dan Rocky langsung menggunakan sihir pengikat tanah. “Selanjutnya apa yang perlu kita lakukan lagi?” Yurine. “Sekarang kita hanya bisa menunggu Nina dan Nijirou kembali. Hanya Nina yang bisa menetralkan efek sihir t
Sementara itu di posisi yang berbeda, Setelah Nina berkomunikasi dengan arwah tersebut secara telepati cukup lama, perlahan demi perlahan jangka waktu sihir Milky Soul telah berakhir. Area di sekitar tampak kembali seperti semula. Nina juga terlihat meneteskan air mata. “Apa yang terjadi Nina Chan? Kenapa bisa kamu menangis?” Nijirou langsung menghampiri, memeluk dan membelainya. Nina mulai bercerita. “Arwah yang tadi itu dulunya penduduk dari peradaban Antladeton. Sebuah peradaban sub-modern yang sudah ada semenjak 400 tahun yang lalu.” Nina. “400 tahun yang lalu?” Nijirou. “Antladeton merupakan peradaban Semi-Modern yang termaju dari Planet Asgardian. Peradaban ini bahkan sudah menggunakan alat-alat elektronik dasar yang sudah ada pada zaman Sub-Modern.” Nina. >> Peradaban Sub-Modern merupakan peradaban yang mana taraf kehidupan manusia-Nya sudah mengenal teknologi dasar seperti Internet, Mesin-mesin, Komputer, bahkan sudah mengenal teknologi AI (Artificial Intelligence/Kecerd