Kembali ke suasana Ujian Tertulis pada ruang 101, Nijiro terlihat semakin panik. Waktu tak terasa sudah berlalu 40 menit. Tersisa 20 menit Kembali.
“(Hancurlah sudah masa depanku, kejayaanku),” Pikir Nijiro yang terus menatapi lembaran soal dengan wajah yang sangat menderita.
Ada bayangan seperti hantu yang melihat Nijiro, Makhluk yang terlihat sangat samar menghampiri dan memasuki pikirannya. Sesosok itu mulai menelepatinya.
|| Hey Kamu... jangan menyerah.. Sini izinkan saya bantu. || Ucap suara misterius itu yang menelepatinya.
|| Benarkah? || Tanya Nijiro yang menanggapi.
|| Ya, Mari kita lihat daftar pertanyaannya. ||
Daftar Pertanyaan :
Pasca Exam Stage 2, semua para peserta tampak memasuki sebuah ruangan khusus yang dirancang oleh Maha Master. Dia mulai merapalkan Mantra sihir khusus. Semua peserta dalam sekejap berpindah ke dalam sebuah Dimensi khusus. Di sana terlihat alat-alat tes kekuatan fisik, Sihir, dan pasukan boneka khusus bersiaga. Kemudian Maha Master muncul di atas panggung. “Selamat datang didunia Virtualku. Kalian semua berada di Virtual Box Land saya. Semua yang terjadi disini adalah kenyataan bukan ilusi. Sekarang, saatnya Ujian Stage 3 Tes Fisik dan Magis.” Ucap Maha Master kemudian memerintahkan para bonekanya untuk bersiaga dalam bertarung. Para Fighter, Assassin, Marksman, dan Tank melakukan tes fisik dengan masing-masing melawan boneka kuat botak berbentuk saitama yang diciptakan Maha Master. Untuk Para Magic dan Support, masing-masing dari mereka diarahkan melawan Boneka Sihir dengan kekuatan Sihir yang sangat kuat.. “Tunjukkan padaku seberapa kuat kalian!! Kalian dipe
Seluruh peserta Akademis mendapat waktu jeda Istirahat untuk persiapan Ujian Stage 4 yang akan diadakan besok. Namun Morine, Ria, Liana, Erina terlihat menghampiri Maha Master yang terlihat sibuk. Ketika mereka menghampirinya, “Hey... Ini Waktu yang tepat. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin kubahas bersama dengan kalian.” Ujar Maha Master sambil berjalan.. “Apa itu?” Tanya Morine kepada Maha Master. “Sesuatu hal yang sangat penting.. Kita akan kembali ke Istana terlebih dahulu. Oh iya, Mana si Nijiro dan Saito?” Tanya Maha Master yang tidak melihat mereka. “Aku akan segera mencari mereka.” Ucap Erina kemudian naik tongkat sihirnya dan terbang. “Aku harap mereka secepatnya tiba. Aku seperti merasakan firasat buruk.” Ucap Maha Master yang merasa khawatir. Kemudian dia beserta para rombongan kecuali Erina, naik ke dalam Mobil terbang dan terbang menuju ke Istana Herby. Di sekitar Halaman Akademis, terlihat para Peserta mulai pulang. Saito
Keesokan paginya, sekitar pukul 7.30 Pagi, Semua anggota telah berkumpul di Bukit Herby Field. Terlihat disana sebuah area yang tinggi yang penuh dengan rerumputan hijau. Morine, Ria, Erina, Liana, Saito dan Nijiro beserta para Homies Nina berkumpul disana. Terlihat mereka seperti melakukan hanami (Kegiatan makan bersama di sebuah pohon). “Kalian makanlah dulu... Kita nanti ujian lagi xD.” Ucap Liana yang menikmati sarapan paginya. “Eh... Ujian lagi.. Ujian lagi.. Ujian merupakan hal yang merepotkan. Kalau bisa, aku tak mau ikut ujian..” Morine mengeluh sambil memakan kue kesukaannya. “Janganlah berkata seperti itu, Morine Chan. Ujian itu sangat penting loh untuk mengukur sejauh mana kemampuan kita.” Erina berusaha mengubah persepsi Morine. “Yang dikatakan Erina San itu benar. Lu tak boleh anggap remeh ujian ini.” Imbuh Ria yang mendukung pernyataan Erina. “Gadis pemalas seperti Morine kan memang suka yang praktis aja. xD” Nijiro berkata denga
Di bagian Timur Arena, terlihat Aldo sedang melawan peserta lainnya. dia menyerang seorang peserta dan terhempas. Ketika Natasha melewatinya, peserta Fighter yang terhempas menabraknya. Bruk.... Natasha dan Fighter Samurai Wanita itu terhempas dan menabrak sebuah batu dengan keras... “Aduh-aduh-aduh... Aku terlalu ceroboh. Hey Kamu, apa kamu baik-baik saja?” Tanya Natasha. Gadis Samurai tersebut akhirnya pingsan dan tak sadarkan diri. Kemudian Aldo menuju ke dalam hutan dan melihat Natasha.. “Sekarang giliran kamu. Akan kucabit-cabit kau. Hahahahahah...” Ucap Aldo yang sangat bergairah dengan mata yang berwarna merah. Pria tersebut terlihat kehilangan kendali dan telah dikontrol oleh seseorang. “Orang ini sangat berbahaya, aku harus cari akal lain.” Natasha berdiri sambil membahu Gadis samurai tersebut. “Stealth Magic : Invisible.” Kemudian Natasha dan Gadis Samurai itu menghilang dan kabur. “Sial, aku harus segera mengalahkan mereka.. Tidak a
Di Puncak Bukit Herby Field, Maha Master duduk termenung melihat layar di dalam Tenda. Dia bergumam, “(Sialan, mereka bisa berbuat sejauh ini. Memanipulasi pikiran orang lain untuk menjadi pengkhianat. Tidak bisa di maafkan. Nina Chan, aku harap kamu segera bangun. Kami hanya bisa mengandalkanmu di saat situasi seperti ini).” Maha Master terus memikirkan solusi penyelesaiannya. Kemudian Tanpa pikir panjang Maha Master segera meninggalkan Akademis dan menuju ke rumah sakit untuk membawa perawat ke lokasi, Ria dan Saito hanya berbaring. Lalu dia menelepon Erina. Erina yang sedang dalam perjalanan mendapat panggilan telepon. “Erina, kamu langsung ke Arena, bantu evakuasi para peserta.” Ujar Maha Master di dalam panggilannya. “Baik, Master.” Jawab Erina yang kemudian menutup panggilan. “Morine, Nijiro... Aku mau pergi dulu ya...” Ujar Erina yang kemudian terbang dengan menggunakan tongkat sihir (Naik sapu sihir gitu) menuju ke Arena, meninggalkan
Di rumah sakit Gorry Herby Maha Master sudah sampai dan ingin menemui Kepala Perawat disana. “Maha Master, kenapa anda bisa disini?” Tanya Robot Security yang menjaga keamanan rumah sakit. Robot itu melihat Maha Master yang tiba-tiba berada di hadapannya. “Ini Darurat, Ada sesuatu hal yang harus saya bicarakan dengan Kepala Perawat. Bisakah kamu antar saya ke sana?” “Siap pak.” Kemudian Robot itu yang berjalan dan menuju Ruang kepala Perawat. Kemudian Maha Master berjalan menuju ruang kepala perawat.. Disisi bagian Barat Arena Bukit Herby Field, Erina merasakan Aura yang sangat kuat dan pekat. “Liana Chan, kau bawa gadis iblis ini ke Penjara Herby, jelaskan situasinya kepada mereka. Aku akan ke Arena Timur, aku merasakan firasat buruk.” Kata Erina dengan raut wajah khawatir. ==OK== Liana menulis dan menampilkan papan. Kemudian Liana kembali menggunakan sihir Imajinasi Wool Trap untuk mengunci musuh dengan bulu domba dan
Di ruang bawah tanah Istana Glory Peretas yang berada di Ruang Bawah Tanah Istana Herby bergerak mundur selangkah. “Tak akan kubiarkan kau menyentuh Nina Chan.” Ujar Ria dengan serius. “Dimension Manipulation : Other World Teleport,” Seketika dengan sihir Ruang Ria memindahkan penyusup itu kedimensi planet lain yang sebelumnya sudah ditandai olehnya (Planet Toksin) di Hutan Goa Timur. Peretas itu terbingung melihat keadaan sekitar di tengah hutan. “Aku tak perlu lagi menahan kekuatanku,” Ucap Ria yang terlihat tanpa ragu sembari memancarkan energi manazone. Peretas yang bermasker itu kemudian beteriak, “SIALAN, MATILAH KAU. Hacking Tool : Iron Bullet Storm.” Dengan sihir hackingnya, Peretas itu menciptakan gunner dan menembak. “Aku tidak akan masuk ke lubang yang sama lagi.. Dimension Manipulation : Permeation.” “Rasakan itu. Hahahaha...” Ucap Peretas itu dengan tertawa. Beberapa jeda waktu terlihat Ria berada diudara d
Di rumah Sakit Glory, Maha Master masuk ke dalam ruangan Kepala Perawat. Disana ada seorang pria berpakaian ala dokter sedang duduk dan meneliti dokumen-dokumen pasien. Sejenak saat Maha Master memasuki ruangan, Kepala Perawat itu menoleh ke arahnya dan terkejut. Kemudian dia berlutut dan berkata, “Saya mohon maaf sekali atas ketidaktahuan saya.” “Tidak apa-apa, Sekarang Tolong kumpulkan semua perawat yang sedang tidak sibuk. Bawa mereka semua ke akademis legend!!” Maha Master memberi perintah secara langsung kepada Kepala Perawat itu. Kepala Perawat kemudian keluar dari Ruangannya dan segera mengumpulkan para perawat lain, Sedangkan Maha Master bergegas keluar dan masuk ke dalam drone sambil menunggu mereka. Dilangit Selatan Kota Glory Liana sedang terbang sambil membawa penyusup dengan Wool Trapnya. Dia menelusuri hutan lindung yang ada. Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama, Di depan Liana tampak sebuah Pintu masuk (mirip dunge
Pada sisi yang berbeda di salah satu kamar istana kerajaan Asnar, ketiga mantan penyihir triduka berbaring di atas kasur jerami. “Ugh....” salah satu dari mereka akhirnya sadar. “Dimana aku?” Gumam mantan penyihir Tyho sembari menggaruk kepalanya. “Aku sudah menunggu kalian. Mantan penyihir Triduka. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan.” Ujar Ratu Flamuven yang tampak duduk di samping kasurnya bersama dengan Raja Olma. “Ratu Flamuven, sebaiknya jangan terlalu keras. Dia sebenarnya juga seorang korban, sama seperti kita.” Raja Olma. “Aku paham kok. Tenang saja.” Ratu Flamuven. Di waktu yang bersamaan pula, kedua mantan penyihir triduka lainnya juga sadar. Kembali ke Planet Herby, “Bagaimana kondisi Kalian disana?” Maha Master. “Kami berhasil mengalahkan Raja Iblis Paimon. Semuanya sudah aman.” Jawab Ria melalui panggilan videonya. “Syukurlah. Semua sudah aman. Ngomong-ngomong kapan kalian kembali?” Maha Master. “Untuk itu, mungkin kami akan balik dalam beberapa hari kedepan.
Beberapa saat kemudian, sang Ratu akhirnya tiba di perbatasan Kerajaan Asnar. Tampak kedua pemimpin kerajaan berpapasan. “Sepertinya sebuah badai akan datang. Ada urusan apa Raja Geblistan kemari.” Ratu Flamuven tampak bersikap sangat dingin padanya. “Aku rasa kutukan perang ini akan selalu menghantui bila salah satu dari kita tidak mengalah.” Raja Olma. “...” Ratu Flamuven. “Aku hanya bisa minta maaf. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku sudah terprovokasi oleh penyihir Triduka dan telah menjadi pengikut sesat. Aku sudah banyak membuat kerajaan kalian menderita.” Raja Olma. “...” Ratu Flamuven tampak tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya terdiam saat mendengar pernyataan yang tak terduga darinya. “Aku berharap semoga kerajaan kita bisa segera damai. Aku sudah sadar dan tidak ingin ada lagi perselisihan.” Raja Olma. Kemudian Ratu Flamuven membelakanginya dan berkata dengan penuh emosi, “Aku tidak mengerti apa maksud dari ucapanmu itu. Ingin melakukan perdamaian? Setelah kamu suda
Kembali ke Volcano Bush, Nina telah menggunakan sihir Maha World Holy Cure (🗿)-Nya untuk menyucikan, memurnikan langit dan bumi Asgardian yang telah ternodai oleh si Iblis Paimon.“Bersinarlah!!” Nina.“Nina Chan…” Ujar Nijirou yang merasa khawatir.“Apa yang terjadi?! Tidak mungkin...” Raja Iblis Paimon mulai kewalahan dengan sihir yang dipancarkan Nina.“Sekarang Aldo Kun!” Yurine. Tanpa Babibubebo lagi, Aldo langsung melompat dan menebas Raja Iblis Paimon dengan serangan crictical.“High Enchantment : High Separation Magic!” Di waktu bersamaan setelah Aldo menebas Iblis tersebut, Erina langsung menggunakan sihir pemisah tingkat tinggi untuk menguras energi gelap yang dimilikinya.“ARGGHHH....” Raja Iblis Paimon menjerit kesakitan.Di sisi lain,“Time Manipulation : Fast-Mo.” Yurine menggunakan sihir persepsi waktu kepada Lerry dan Saito. Lerry dan Saito tampak bergerak sangat-sangat cepat.Semua serangan dadakan mereka berhasil membuat Raja Iblis Paimon tersungkur dengan tubuhnya
Di sisi lain, “Bagaimana kondisimu sekarang?” Nijirou. “Aku sudah lebih baik.” Nina tampak sudah mulai lebih fit dari sebelumnya. “Kalau begitu, ayo kita susul mereka.” Windi. “Iya... Tolong Clori.” Nina. “Serahkan padaku.” Clori langsung memberi tumpangan dan langsung terbang. Shuu dan Rocky juga naik ke punggung Clori, sedangkan Sirius, Rai dan Windi terbang mengikutinya. “Morine Chan... Bertahanlah sebentar.” Erina. Morine hanya mengangguk sembari menghilangkan seluruh serangan sihir yang dilancarkan oleh Iblis tersebut. Di waktu yang bersamaan, Liana tampak kembali ke tempat mereka. “Liana Chan!?” Erina. “Ini buruk, jumlah para iblis semakin banyak. Aku tak bisa menyerang mereka sekaligus. Karena setelah mereka kalah, mereka akan membelah diri.” Liana. “Itu tidak penting... Sekarang kita harus cari tahu bagaimana cara untuk mengalahkannya.” Yurine. “Lerry Kun, apakah kamu tahu lebih lanjut dari Raja Iblis Paimon?! Dan juga kenapa Raja Iblis tersebut tidak kunjung kalah?
Kembali ke dunia Imajinasi, ditengah-tengah kerumunan para penduduk dan pendeta dari kerajaan Geblistan... “Nina Chan, gunakan sihir purifiermu! Bebaskan semua orang dari pengaruh sihir penyihir Triduka.” Aldo. Nina yang mendengar aba-aba dari Aldo langsung menghentikan penyembuhan Morine dan beranjak dari sana. “Soul Manipulation : Area Soul Purifier...” Dengan mengangkat kedua tangannya, Nina memancarkan energi sihir di sekitar areanya. Perlahan-demi perlahan para penduduk dan pendeta yang terkena satir penyihir triduka perlahan-lahan mulai mendapatkan kembali kesadarannya. “Nice...” Aldo. “Uh... Kepalaku terasa berat. Dimana aku?!” Ujar penduduk A. “Bagaimana kerajaan Geblistan?!” Ujar Penduduk B. Para penduduk dan pendeta yang ada kelihatan mulai panik. “Semuanya, tenanglah dulu! Kalian semua berada di dunia imajinasiku. Selama kalian disini, kalian akan baik-baik saja.” Ujar Liana sembari menjentikkan jarinya. Kemudian muncul ratusan perahu yang tersebar di antara para pend
Kembali ke puncak Volcano Bush, “Soul Manipulation : Mana Hotspot.” Nina mentransfer energi sihirnya pada mereka. “Serang mereka sekarang!” Morine (raksasa). “Oke...” Nijirou (raksasa). Akhirnya pertempuran pun dimulai. “Nijirou Kun, gunakan mode High Fusion... Hentikan dulu pergerakan mereka terlebih dahulu.” Ujar Nina yang nebeng di atas kepalanya. “Iya. Clone Element Form : 16 Power Clone. Intermediate Element Form : Ice Form, Lava Form, Wood Form, Explode Form, Sand Form, Scorch Form, Storm Form.” Pertama-tama Nijirou membuat 16 bunshin yang terdiri dari 2 bunshin berelemen api, 4 bunshin berelemen air, 4 bunshin berelemen tanah, 4 bunshin berelemen angin, dan 2 bunshin berelemen listrik. Kemudian 2 bunshin berelemen air dan 2 bunshin angin bergabung menjadi 2 bunshin berelemen ice, api dan tanah bergabung menjadi elemen lava, air dan tanah bergabung menjadi elemen wood, listrik dan tanah menjadi elemen explode, angin dan tanah menjadi elemen sand, api dan angin menjadi eleme
Kembali ke gerbang utama pada perbatasan Kerajaan Asnar, ada banyak penduduk dan prajurit yang terluka. Mereka tampak sedang dirawat oleh tim medis. “Bagaimana kondisi mereka?” Tanya Ksatria Polizo kepada bawahannya. “Saat ini, para pengembara sedang menghadapi kerajaan Geblistan.” Ujar salah satu prajurit yang melapor. Di waktu yang bersamaan, Ratu Flamuven telah kembali. “Baginda Ratu, apa yang harus kita lakukan?” “Aku rasa kita harus menggunakan senjata itu.” Ujar sang Ratu. “Aku mengerti. Prajurit, siapkan senjata Jupinium sekarang!” Polizo langsung memberikan perintah ke para prajurt. Para prajurit langsung bergegas mempersiapkan senjata tersebut. Namun, disaat menyiapkan senjata tersebut, tiba-tiba saja datang segerombolan iblis yang menghancurkan senjata tersebut. “Ini gawat baginda, jupinium kita sudah hancur!” Ujar salah satu prajurit dengan panik. Melihat hal tersebut, Ratu Flamuven langsung keluar dari benteng dan langsung menyerang mereka dengan sihirnya. “Sudah
Kembali ke perbatasan Volcano Bush, Sang Ratu menarik seluruh pasukannya. Di sana terlihat hanya ada Morine, Yurine, Lerry, Para Homies, Poidon, Selon, dan Grindrot sedang berpapasan dengan prajurit Kerajaan Geblistan yang terlihat sedang dikendalikan. “Jadi, pertama-tama apa yang harus kita lakukan?” Poidon. “Tugas pertama, kita akan coba menggunakan sihir hasrat milik Lerry. Lerry San, gunakan sihirmu untuk menidurkan mereka!” Morine. “Akan kucoba! White Magic : Sleeping Dream.” Lerry tampak menghentikan mode Awaken (betarung)-Nya dan mencoba menggunakan sihir hasrat. Kali ini efek sihir yang dibuat Lerry memberikan pengaruh yang signifikan. Terlihat para prajurit yang dikendalikan tertidur. “Bagus, sekarang kita perlu mengunci pergerakan mereka.” Morine. Grindrot dan Rocky langsung menggunakan sihir pengikat tanah. “Selanjutnya apa yang perlu kita lakukan lagi?” Yurine. “Sekarang kita hanya bisa menunggu Nina dan Nijirou kembali. Hanya Nina yang bisa menetralkan efek sihir t
Sementara itu di posisi yang berbeda, Setelah Nina berkomunikasi dengan arwah tersebut secara telepati cukup lama, perlahan demi perlahan jangka waktu sihir Milky Soul telah berakhir. Area di sekitar tampak kembali seperti semula. Nina juga terlihat meneteskan air mata. “Apa yang terjadi Nina Chan? Kenapa bisa kamu menangis?” Nijirou langsung menghampiri, memeluk dan membelainya. Nina mulai bercerita. “Arwah yang tadi itu dulunya penduduk dari peradaban Antladeton. Sebuah peradaban sub-modern yang sudah ada semenjak 400 tahun yang lalu.” Nina. “400 tahun yang lalu?” Nijirou. “Antladeton merupakan peradaban Semi-Modern yang termaju dari Planet Asgardian. Peradaban ini bahkan sudah menggunakan alat-alat elektronik dasar yang sudah ada pada zaman Sub-Modern.” Nina. >> Peradaban Sub-Modern merupakan peradaban yang mana taraf kehidupan manusia-Nya sudah mengenal teknologi dasar seperti Internet, Mesin-mesin, Komputer, bahkan sudah mengenal teknologi AI (Artificial Intelligence/Kecerd